
SAMARINDA.NIAGA.ASIA — Pemerintah saat ini tengah memberlakukan kebijakan efisiensi anggaran, di mana di antaranya mewajibkan instansi di daerah mengurangi segala kegiatan yang tidak penting seperti menggelar kegiatan atau rapat di hotel.
Dengan adanya kebijakan efisiensi itu, beberapa hotel, di Samarinda misalnya, mengalami penurunan pendapatan imbas penurunan okupansi hingga 70 persen.
Meskipun demikian, ternyata berdasarkan data BPS Balikpapan, justru di tengah efisiensi anggaran ini, tingkat hunian hotel atau okupansi pada hotel berbintang di Balikpapan malah naik menjadi 53,79 persen per April 2025, atau meningkat 14,59 persen dibanding Maret 2025.
Hal tersebut disampaikan dalam acara Bincang-bincang Pariwisata yang diselenggarakan Dinas Pariwisata Kaltim, di Coffee and Eatery, Samarinda, Rabu 4 Juni 2025.
Kegiatan bincang-bincang ini mempertemukan pelaku industri pariwisata, dan pemangku kebijakan, untuk bertukar gagasan dan merumuskan strategi agar pariwisata tetap kuat di tengah kebijakan efisiensi anggaran.
Kepala Dinas Pariwisata (Dispar) Kaltim Ririn Sari Dewi mengatakan, industri pariwisata di Kaltim saat ini tengah menghadapi tantangan besar akibat efisiensi anggaran pemerintah, yang berdampak langsung pada sektor perhotelan. Di mana tingkat okupansi pada masing-masing hotel rata-rata mengalami penurunan.
Untuk mengatasi hal tersebut, maka diperlukan sinergi yang kuat lintas sektor, untuk memperkuat ketahanan industri pariwisata.
“Kami menyadari bahwa efisiensi anggaran membawa dampak besar terhadap kegiatan MICE (Meeting, Incentive, Convention, and Exhibition), yang selama ini menjadi salah satu sumber utama pendapatan hotel. Namun di balik tantangan ini, ada peluang untuk berinovasi dan memperkuat kolaborasi lintas sektor,” kata Ririn.
Selain itu, Ririn juga menggarisbawahi pentingnya perubahan strategi bisnis perhotelan di tengah efisiensi anggaran, agar pendapatan hotel tetap stabil. Salah satunya dengan menyasar pasar leisure atau wisatawan individu dan keluarga, yang tidak terlalu terpengaruh oleh kebijakan efisiensi.
Menurutnya strategi ini juga harus dibarengi diversifikasi pasar, peningkatan promosi digital, serta kerja sama dengan komunitas lokal, pemanfaatan teknologi untuk efisiensi operasional promosi, dan juga penawaran paket promosi kolaboratif antar pelaku usaha.
“Untuk menghidupkan pariwisata dan sektor perhotelan di Kaltim dibutuhkan kolaborasi dan diversifikasi atau keragaman produk, seperti hotel-hotel ini bisa menjual makanan tidak hanya kamar-kamar hotel saja,” jelas Ririn.
Meskipun di beberapa daerah terjadi okupansi hunian, Ririn menyebutkan berdasarkan data badan pusat statistik (BPS) Kota Balikpapan tercatat, bahwa terjadi peningkatan tingkat hunian hotel berbintang per April 2025 naik menjadi 53,79 persen atau meningkat 14,59 persen dibanding Maret 2025.
“Kami menyambut baik tren ini, dan berharap daerah lain juga mengalami hal serupa. Namun untuk menjaga momentum, dibutuhkan kerja sama semua pihak,” demikian Ririn Sari Dewi.
Penulis: Nur Asih Damayanti | Editor: Saud Rosadi | Adv Diskominfo Kaltim
Tag: BalikpapanBisnisBPSEfisiensiKaltimPerhotelanSamarinda