BMKG Perkirakan 6 Daerah di Kaltim Masuk Kemarau di Awal Agustus

Cuaca cerah di langit kota Balikpapan pada Senin 29 Juli 2024 siang. (Foto: niaga.asia/Heri)

BALIKPAPAN.NIAGA.ASIA — Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Balikpapan memperkirakan awal musim kemarau akan dimulai pada Agustus 2024.

Kepala Stasiun Meteorologi Kelas I Bandara SAMS Sepinggan, Kukuh Ribudiyanto mengatakan, musim kemarau tahun ini diperkirakan akan singkat. Meski begitu, curah hujan dengan intensitas sedang masih terjadi di beberapa daerah di Kaltim.

“Kemarau di Kaltim diperkirakan akan dimulai pada dasarian pertama Agustus 2024,” kata Kukuh, Senin 29 Juli 2024.

Kukuh menjelaskan musim kemarau di Kaltim  biasanya lebih singkat dibandingkan Pulau Jawa, karena letak geografis Kaltim yang dekat dengan garis khatulistiwa.

Meskipun musim kemarau tiba, hujan masih mungkin terjadi karena karakteristik iklim tropis Kaltim yang cenderung mengalami hujan sporadis.

Enam kabupaten/kota yang diperkirakan akan memasuki awal musim kemarau adalah Paser, Penajam Paser Utara, Balikpapan, Kutai Kartanegara, Samarinda, dan Berau.

“Perkiraan kita ada enam daerah yang masuk musim kemarau sebentar lagi. Namun curah hujan masih dapat terjadi sepanjang tahun,” ujar Kukuh.

BMKG mengimbau masyarakat untuk tetap waspada terhadap potensi cuaca ekstrem, yang mungkin terjadi selama musim kemarau.

Meskipun musim kemarau akan dimulai, hujan dengan intensitas menengah masih bisa terjadi hingga pertengahan Agustus 2024. Risiko bencana seperti tanah longsor, banjir, dan pohon tumbang juga perlu diwaspadai.

Dia juga menekankan pentingnya kesiapan menghadapi perubahan cuaca yang mendadak, yang dapat menyebabkan hujan lebat disertai petir, angin kencang, bahkan puting beliung akibat awan Cumulonimbus yang terbentuk.

Masyarakat juga diharapkan untuk memantau perkembangan cuaca secara berkala dan mempersiapkan diri menghadapi kemungkinan perubahan cuaca yang ekstrem.

“Ini bisa jadi langkah mitigasi bencana. Dengan adanya informasi ini, diharapkan masyarakat dapat lebih waspada dan siap menghadapi perubahan cuaca yang mungkin terjadi dan dapat mengurangi risiko,” demikian Kukuh Ribudiyanto.

Penulis: Heri | Editor: Saud Rosadi

Tag: