BMKG: Waspadai Potensi Hujan Lebat di Samarinda Hingga Januari 2021

Bendung Benanga di Lempake, Samarinda Utara. Ketinggian tinggi muka air (TMA) Bendung ini di level kuning, kerap mengkhawatirkan akan mengakibatkan luapan sungai karang mumus (SKM) dan merendam ribuan rumah di bantaran sungai. (Foto : dok/Niaga Asia)

SAMARINDA.NIAGA.ASIA – BMKG Stasiun Meteorologi Samarinda, mengingatkan warga Samarinda, mewaspadai curah hujan di atas normal hingga Januari 2021. Sebab, diperkirakan, puncak fenomena La Nina, terjadi Desember 2020-Januari 2021, tidak terkecuali di Kalimantan Timur.

“Untuk Samarinda, awal November 2020 ini, kita masiki musim penghujan. Kita prediksi, puncaknya Desember 2020 hingga Januari 2021,” kata Kepala BMKG Stasiun Meterologi Samarinda, Riza Arian Noor, dikonfirmasi Niaga Asia, Senin (26/10) sore.

Terkait fenomenal global La Nina, lanjut Riza, La Nina merupakan fenomena global atmosfir, yang biasanya berkaitan dengan kondisi iklim. Untuk itu, disebabkan fenomena global, dan terjadi dalam jangka waktu panjang, maka konsep La Nina ini tidak bisa serta dihubungkan dengan kejadian hujan lebat pekan lalu di Samarinda, dengan curah hujan hingga 65 milimeter di kawasan Samarinda Utara.

“Tapi kondisi iklim atau musimnya, pasti berkaitan dengan La Nina,” ujar Riza.

Dari hasil kajian penelitian, khususnya untuk Indonesia, memang tidak semua wilayah di Indonesia, akan berdampak La Nina, semisal terjadinya peningkatan curah hujan di atas normal. “Tapi ada juga sebagian wilayah yang curah hujannya tidak terdampak. Seperti di Sumatera,” tambah Riza.

“Khusus September, Oktober hingga November, dari hasil kajian dampak La Nina tersebut, wilayah yang terdampak terjadi peningkatan curah hujannya, ada di wilayah Indonesia Tengah dan Timur. Iya, termasuk di Kaltim pada umumnya,” terang Riza.

Sehingga, lanjut Riza lagi, dari gambaran penelitian itu, terdapat peningkatan curah hujan 20 persen bulanan, berada di atas normal. “Itu perlu diantisipasi. Tentunya juga kan berdampak dengan hujan-hujan harian. Karena angka 20 persen itu, adalah akumulasi selama sebulan,” sebut Riza.

“Yang perlu diwaspadai saat musim penghujan di wilayah Samarinda, seperti kita ketahui sangat riskan dan potensi sekali terjadi genangan atau banjir. Dimana, intensitas hujan sedang pun, sudah tergenang. Apalagi hujan lebat beberapa hari,” jelas Riza mengingatkan.

Untuk diketahui, intensitas hujan ekstrim adalah curah hujan di atas 65 milimeter. Sedangkan kategori lebat adalah hujan dengan curah hujan di atas 50 milimeter. Sedangkan kategori sedang, 20-50 milimeter.

“Kalau sekarang, hujan masih terjadi spot-spot. Kadang di utara, kadang di selatan, kadang di timur Samarinda. Kuncinya, untuk menghadapi musim hujan dengan Fenomena La Nina, tetaplah kita waspadai bencana hidrometeorologi. Seperti genangan dan banjir, longsor, angin kencang dan petir,” tegas Riza.

“Iya, untuk Kalimantan Timur, khususnya Samarinda mesti waspada hingga awal 2021. Karena puncak La Nina, umumnya diperkirakan terjadi Desember-Januari 2021, karena tiap wilayah punya iklim berbeda,” demikian Riza.

Untuk diketahui, pekan lalu, curah hujan di utara kota Samarinda, sempat mencapai 65 milimeter.  TMA Bendung Benanga di Lempake sempat mencapai angka 63 cm, naik dari lebel hijau ke level kuning. Imbasnya, sebagian alur SKM meluap dan merendam sejumlah rumah warga, di kawasan Bengkuring. (006)

Tag: