BPIP Rawat Pancasila Dengan Dialog yang Lebih Hidup

Irene Camelyn Sinaga saat memberikan penjelasan kepada wartawan di Samarinda (foto : Niaga Asia)

SAMARINDA.NIAGA.ASIA – Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP), terus membangun jejaring perawat Pancasila di daerah, dengan memperkuat dialog interaktif. Seperti yang dilakukan dengan susur kampung Pampang, di Samarinda, akhir pekan lalu.

“Kenapa kami buat dialog? Sebenarnya ruang interaktif untuk dialog jarang sekali terjadi. Kita banyak yang satu arah. Ketika dialog kita bisa menutup marahnya orang, bisa mengutip sabarnya orang, bisa mengutp cerita pancasila orang lain, sehingga kami bisa lebih membiasakan untuk dialog,” kata Direktur Pembudayaan BPIP, Irene Camelyn Sinaga, ditemui wartawan saat di Samarinda akhir pekan lalu.

Irene menerangkan, dengan kunjungan ke daerah, BPIP ingin membiasakan masyarakat, dan komunitas media, untuk membiasakan dialog tidak hanya satu arah.

“Lantas, ada pertanyaan kenapa sih Pancasila saat ini sudah terasa tidak membumi? Apalagi setelah reformasi, karena banyak skali dengan cara-cara konvensional. Sehingga, BPIP hadir merangkul pancahelix sebagai kami, 5 komponen masyarakat. Saya lebih condong kepasa teman-teman di konunitas,” ujar Irene.

Berita terkait :

Waspadai Disintegrasi, BPIP Perkuat Jaringan di Daerah Rawat Ideologi Pancasila

“Dialog kebhinekaan ini, adalah satu cara memperkenalkan BPIP dengan caranya, dengan polanya bekerja. Ditambah dengan susur kampung seperti susur kampung Pampang di Samarinda,” tambahnya.

BPIP perkuat dialog interaktif dengan susur kampung, seperti susur kampung budaya Pampang, di Samarinda. (foto : istimewa)

Irene berpendapat, di Samarinda, ada 2 budaya yang begitu kental. Hal itu menguatkan BPIP, untuk terus merawat Pancasila. “Kita liat di sini ada 2 budaya yang kental. Apa sih yang bisa kami lakukan nanti? Sebagai teman-teman yang selama ini merawat Pancasila di daerah,” terang Irene.

“Ketika sudah berjejaring, akan banyak kegiatan lainnya. Jadi banyak sekali praktik baik yang slama ini tidak hanya dilakukan pemerintah untuk merawat Pancasila. Praktik baik itu juga dilakukan masyarakat. Mungkin komunitas media juga. Kami bawa komunitas perawat Pancasila ke Samarinda, untuk saling cerita, saling saran dan ide,” jelas Irene.

“Kami juga ingin merangkul pegiat kampung, dimana rencananya kalau bisa kedepan, bagaimana mengadakan kongres komunitas. Ada media, adat dan tradisi. Komunitas ini kan ada karena kecintaan dengan Pancasila, dan sebarannyan di Indonesia cukup banyak,” demikian Irene. (006)