Bupati Minta Ciptakan Tarian Khas Kutim

Staf Ahli Bupati  Tejo Yuwono, mewakili Bupati Kutai Timur ketika membuka Rembuk Budaya Kutim, Rabu (09/11/2022). (Foto Istimewa)

SANGATTA.NIAGA.ASIA – Bupati Kutai Timur, Ardiansyah Sulaiman meminta para seniman untuk menciptakan seni tari khas daerah ini. Kelak tarian itu akan digelar pada saat Sail Sangkulirang 2024.

Permintaan Bupati Ardiansyah itu disampaikan dalam sambutannya  yang dibacakan Staf Ahli Bupati Tejo Yuwono di hadapan para peserta Rembuk Budaya Dinas Kebudayaan Kutai Timurdi Belad Cafe dan Resto, Sangatta, Rabu (9/11/2022).

“Kutai Timur itu memiliki kekayaan budaya yang beragam dari berbagai etnis. Nah, dari situlah para seniman dapat menciptakan tarian khas Kutim. Sebagai modal dasarnya kita punya tari Jepen dan tari-tarian Dayak milik Kutim. Tapi kita juga punya tarian Jaranan, Reog, Gandrang Bulo, Rantak Minang dan lainnya dari etnis pendatang yang tumbuh dan berkembang di Kutim,” paparnya.

Kelak tarian itu, ujarnya akan digelar secara kolosal pada pembukaan Sail Sangkulirang 2024.

“Lantaran  Sail Sangkulirang itu even berskala nasional bahkan internasional, jadi persiapannya harus dari sekarang,” lanjut Bupati Ardiansyah.

Dukungan Dana

Sebagian para para peserta Rembuk Budaya Kutim, Rabu (09/11/2022). (Foto Istimewa)

Sementara itu, dari Rembuk Budaya yang menghadirkan nara sumber budayawan dan seniman Hamdani dari Samarinda, dari para peserta mencuat beberapa masalah dalam upaya pemajuan kebudayaan, yakni kurangnya perhatian dan dukungan dana pembinaan seni budaya dari pemerintah.

“Kami sudah tujuh tahun mengembangkan musik tingkilan, namun tidak pernah mendapatkan dukungan dana dari pemerintah. Padahal kami sudah memohon kepada Dinas Kebudayaan tapi tidak pernah dapat. Selama untuk menghidupi sanggar kami harus menggunakan  sendiri,” ungkap Ketua Sanggar Tingkilan Selera Kutai, Sayid Abdullah Alatas.

Hal yang sama juga diutarakan seniman dari Desa Rindang Benua, Sekimin.

“Di desa kami itu memiliki empat even budaya Dayak Kenyah dalam setiap tahunnya. Memang pernah ada bantuan dari pemerintah dalam melaksanakan kegiatan itu, tapi selanjutnya  tidak pernah  ada lagi. Kami juga pernah mendapat janji bantuan 500 juta untuk membangun lamin, tapi sampai sekarang dana itu tidak jelas menyimpang ke mana,” ungkapnya.

Kendati begitu para seniman itu berupaya mempertahankan eksistensinya dalam berkesenian.

“Kami tetap eksis membina dan mengembangkan kesenian tradisi,” tambah Sekiman.

Di penghujung rembuk, para peserta sepakat menyampaikan rekomendasi kepada pemerintah Kutai Timur. Rekomendasi itu antara lain mencakup kesiapan partisipasi budayawan dan seniman untuk menyukseskan Sail Sangkulirang 2024, strategi pemajuan kebudayaan dan perlunya dukungan dana pembinaan pemajuan kebudayaan.

Penulis: Intoniswan | Editor: Intoniswan

Tag: