Bupati Minta Dinkes Berau Lengkapi Dokumen Capaian KPI

Dinkes Provinsi Kaltim menggelar pertemuan koordinasi Pamsimas III dalam rangka capaian KPI di Balai Mufakat, Rabu (27/10/2021). (foto Rita Amelia/Niaga.Asia)

TANJUNG REDEB.NIAGA.ASIA-Pemkab Berau secara khusus meminta Dinas Kesehatan (Dinkes) Berau melengkapi dokumen yang diperlukan untuk memenuhi capaian KPI (Key Performance Indikator).

Hal itu disampaikan Bupati Berau, Sri Juniarsih dalam sambutannya yang dibacakan Asisten I Sekda Berau, M.Hendratno, saat membuka pertemuan koordinasi Penyediaan Air Minum dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (Pamsimas).

“Ini merupakan komitmen dari Pemkab Berau untuk meningkatkan sarana dan prasarana publik berkualitas salah satunya fasilitas air bersih, dengan pencanangan program strategis di bidang air minum dan sanitasi, guna mendukung capaian target sejalan dengan pendekatan Pamsimas,” jelas bupati.

Pertemuan koordinasi yang digelar di Balai Mufakat, Rabu (27/10/2021) tersebut dihadiri Sekretaris Dinkes Berau, Halijah Yasin dan staf, perwakilan Dinkes Provinsi Kaltim, dan perwakilan DPUPR Kaltim. Selain itu juga mendengarkan paparan dari Dinkes Kaltim melalui zoom.

Pertemuan ini merupakan tindak lanjut dari Surat Dinkes Provinsi Kalimantan Timur pada tanggal 4 Oktober 2021 Tentang Pembahasan Capaian KPI di Kabupaten. Pemkab Berau sangat menyambut baik pelaksanaan kegiatan ini, sebagai salah satu wujud komitmen  bersama dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui optimalisasi sanitasi yang layak dan berkelanjutan.

“Terlebih, penyediaan kebutuhan akses air minum dan sanitasi di Indonesia merupakan salah satu tantangan pembangunan saat ini,’ ujar bupati.

Melalui RPJMN 2020-2024, pemerintah pusat juga mengamanatkan tersedianya akses air minum dan sanitasi yang layak bagi seluruh lapisan masyarakat, atau disebut akses universal. Pemerintah telah menargetkan bahwa pada tahun 2024, masyarakat Indonesia bisa memperoleh akses pelayanan air minum dan sanitasi 90 persen layak dan 15 persen aman.

“Dalam perjalanan mencapai target tersebut, disadari bersama bahwa salah satu persoalan kesehatan yang masih dihadapi Indonesia saat ini adalah stunting, yang bukan hanya disebabkan karena kurang makan, tetapi juga faktor kesehatan lingkungan.

“Semua hal itu kemudian mempengaruhi asupan makanan dan menyebabkan berbagai infeksi, sehingga menimbulkan gangguan gizi ibu dan anak. Sejatinya, ada banyak upaya pencegahan yang dapat dilakukan, salah satunya melalui penyediaan air bersih dan perbaikan sanitasi lingkungan,” tambahnya.

Tantangan selanjutnya ialah bagi pemerintah pusat maupun daerah adalah mengoptimalkan daya dukung yang tersedia, sehingga diperlukan sinergi dan kolaborasi dari semua pihak.

Terutama Dinas Kesehatan dan pihak penyelenggara program air minum untuk bekerja dan bergerak bersama melalui strategi inovasi, dukungan kebijakan, serta pendanaan yang mendukung program air minum, sanitasi, dan gizi agar semakin baik dan mensejahterakan masyarakat.

“Pertemuan koordinasi Pamsimas ini saya harapkan dapat memberikan pemahaman mendalam bagi para peserta tentang kebijakan, strategi, dan konsep pendekatan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM), dengan melakukan komunikasi, advokasi dan fasilitasi STBM langsung ke akar rumput. Selain itu, saya juga berharap, program kesehatan masyarakat, advokasi, dan fasilitasi stunting dapat terimplementasi dengan baik,” harapnya.

Komitmen Pemkab Berau dalam hal ini secara spesifik mengenai pemenuhan fasilitas air bersih, diwujudkan dengan program peningkatan sarana fasilitas air bersih (25.000 sambungan baru) di seluruh kampung.

Selain itu, juga mendorong peningkatan belanja di bidang air minum dan sanitasi dalam rangka pemeliharaan sistem pelayanan saat ini, serta pencapaian akses universal air minum dan sanitasi.

Penulis: Rita Amelia I Editor: Intoniswan

Tag: