Cerita Kahar, Penerima Manfaat Balai Benih Udang di Penajam

Kahar di Balai Benih Udang Tanjung Tengah, Penajam (Foto : Intoniswan/Niaga Asia)

PENAJAM.NIAGA.ASIA – Usaha tambak udang dan bandeng, sudah menjadi penopang ekonomi masyarakat Kaltim yang tinggal di pesisir. Sektor usaha ini sudah turun temurun, utamanya di kalangan masyarakat suku Bugis dan lainnya yang tinggal di Kaltim.

Dulu petambak Kaltim untuk mendapatkan benih udang sangat tergantung pasokan dari Jawa. Tidak jarang, petambak dulu terganggu jadwal untuk menebar benih karena pasokan benih dari Jawa terganggu.

Hal itu sejak beberapa tahun terakhir sudah diatasi Dinas Kelautan dan Perikanan Kaltim, dengan membuat Balai Benih Udang (BBU), termasuk di Penajam.

BBU di Desa Tanjung Tengah, Penajam yang memproduksi jutaan benih udang, khususnya udang windu, sudah mampu memenuhi permintaan benih petambak dari Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU) dan Paser. Bahkan dari Kalimantan Selatan.

“Balai benih sangat menolong petambak,” kata Kahar, salah seorang petambak di PPU saat bercerita kepada Niaga Asia, yang ikut dalam rombongan Kunjungan Kerja Gubenur Kaltim, DR Isran Noor yang menemuinya sekaligus menyerahkan bantuan kepada 7 perwakilan nelayan dan petambak di BBU Tanjung Tengah, Kamis (14/10/2021) sore.

“Pemprov memberikan bantuan 200.000 benih udang, benur, nener,” kata Isran, didampingi Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Kaltim, Riza Indra Riadi.

Menurut Kahar yang usianya sudah memasuki 33 tahun, ia termasuk penerima manfaat BBU Tanjung Tengah.

“Saya punya tambak udang dan bandeng di Desa Marwat, Kecamatan Long Kali. Tambak peninggalan orang tua, luasnya di atas 3 hektar. Saya beli benih di BBU ini,” terang Kahar.

BBU Tanjung Tengah tidak hanya menyediakan benih udang windu untuk petambak, tapi juga bibit ikan kerapu dan kakap putih. (Foto : Intoniswan/Niaga Asia)

Kahar bercerita, ia lulusan SMA dan tidak melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi, karena lebih tertarik melanjutkan usaha tambak orangtuanya.

Menurutnya, udang windu di tambaknya sudah bisa dipanen antara 90-120 hari. Sementara, harga jual udang windu 2-3 ekor per kilogram berkisar antara Rp190 ribu sampai Rp200 ribu.

Sedangkan dari tambaknya yang berisikan ikan bandeng, lanjut Kahar, dipanen setiap 120 hari. Harga jual ikan bandeng per kilogram antara Rp18 ribu sampai dengan Rp20 ribu.

“Sekilo ikan bandeng itu isinya 3 ekor,” ujar Kahar.

Pemasaran udang di tambaknya, ujar Kahar adalah di kota Balikpapan, dan ada juga yang dibeli eksportir udang. Begitu pula dengan ikan bandeng.

“Tidak ada kesulitan dalam pemasaran,” ungkapnya.

Pupuk yang digunakan di tambaknya, menurut Kahar, adalah campuran organik dan anorganik. BBU Tanjung Tengah tidak hanya membenihkan udang windu, tapi merambah ke pembiakan ikan kakap putih dan kerapu.

“Saya selepas bekerja di tambak, sejak 2 tahun juga magang di BBU ini, menambah pengetahuan soal pembenihan,” jelas Kahar.

Tahap awal ini, lanjutnya lagi, dia belajar di BBU mengenai cara mensterilkan air laut dari bakteri yang akan digunakan tempat pembenihan udang.

Selain belajar langsung di BBU, Kahar mengaku juga dapat bimbingan dari tenaga penyuluh di BBU, ditambah belajar secara otodidak. “Belajar gratis,” sebut Kahar.

Apakah punya cita cita punya usaha pembenihan sendiri seperti BBU ini?

“Sebetulnya ingin,” pungkas Kahar.

Penulis : Intoniswan | Editor : Saud Rosadi

Tag: