Cerita Operator 112, Sering Dijahili hingga Diminta Nomor HP

Operator layanan 112 di Diskominfo Tarakan yang setia menerima pengaduan warga untuk ditindaklanjuti ke pihak terkait. (Foto : MANSYUR/NIAGA.ASIA)

TARAKAN.NIAGA.ASIA – “Selamat pagi, ada yang bisa dibantu?”jawab Eko Suryanto, petugas jaga di Call Center 112 Tarakan, yang menerima panggilan masuk sekitar pukul 8 pagi, Rabu (20/11).

“Halo 112, Tolong bantuan untuk mengirimkan mobil jenazah,’’ tutur Pujianto, yang mengaku sebagai Ketua RT di kawasan Perumnas, Tarakan, Kalimantan Utara.

‘’Siap Pak Pujianto.. tolong alamatnya yang lebih jelas. Mobil jenazah akan segera meluncur,’’ jawab Eko. Lalu, Pujianto lalu merinci alamat tujuan salah seorang warganya, yang anggota keluarganya akan dimakamkan di TPU Juwata, Tarakan Barat.

“Mobil jenazah yang diminta oleh warga di Perumnas itu akan tiba di sana dalam waktu sekitar 20 menit,” ujar Eko kepada Niaga.Asia. Di ruang kerjanya, ia dapat memantau pergerakan mobil jenazah yang dikirimkan melalui GPS yang terpantau di layar monitor.

Begitulah sepenggal percakapan yang terjadi, di Pusat Layanan Pengaduan Masyarakat Tarakan yang dapat dihubungi melalui nomor 112, bertempat di Kantor Dinas Komunikasi Informatika, Statistik, dan Persandian atau Diskominfo.

Sejak Maret 2019 lalu, Pemkot Tarakan menyediakan sambungan telepon 112, untuk memberikan layanan permintaan masyarakat mendapatkan bantuan mobil ambulan, mobil jenazah, dan mobil pemadam kebakaran. “Kami menyediakan layanan ini secara gratis,” ujar Plt Kepala Diskominfo Tarakan Supriono

Selain memberikan layanan mobil ambulan, mobil jenazah, dan pemadam kebakaran, pusat layanan juga melakukan monitoring melalui GPS pergerakan mobil Satpol PP (lima unit), mobil pengangkut sampah (12 unit), dan bis sekolah (empat unit). “Pergerakannya kami monitor, untuk memastikan warga Tarakan dapat terlayani dan terpenuhi kebutuhannya dengan segera,’’ lanjut Supriono.

Pusat layanan bekerja 24 jam, dan diisi oleh 10 orang operator yang bekerja terbagi atas tiga shift. Masing-masing shift diisi oleh dua orang. “Kami harus bekerja dengan sabar,’’ kata Lia Prastika (26), salah seorang operator di Call Center 112. “Ada penelepon pria yang genit menanyakan nomor HP saya,’’ tambah Lia.

Cerita lain, Lia pernah menerima telepon berulang kali dari penelepon yang sama, menanyakan tentang mobil pemadam kebakaran. “Saya juga ikut tegang, apalagi korban kebakaran dengan nada panik terus menanyakan keberadaan mobil pemadam. Waktu itu mobil terhadang kemacetan di pagi hari, ketika orang bersamaan berangkat ke kantor dan ke sekolah,’’ kenang Lia.

Lain lagi cerita Diki Zulkarnaen (32). Dia juga kerap menerima telepon jahil. “Kebanyakan anak-anak sekolah, sepertinya. Kadang menyebarkan informasi tidak benar tentang kebakaran,’’ cerita Diki.

Tentu, melalui jaringan dan pantauan GPS Diki dapat memonitor kebenaran informasi tersebut. “Ada juga yang menelepon, lalu diam tak bersuara. Saya coba sabar menunggu beberapa saat. Mungkin orang tersebut memang benar-benar membutuhkan pelayanan namun kesulitan dalam berkomunikasi,” cerita Diki. (003)