Cerita Perenang Peraih Rekor MURI Ibrahim Rusli, Pernah Sampai Jual Mobil

Ibrahim Rusli perenang asal Tarakan yang sudah melintasi 10 selat di Indonesia. (Foto : istimewa)

TARAKAN.NIAGA.ASIA – Ibrahim Rusli, sang perenang asal Tarakan dijadwalkan kembali melintas lautan. Rencana itu dilakukan pada 19 Desember mendatang, di laut Sebatik-Nunukan.

Tak cukup sampai di situ, perenang peraih rekor MURI ini rencananya kembali menantang tiga selat sekaligus di 2020. Yaitu selat Bali, Lombok dan Madura, yang sempat gagal beberapa waktu lalu.

“Sebelumnya dalam waktu dekat ini tanggal 7 Desember, saya akan berenang di Sungai Kayan, dengan start di Desa Salimbatu, dan finis di Tanjung Palas,” katanya.

Lantas apa saja persiapannya? Pria kelahiran Balikpapan 54 tahun silam itu mengatakan, selain biaya operasional, kesiapan fisik menjadi modal utama.

“Minimal banyak gerak sebelum berenang melintasi lautan itu. Terutama di tiga selat tahun depan, yang pernah gagal. Salah satunya joging,” ujar Ibrahim, yang juga tercatat sebagai ASN di lingkungan Pemkot Tarakan i.

Disinggung soal biaya operasional, cerita dia, biasanya dilakukan dengan cara ‘ngamen’. Dari hasil ngamen atau melalui proposal yang diajukan ke sejumlah donatur, dipergunakan untuk biaya akomodasi dan transportasi.

“Pernah juga tidak dapat dari donatur, jadi akhirnya saya harus saya usaha berkorban dengan cara menjual aset pribadi, seperti mobil,” kenangnya.

Berenang, katanya, merupakan hobi Ibrahim yang tak bisa ditinggalkan sejak duduk di bangku SMP hingga sekarang. Di mana Sungai Kayan, menjadi lokasi pertamanya.

“Waktu SMP saya sering bolak balik antara Tanjung Palas-Tanjung Selor di Bulungan. Setelah sekian lama itu baru saya mencoba melintasi lautan ekstrim di Sebatik dan di Pulau Derawan,” ujarnya sembari menyebutkan sudah 10 selat yang dilewati sejak 2010 hingga sekarang.

Ibrahim yang kerap ngopi di waktu lowong ini mengatakan, jika berhasil melintasi suatu selat yang dituju, merupakan momen yang tak pernah dilupakan. Sebaliknya, kegagalan dalam aksi itu menjadi duka yang mendalam.

“Biasanya gagalnya itu hanya karena gangguan binatang laut seperti ubur-ubur. Kalau faktor cuaca sih Alhamdulillah selama ini masih bisa dilalui. Jadi takutnya sama ubur-ubur dan binatang buas seperti Hiu,” demikian Ibrahim. (003)