China Lawan Pemicu Ketegangan di Ukraina

Dalam arsip foto 14 April 2016 ini, sebuah bendera nasional Tiongkok berkibar di gedung-gedung perkantoran di Shanghai, Tiongkok. (AP Photo/Andy Wong)

WASHINGTON.NIAGA.ASIA — China menolak semua tindakan yang bertujuan untuk memicu ketegangan terkait konflik yang sedang berlangsung di Ukraina, Liu Pengyu, kata juru bicara Kedutaan Besar China di Amerika Serikat.

“Apa yang diberikan China ke Ukraina adalah pasokan kemanusiaan yang sangat dibutuhkan seperti makanan, susu formula, kantong tidur, selimut, dan tikar anti lembab,” katanya kepada TASS, seperti dikutip niaga.asia, Jumat.

“Sebaliknya, apa yang diberikan AS ke Ukraina adalah senjata mematikan,” tambah Liu.

“China mendukung semua upaya yang kondusif untuk meredakan situasi dan penyelesaian politik. Dan China menentang tindakan seperti mengipasi api atau menambahkan bahan bakar ke api yang dapat meningkatkan situasi dan kontraproduktif dengan resolusi politik,” lanjut diplomat itu.

Menurut Liu Pengyu, Beijing mendukung promosi negosiasi dan memiliki sikap konstruktif mengenai penyelesaian damai konflik Ukraina.

“Ada manfaat sejarah yang kompleks dalam masalah Ukraina,” katanya.

“China telah secara independen membuat keputusan dan menjelaskan posisinya dengan sikap yang objektif dan adil berdasarkan manfaat dari masalah itu sendiri,” ungkapnya.

“China bukan pihak yang terkait langsung dengan masalah ini, tetapi telah berkomitmen untuk mempromosikan pembicaraan damai dan memainkan peran konstruktif dalam mengejar penyelesaian krisis secara damai,” tegas diplomat itu.

“Posisi kami yang adil dan upaya konstruktif, disaksikan oleh semua, telah menerima pengertian dan dukungan dari komunitas internasional, terutama negara berkembang yang luas,” tambah Liu Pengyu.

Pada 21 Februari, Presiden Rusia Vladimir Putin mengumumkan pengakuan kedaulatan Republik Rakyat Donetsk dan Lugansk. Rusia mengakui republik Donbass sesuai dengan konstitusi DPR dan LPR dalam batas-batas wilayah Donetsk dan Lugansk pada awal 2014.

Presiden Rusia Putin mengatakan dalam pidato yang disiarkan televisi pada 24 Februari bahwa sebagai tanggapan atas permintaan para kepala Republik Donbass, dia telah membuat keputusan untuk melakukan operasi militer khusus di Ukraina.

Pemimpin Rusia menekankan bahwa Moskow tidak memiliki rencana untuk menduduki wilayah Ukraina, mencatat bahwa operasi itu ditujukan untuk denazifikasi dan demiliterisasi Ukraina.

Setelah itu, Amerika Serikat, UE, dan beberapa negara lain mengumumkan bahwa mereka menjatuhkan sanksi terhadap individu dan bisnis Rusia.

Sumber : Kantor Berita TASS | Editor : Saud Rosadi

Tag: