COVID-19: WHO Sarankan Pakai Masker di Tempat Umum

Beberapa negara di seluruh dunia telah merekomendasikan atau mewajibkan pemakaian penutup wajah di tempat umum. (Hak atas foto PA Media Image caption)

JENEWA.NIAGA.ASIA-Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengubah sarannya terkait masker, mengatakan masker harus dipakai di tempat umum untuk membantu menghentikan penyebaran virus corona.

WHO mengatakan informasi terbaru menunjukkan bahwa masker bisa menjadi “penghalang bagi droplet yang mungkin menularkan penyakit.”

Beberapa negara di seluruh dunia telah merekomendasikan atau mewajibkan pemakaian penutup wajah di tempat umum.

WHO sebelumnya berpendapat tidak ada cukup bukti ilmiah untuk mengatakan bahwa orang sehat harus menggunakan masker.

Sebagaimana dikutip BBC News Indonesia, Dr. Maria Van Kerkhove, pemimpin tim pakar WHO untuk Covid-19, mengatakan kepada kantor berita Reuters bahwa mereka merekomendasikan khalayak agar menggunakan “masker kain – yaitu, masker non-medis.”

WHO selalu menyarankan agar masker medis dipakai oleh orang yang sakit dan orang yang mengurus mereka.

Secara global, terdapat 6,7 kasus virus corona terkonfirmasi dan hampir 400.000 kematian sejak wabah dimulai akhir tahun lalu, menurut data yang dihimpun Johns Hopkins University.

WHO sebelumnya mengatakan tidak ada bukti ilmiah yang cukup untuk mengatakan bahwa orang sehat harus mengenakan masker. (Hak atas foto Reuters Image caption)

Apa saran terbaru dari WHO?

WHO mengatakan mengatakan pedoman baru ini didorong oleh studi selama beberapa pekan terakhir. “Kami menyarankan pemerintah untuk mendorong agar masyarakat umum memakai masker,” kata Dr. Van Kerkhove.

Pada saat yang sama, WHO menekankan bahwa masker wajah hanyalah satu dari serangkaian alat yang dapat digunakan untuk mengurangi risiko penularan — dan bahwa masker jangan sampai memberi khalayak perasaan aman yang palsu.

“Masker saja tidak akan melindungi Anda dari Covid-19,” kata Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus.

Perubahan besar dalam pedoman WHO

Analisis oleh David Shukman, editor sains BBC News

Ada perubahan besar dalam pedoman WHO tentang kapan orang harus menutup wajah. Selama berbulan-bulan, para pakar di organisasi itu berkukuh bahwa masker akan memberi perasaan aman yang palsu, dan akan mengurangi salah satu alat pelindung diri yang sangat dibutuhkan oleh tenaga medis.

Argumen-argumen itu masih ada, tapi pada saat yang sama WHO mengakui bahwa telah muncul bukti terbaru tentang risiko transmisi.

Mereka mengacu pada penelitian terbaru bahwa seseorang bisa sangat infeksius beberapa hari sebelum menunjukkan gejala dan beberapa orang tertular virus tapi tidak pernah menunjukkan gejala sama sekali.

Jadi ketika menjaga jarak tidak dimungkinkan, misalnya di kendaraan umum dan di berbagai lokasi lain seperti toko dan kamp pengungsi, mereka menyarankan agar wajah ditutup dengan masker kain untuk mencegah penularan.

Masyarakat di atas usia 60 tahun dengan kondisi kesehatan bawaan harus lebih waspada, kata WHO, dan menggunakan masker medis demi perlindungan yang lebih baik.

Apa perkembangan terbaru di dunia?

Di Brasil, Presiden Jair Bolsonaro mengancam akan menarik negara itu keluar dari WHO sampai mereka tidak lagi menjadi “organisasi politik partisan”. Sang pemimpin negara, yang awalnya meremehkan virus corona sebagai “flu ringan”, telah mengkritik kebijakan karantina wilayah yang direkomendasikan agensi itu untuk menangkal penyebaran penyakit.

Pekan lalu, Presiden AS Donald Trump mengatakan ia akan menyetop pendanaan untuk organisasi tersebut, karena telah “gagal melakukan tugas dasarnya” dalam menanggapi wabah.

Di Inggris, pemerintah mengumumkan pada hari Jumat bahwa pengunjung rumah sakit dan pasien rawat jalan akan diminta untuk menutup wajah, dan bahwa staf rumah sakit harus mengenakan masker medis, bahkan jika mereka tidak dalam wilayah klinis.

Pedoman ini akan mulai berlaku pada 15 Juni, ketika semakin banyak bisnis dibuka dan semakin banyak murid yang kembali ke sekolah. Juga pada hari Jumat, Inggris menjadi negara kedua yang mencatat lebih dari 40.000 kematian terkait virus corona, menyusul AS.

Perkembangan lain di seluruh dunia:

Pengadilan banding di New South Wales, Australia membatalkan larangan unjuk rasa gerakan Black Lives Matter, yang awalnya diterapkan karena kekhawatiran terkait virus corona. Ribuan orang turun ke jalanan kota Sydney untuk mengenang warga Afrika-Amerika, George Floyd, yang meninggal dalam tahanan polisi di AS

Dengan lebih dari 34.000 kematian, Brasil kini menjadi negara dengan jumlah kematian tertinggi ketiga di dunia, menyalip Italia

Komisaris Uni Eropa untuk urusan dalam negeri mengatakan negara-negara anggota harus membuka kembali perbatasan internal mereka pada akhir Juni

California akan mengizinkan produksi film, televisi, dan musik untuk kembali dimulai pada 12 Juni jika kondisi memungkinkan

Portugal akan mulai membuka kembali pantai pada hari Sabtu

Sementara itu di Polandia, gimnasium, kolam renang, dan taman hiburan akan dibuka kembali

Di Austria, Vienna Philharmonic, salah satu orkestra paling terkenal di dunia, menggelar pertunjukan panggung pertama mereka sejak karantina wilayah.#

Tag: