
SAMARINDA.NIAGA.ASIA – Menyeimbangkan kuliah dan kebutuhan hidup bukan perkara mudah bagi sebagian mahasiswa, terlebih bagi mereka yang harus mencari tambahan penghasilan sendiri. Tapi Aqla Ahesa Wafa, mahasiswa S1 Prodi Teknik Informatika (TI) Universitas Muhammadiyah Kalimantan Timur (UMKT) dapat menjalaninya sambil ngojek online (ngojol) berkat mendapatkan pembayaran UKT dari program GratisPol Pemerintah Provinsi Kaltim.
Aqla merupakan mahasiswa angkatan 2025. Ia mengaku pertama kali mengetahui adanya program GratisPol dari obrolan sesama teman kuliahnya. Pria berusia 18 tahun itu akhirnya coba-coba melakukan pendaftaran. Iseng-iseng kali saja lolos.
“Saya dapat informasi dari teman-teman juga, ada beasiswa GratisPol. Habis itu saya cari-cari informasi di media sosial, terus saya isi formulirnya. Coba-coba siapa tahu dapat, alhamdulillah sekarang dapat,” ujarnya pada Niaga.Asia, Senin (17/11).
Tak hanya sekadar mendengar, Aqla rupanya sudah mengetahui program ini sejak ia lulus SMA. Kala itu, program ini banyak dibahas selama masa kampanye Gubernur – Wakil Gubernur yang kemudian terpilih, Rudy Mas’ud dan Seno Aji.
“Waktu kampanye itu saya sudah dengar. Saya pikir kalau benar berjalan, pasti membantu banget, apalagi untuk kampus swasta yang UKT-nya besar,” katanya.
Sebagai mahasiswa TI di UMKT, biaya kuliah yang harus ia bayar bukan angka kecil. Yakni sekitar Rp10 juta. Kondisi keluarga Aqla yang sederhana membuat keputusan untuk kuliah sempat terasa berat tanpa adanya beasiswa ini.
Ayahnya bekerja sebagai buruh, sementara ibunya merupakan MUA. Aqla sendiri adalah anak bungsu dari tiga bersaudara. Sehingga, bantuan yang diperolehnya dari program GratisPol terasa melegakan.
“Prodi saya itu UKT-nya Rp10 juta. Gede sih. Awalnya bayar sendiri Rp5 juta, lalu selang berapa bulan baru ada informasi kalau saya dapat GratisPol. Jadi nanti biaya yang sudah saya bayar dikembalikan. Karena ke depannya, UKT saya di bayar full oleh program GratisPol,” bebernya.
Ia juga bercerita, lamanya pencairan dana dari GratisPol selama tiga bulan sempat membuat dirinya panik. Kekhwatiran dana pendidikan GratisPol belum cair-cair sempat membuatnya takut. Sebab apabila itu terjadi, mau tak mau, Aqla harus memutar otak untuk mencari biaya tambahan UKT yang sudah jatuh tempo.
“Cukup lama. Kita kan enggak tahu bakalan dapat atau enggak. Jadi panik juga takutnya enggak dapat, nanti bayarnya bagaimana. Alhamdulillahnya cair, ini membantu ekonomi saya dan keluarga,” jelasnya.
Aqla tumbuh dari keluarga yang sederhana namun sangat mementingkan pendidikan. Kakaknya yang pertama telah menyelesaikan kuliah di jurusan farmasi, sedangkan kakak kedua langsung bekerja selepas SMA. Dengan latar belakang itu, baginya, pendidikan adalah jalan untuk mengubah masa depan.
“Pendidikan itu penting untuk membentuk pola pikir, mendisiplinkan diri, dan biar dapat gelar supaya lebih mudah untuk dapat kerja,” tuturnya.
Aqla merupakan lulusan SMA Negeri 1 Kota Bangun, jurusan IPA. Pilihannya mengambil Teknik Informatika dirasa selaras dengan latar belakang pendidikan yang dekat dengan logika dan matematika.
“Suka hitung-hitungan dan suka logika. Kalau ada masalah dan bisa diselesaikan, itu rasanya ada kesenangan sendiri,” terangnya.
Meski begitu, sebenarnya sejak kecil ia bercita-cita menjadi dokter. Namun, tingginya biaya sekolah kedokteran mengurungkan niatnya. Aqla kemudian memilih Teknik Informatika, bidang yang menurutnya memiliki peluang besar di era digital.
“Empat tahun terakhir teknologi berkembang pesat, ada AI juga. Saya merasa perlu belajar ini untuk mempersiapkan diri beberapa tahun ke depan,” paparnya.
Selama berkuliah di Samarinda, Aqla tinggal di kos dan bekerja sebagai ojek untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Orang tuanya masih membantu, tapi ia merasa tidak cukup untuk memenuhi semua kebutuhannya di Samarinda.
Ketika ditanya apakah ia akan tetap kuliah jika GratisPol tidak ada, Aqla mengaku mungkin akan tetap mencoba, namun bebannya jauh lebih berat. Ia harus kerja lebih keras untuk bayar UKT. Jadi dengan adanya program ini, tentu sangat mengurangi bebannya sebagai mahasiswa.
Ia juga menilai bahwa mekanisme pencairan beasiswa yang langsung ditransfer ke kampus merupakan langkah tepat. Supaya jelas uang UKT benar-benar disalurkan untuk pendidikan. Tidak disalahgunakan mahasiswa.
Kini, saat menghadiri penyerahan simbolis GratisPol, Aqla merasa program tersebut benar-benar nyata dan memberi dampak langsung.
“Alhamdulillah benar-benar nyata. Dengan acaranya ini membuktikan programnya berjalan,” syukurnya.
Sebelum menutup percakapannya bersama Niaga.Asia, ia menyampaikan pesan bagi anak-anak muda yang masih ragu untuk melanjutkan pendidikan tinggi.
“Terus belajar saja. Sekarang era digital. Kalau kita tidak mengikuti perkembangan zaman, kita bakal ketinggalan. Jadi harus ikut perkembangan, jangan sampai tertinggal,” pungkasnya.
Penulis: Lydia Apriliani | Editor: Intoniswan | Advertorial Diskominfo Kaltim
Tag: GratisPol