Diduga Bocor, Peretas Jual Data 48,5 Juta Pengguna Aplikasi COVID-19 Shanghai

Ilustrasi aktivitas peretasan website (sumber : tribratanews)

BEIJING.NIAGA.ASIA — Seorang peretas mengklaim telah memperoleh informasi pribadi 48,5 juta pengguna aplikasi seluler kode kesehatan COVID yang dijalankan oleh kota Shanghai.

Peretas dengan nama pengguna sebagai “XJP” mengunggah tawaran untuk menjual data seharga USD 4.000 di forum peretas Breach Forums pada hari Rabu.

Peretas memberikan sampel data termasuk nomor telepon, nama dan nomor identifikasi Cina dan status kode kesehatan 47 orang.

Sebelas dari 47 orang yang dihubungi Reuters mengkonfirmasi bahwa mereka terdaftar dalam sampel, meskipun dua mengatakan nomor identifikasi mereka salah.

“DB (database) ini berisi semua orang yang tinggal atau mengunjungi Shanghai sejak adopsi Suishenma,” kata XJP dalam postingan tersebut, yang awalnya meminta USD 4.850 sebelum menurunkan harga di kemudian hari, seperti dikutip dari Reuters, Jumat.

Suishenma adalah nama China untuk sistem kode kesehatan Shanghai, yang didirikan oleh kota berpenduduk 25 juta orang, seperti banyak di seluruh China, pada awal 2020 untuk memerangi penyebaran COVID-19. Semua penghuni dan pengunjung harus menggunakannya.

Aplikasi itu mengumpulkan data perjalanan untuk memberi orang peringkat merah, kuning, atau hijau yang menunjukkan kemungkinan terjangkit virus dan pengguna harus menunjukkan kode untuk memasuki tempat umum.

Data aplikasi itu dikelola oleh pemerintah kota dan pengguna mengakses Suishenma melalui aplikasi Alipay, yang dimiliki oleh raksasa fintech dan afiliasi Alibaba (9988.HK), Ant Group, dan aplikasi WeChat dari Tencent Holdings (0700.HK).

XJP, pemerintah Shanghai, Ant dan Tencent tidak segera menanggapi permintaan komentar.

Pelanggaran Suishenma yang diklaim terjadi setelah seorang peretas awal bulan lalu mengatakan mereka telah memperoleh 23 terabyte informasi pribadi milik satu miliar warga China dari polisi Shanghai.

Peretas itu juga menawarkan untuk menjual data di Forum Pelanggaran.

The Wall Street Journal, mengutip peneliti keamanan siber, mengatakan peretas pertama berhasil mencuri data dari polisi karena dasbor untuk mengelola basis data polisi dibiarkan terbuka di internet publik tanpa perlindungan kata sandi selama lebih dari setahun.

Surat kabar itu mengatakan data di-host di platform cloud Alibaba dan otoritas Shanghai telah memanggil eksekutif perusahaan atas masalah tersebut.

Baik pemerintah Shanghai, maupun polisi maupun Alibaba tidak mengomentari masalah database polisi.

Sumber : Kantor Berita Reuters | Editor : Saud Rosadi

Tag: