Diduga Tertular Virus ASF Dari Malaysia, Ratusan Babi di Kaltara Ditemukan Mati

Babi Kaltara (Foto : Istimewa/Niaga Asia)

NUNUKAN.NIAGA.ASIA – Puluhan babi di wilayah Kabupaten Nunukan, Malinau dan Bulungan ditemukan mati di pinggiran hutan. Kematian babi tersebut diduga terjangkit virus Flu Babi Afrika atau African Swine Fever (ASF) yang masuk ke wilayah Indonesia dari Sabah dan Serawak, Malaysia.

“Jumlah keseluruhan babi mati sejak Mei 2021 hingga sekarang sekitar 120 ekor,” kata Kepala Seksi Kesehatan Hewan Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (DPKP) Kalimantan Utara (Kaltara) Supardi, kepada Niaga Asia, Minggu (13/06).

Supardi menyebutkan, temuan babi mati di wilayah Kaltara, seperti di wilayah Tulin Onsoi dan Krayan, Nunukan sebanyak 40 ekor. Kemudian di Peso, Bulungan sebanyak 40 ekor, sisanya 40 ekor di wilayah Mentarang Hulu, Malinau.

Penyebaran virus ASF sebelumnya ditemukan pula di Kabupaten Berau, Kalimantan Timur, dengan jumlah kematian sekitar 100 ekor babi hutan. Ciri-ciri kematian babi sama persis dengan kejadian di Kaltara.

“Pemerintah Kaltara sudah mengambil sampel untuk pemeriksaan di Balai Veteriner (BVet) Banjarbaru, Kalimantan Selatan, mungkin lusa bisa diketahui hasilnya” ujarnya.

Dikatakan Supardi, babi terkena virus ASF akan kehilangan nafsu makan, lemas dan demam, serta mengeluarkan darah di bagian hidungnya. Jika kondisi ini terjadi dalam 3 sampai 5 hari, maka babi dipastikan akan mengalami kematian.

Penyakit flu babi ini sangat cepat menular ke sesamanya. Penularan virus bisa melalui media barang dan air, karena itu banyak babi ditemukan mati di sekitar pinggiran sungai seperti temuan pertama di Tulin Onsoi.

“Bulan Februari 2021 sudah ada penyakit ini di Sabah dan Serawak Malaysia, lalu menular ke Krayan dan Tulin Onsoi,” terang Supardi.

Untuk menghindari kematian dan penularan semakin besar, (DPKP) Kaltara telah melaksanakan pengetatan lalu lintas babi dan pengawasan terhadap perdagangan yang akhir-akhir ini mengalami penurunan drastis.

Himbauan kehati-hatian disampaikan pula kepada warga-warga perbatasan Indonesia yang selama ini sering berburu babi hutan, termasuk pemilik ternak agar senantiasa memperhatikan kesehatan hewan peliharaanya.

“Transportasi perdagangan babi hutan atau babi peliharaan dari Tulin Onsoi, Malinau dan Berau ditutup. Kalau berburu di hutan susah kita mengawasi,” sebutnya.

Meski virus tidak menyebar ke manusia, babi yang terserang virus yang dagingnya dikonsumsi manusia tetaplah berbahaya. Sebab memakan hewan dalam keadaan sakit dapat mengganggu pencernaan dan jaringan tubuh.

“Tidak menular ke manusia, tapi kalau kita memakan barang tidak sehat bisa ikut sakit juga kan,” terangnya.

Penulis : Budi Anshori | Editor : Rachmat Rolau

Tag: