Dihuni Monyet dan Bekantan, Mangrove Belagaone Nunukan Dikunjungi 1.000 Orang/Minggu

Bekantan tertangkap kamera di mangrove Belagaone Nunukan Selatan. (Foto Istimewa/Niaga.Asia)

NUNUKAN.NIAGA.ASIA-Pembangunan jembatan kayu ulin sepanjang 800 meter dan gazebo dilokasi hutan mangrove Belagaone di jalan Sedadap, Kecamatan Nunukan Selatan, mampu menarik minat wisatawan.

Sejak dibuka tanggal 14 Januari 2021, sedikitnya 1.000 orang lebih per minggu datang berkunjung menikmati keindahan destinasi wisata hutan mangrove yang dihuni hewan monyet ekor panjang dan puluhan ekor bekantan.

Kepalan Dinas Pariwisata, Pemuda, dan Olahraga (Disparpora) Nunukan, Syafaruddin mengatakan, pembangunan jerambah dan gazebo dilokasi hutan mangrove Belagaone menggunakan Dana Alokasi Khusus (DAK) cadangan tahun 2020 sebesar Rp 1,6 miliar.

“Mangrove Belagawan memiliki sport selfie sangat baik, disana juga dihuni hewan dilindungi dan langka seperti bekantan,” katanya (25/10)

Monyet dan bekantan sering terlihat di pagi hari dan sore hari, hanya saja jumlahnya masih belum diketahui, tapi monyet cukup banyak berkeliaran disana.

Nama Belagaone sendiri diambil dari singkatan Belakang Kantor Gadis Satu. Istilah ini hanya sebutan untuk mempermudah penyebutan lokasi wisata. Untuk melengkapai kenyamanan wisata, dibangun pula tempat berjualan makanan dan minuman.

“Untuk fasilitas umum masih sangat terbatas, mungkin tahun depan bisa kita tambahan gazebo dan kelengkapan wisata lainnya,” tuturnya.

Bupati Nunukan Hj Asmin Laura bersama Kadisparpora Nunukan, Syafaruddin Faisal saat berkunjung ke lokasi wisata magrove Belagane di Nunukan Selatan. (Foto Istimewa/Niaga.Asia)

Pembangunan fasilitas umum dilokasi mangrove Belagaone tidak sebatas penyediaan tempat hiburan masyarakat, tapi diharapkan menjadi rumah pengembangbiakan habitat bekantan yang telah lama ada disana.

Selama bertahun-tahun, bekantan disana hidup liar mencari makan disekitar mangrove, terkadang terlihat beberapa ekor masuk hingga disekitar gedung KNPI Nunukan, bahkan pernah ke jalan merusak kaca mobil.

“Ukuran bekantan disana cukup besar, kalau mereka loncat-loncar di mangrove bisa patah dahan pohon, dan biasanya mereka pagi hari berkeliaran mencari makan,” ungkap Syafaruddin.

Bersamaan dengan telah dibangunnya fasilitas umum, Disparpora Nunukan menunjuk kelompak sadar wisata Kelurahan Nunukan Selatan sebagai pengelola wisata. Kelompok inilah yang ditugaskan menjaga dan merawat, termasuk membuat spot-spot selfie.

Luas Belagaone memiliki luas hutan mangrove sekitar 2 hektar, pada bagian ujung terdapat pohon – pohon nipah yang biasanya dijadikan tempat beristirahat atau tidur puluhan ekor bekantan.

“Ada rencana kita membuat bangunan tinggi sekitar 4 meter untuk tempat istirahat dan makan belantan, tiap hari kita siapkan makana disana,” terangnya.

Meski tempat wisata telah dibuka untuk umum, pemerintah daerah belum melakukan penarikan retribusi biaya masuk, biaya operasional pengelolaan masih sebatas sumbangan sukarela dari pengunjung.

Wisata mangrove Belagaone dibuka pukul 7:30 Wita hingga 17:30 Wita, adapun waktu kunjungan dari mulai sabtu hingga kamis, khusus hari jum’at ditutup untuk kegiatan kebersilah lokasi wisata.

“Pengunjung di wisata mangrove Belagaone lebih banyak dari wisata air terjun Desa Binusan Nunukan,” ungkapnya. (002)

Tag: