Dinkes Nunukan Rekomendasikan SPPG Sebatik Tengah Lengkapi SLHS

Kadinkes Nunukan Miskia bersama sejumlah staf memeriksa dapur MBG SPPG Yayasan Bina Pendidikan Yatim di Sebatik Tengah (HO-Dinkes Nunukan)

NUNUKAN.NIAGA.ASIA – Dinas Kesehatan (Dinkes) Nunukan merekomendasikan Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Yayasan Bina Pendidikan Yatim selaku pengelola menu Makan Bergizi Gratis (MBG) di Kecamatan Sebatik Tengah, segera melengkapi persyaratan Sertifikat Laik Higiene Sanitasi (SLHS).

“Kemarin Dinkes sudah melakukan investigasi ke SPPG Yayasan Bina Pendidikan Yatim, yang hasilnya merekomendasikan beberapa hal. Salah satunya kelengkapan SLHS selalu pengelola pangan,” kata Kepala Dinkes Kabupaten Nunukan, Miskia, kepada niaga.asia, Kamis 2 Oktober 2025.

Terbitnya rekomendasi Dinkes Nunukan ini berkaitan dengan hasil investigasi pemerintah daerah, terkait dugaan keracunan para pelajar PAUD dan SD di Sebatik Tengah, Selasa 30 September 2025 lalu.

Tim kesehatan yang berkunjung ke dapur SPPG Yayasan Bina Pendidikan Yatim tidak menemukan adanya kejanggalan dalam pengelolaan masakan. Selain itu, kondisi dapur juga cukup baik, begitu pula penataan ruangan.

Meski kondisi dapur cukup baik, Dinkes Nunukan meminta SPPG melakukan pelatihan keamanan pangan bagi pekerja pengolah makanan, termasuk menyiapkan beberapa Sarana dan Prasarana (Sarpras) standar, khususnya untuk penyimpanan omprengan.

“Tempat penyimpanan bahan mentah SPPG Yayasan Bina Pendidikan Yatim perlu diperbaiki karena masih terbuka. Sehingga memungkinkan lalat dan serangga masuk,” terang Miskia.

Hal yang perlu diperbaiki lainnya adalah mengatur waktu olahan makanan maksimal 4 jam dan tata cara pengolahan makanan, serta sanitasi pencucian bahan mentah diharuskan menggunakan air bersih yang mengalir.

Miskia menerangkan, pengaturan waktu olahan makanan sangat penting guna menjaga kualitas menu MBG tetap terjaga dengan baik dan sehat, sehingga makanan yang didistribusikan masih dalam kondisi segar, atau layak makan.

“Selama ini waktu olahan masakan hingga dibagikan ke sekolah sekitar 8 jam. Lamanya waktu makanan ini bisa menyebabkan masakan kurang sehat untuk konsumsi,” jelas Miskia.

Semua hal yang tertuang dalam rekomendasi harus segera dipenuhi oleh pengelola menu MBG di Sebatik Tengah. Begitu pula untuk petugas yang terlibat dalam pengelolaan pangan, juga harus memeriksakan kesehatannya.

Pemerintah daerah tidak terlibat langsung dalam pengelolaan MBG. Meski demikian, Dinkes Nunukan dapat melakukan pengawasan dan pemeriksaan SPPG sebagai bentuk pembinaan agar program nasional ini berjalan sesuai tujuan.

“Tiap ada pengajuan SLHS, Dinkes Nunukan harus turun ke lapangan melakukan pemeriksaan Sarpras dapur. Setelah itu dikeluarkan rekomendasi apa saja yang perlu dipenuhi SPPG,” terang Miskia.

Munculnya dugaan keracunan menu MBG yang dialami murid PAUD dan SD di Sebatik Tengah, menjadi pelajaran bersama berkaitan pentingnya pengolahan pangan atau makanan diatur sebaik mungkin, guna mencegah kejadian itu kembali terulang.

Miskia berharap pengeperasian SPPG sebagai penyedia menu MBG, sebaiknya diawali dengan rapat lintas sektor bersama, sehingga para stakeholder dapat memberikan masukan untuk mengantisipasi kesalahan sekecil mungkin.

“SPPG tidak boleh berjalan sendiri tanpa melibatkan lintas sektor. Apalagi menyangkut program nasional yang manfaatnya harus terus berjalan,” demikian Miskia.

Penulis: Budi Anshori | Editor: Saud Rosadi

Tag: