Ditemukan Tiga Anak Positif Virus Polio di Kabupaten Pidie

Imunisasi anak jadi salah satu pencegahan polio (Kementerian Kesehatan)

JAKARTA.NIAGA.ASIA — Ditemukan tiga anak positif virus polio tanpa gejala lumpuh layuh mendadak di Kabupaten Pidie, Aceh. Temuan ini berdasarkan hasil pemeriksaan lanjut anak usia kurang dari 5 tahun yang tinggal di sekitar kasus polio pada awal November 2022 lalu. Pemeriksaan tinja melalui Targeted Healthy Stools Sampling sesuai dengan rekomendasi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Sebelumnya, pada awal November 2022 ditemukan satu kasus polio di Kabupaten Pidie, Aceh, sehingga kemudian Kabupaten Pidie menetapkan Kejadian Luar Biasa Polio. Kemudian dilakukan penelusuran epidemiologi di sekitar lokasi kasus polio melalui pemeriksaan tinja terhadap 19 anak sehat dan bukan kontak dari kasus yang berusia di bawah 5 tahun. Hal ini dilakukan untuk menilai apakah sudah terjadi transmisi di komunitas.

“Dari hasil pemeriksaan terhadap 19 anak, didapati tiga anak positif virus polio,” kata Juru Bicara Kementerian Kesehatan, dr Muhammad Syahril, di Jakarta, Kamis.

Namun demikian, sesuai dengan pedoman WHO, ketiga anak ini tidak dimasukkan dalam kriteria kasus karena tidak memenuhi kriteria adanya lumpuh layuh mendadak. Upaya pemantauan terus dilakukan, termasuk upaya skrining dari rumah ke rumah, untuk memastikan tidak ada tambahan kasus lumpuh layuh yang belum terlaporkan.

Penyakit Polio sangat berbahaya bagi anak karena dampaknya permanen seumur hidup, menyebabkan kelumpuhan dan belum ada obatnya. Namun kondisi ini dapat dicegah dengan mudah melalui imunisasi polio lengkap baik imunisasi tetes bOPV dan imunisasi suntik IPV.

“Oleh karena itu, kita harus lindungi masa depan anak-anak kita dengan berikan vaksinasi imunisasi polio lengkap,” ujar Syahril.

Selain imunisasi, perilaku hidup bersih dan sehat menjadi kunci kedua dalam pencegahan penularan polio di masyarakat. Adanya virus polio pada feses tinja ketiga anak, menunjukkan perilaku hidup bersih dan sehat penduduk yang masih kurang. Di mana masih ada penduduk yang menerapkan buang air besar (BAB) terbuka di sungai.

Meskipun tersedia toilet, lubang pembuangan langsung mengalir ke sungai. Sementara air sungai dipakai untuk berbagai aktivitas penduduk, termasuk tempat bermain anak-anak.

“Virus polio ini menular melalui saluran cerna, sementara aktivitas BAB masyarakat masih dilakukan di sungai bukan di jamban, sehingga ada sirkulasi virus dan potensi penularan di sana,” demikian Syahril.

Sumber : Kementerian Kesehatan | Editor : Saud Rosadi

Tag: