Dorongan Sanksi Baru dari AS, Korea Utara Bereaksi Panas

Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un menghadiri pertemuan politbiro Partai Buruh yang berkuasa di Pyongyang, Korea Utara, 19 Januari 2022 dalam foto yang dirilis oleh Kantor Berita Pusat Korea (KCNA) Korea Utara 20 Januari 2022. (KCNA via REUTERS)

SEOUL.NIAGA.ASIA – Korea Utara akan terus memperkuat pertahanannya terhadap Amerika Serikat dan tengah mempertimbangkan untuk memulai kembali “semua kegiatan yang ditangguhkan sementara”. Demikian laporan media pemerintah (Korean Central News Agency/KCNA) pada Kamis.

Ketegangan meningkat karena serangkaian uji coba rudal Korea Utara baru-baru ini. Dorongan Amerika Serikat untuk sanksi baru bagi Korea Utara, mendapat reaksi panas pusat pemerintahan Korea Utara di Pyongyang.

Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un mengadakan pertemuan politbiro kuat bersama Partai Buruh yang berkuasa pada hari Rabu, membahas masalah kebijakan penting. Termasuk tindakan balasan atas kebijakan AS yang dinilai sebagai bentuk ‘permusuhan

Politbiro memerintahkan pertimbangan ulang langkah-langkah membangun kepercayaan dan segera memeriksa semua aspek, memulai kembali “semua kegiatan yang ditangguhkan sementara” sambil menyerukan untuk segera memperkuat sarana fisik yang lebih kuat, tulis KCNA, dikutip Niaga Asia dari Reuters, Kamis.

Keputusan politbiro tampaknya merupakan langkah di luar pernyataan Kim sebelumnya pada akhir 2019 bahwa ia tidak akan lagi terikat oleh moratorium pengujian hulu ledak nuklir dan rudal balistik antarbenua (ICBM), setelah Amerika Serikat tidak menanggapinya.

Kebijakan dan ancaman militer Washington telah “mencapai garis bahaya,” kata laporan itu, sambil mengutip informasi latihan militer gabungan AS-Korea Selatan, penyebaran senjata strategis AS yang mutakhir di kawasan itu, dan penerapan sanksi independen dan PBB.

“Kita harus membuat persiapan yang lebih menyeluruh untuk konfrontasi jangka panjang dengan imperialis AS,” politbiro itu menyimpulkan.

Departemen Luar Negeri AS dan Gedung Putih tidak segera menanggapi permintaan komentar. Biden tidak menyebutkan Korea Utara selama hampir dua jam konferensi pers pada hari Rabu, yang digelar untuk menandai tahun pertamanya menjabat sebagai Presiden.

“Kita harus bersiap untuk lebih banyak pertempuran pedang yang dirancang untuk menciptakan suasana seperti perang – dan mungkin lebih banyak pengujian provokasi,” kata Jean Lee, seorang rekan di Wilson Center yang berbasis di Washington.

Dia menambahkan bahwa Kim akan menggunakan setiap kesempatan untuk membenarkan pengujian senjata lebih lanjut.

‘LINGKARAN SETAN’

Korea Utara mungkin dapat menguji coba rudal jarak jauh atau senjata ampuh lainnya tepat pada waktunya untuk peringatan ke-80 dan 110 dari ulang tahun mendiang ayah dan kakek Kim pada Februari dan April mendatang. Keduanya diperingati sebagai hari libur besar di negara itu, kata Yang Moo-jin, seorang profesor di Universitas Studi Korea Utara di Seoul.

“Mungkin situasinya bisa kembali ke lingkaran setan provokasi dan sanksi yang kita lihat pada 2017,” ungkap Yang Moo-jin.

Setelah uji tembak rudal balistik yang mampu menyerang daratan AS pada tahun 2017, Korea Utara meluncurkan serangkaian diplomasi dan belum menguji ICBM atau senjata nuklirnya sejak itu.

Namun sebaliknya, Korea Utara mulai menguji berbagai rudal balistik jarak pendek (SRBM) baru setelah pembicaraan denuklirisasi terhenti dan kembali kepada kebuntuan setelah pertemuan puncak yang gagal pada 2019 lalu.

Pyongyang mengeluarkan pernyataan peluncuran rudal sebagai hak kedaulatannya untuk membela diri dan menuduh Washington menerapkan standar ganda atas tes senjata.

Pada hari Senin, Korea Utara melakukan uji coba rudal keempatnya tahun ini, menyusul dua peluncuran “rudal hipersonik” berkecepatan tinggi dan bermanuver setelah lepas landas, dan satu lagi yang melibatkan sistem rudal yang bisa dibawa dengan kereta api.

Kecepatan peluncuran yang luar biasa cepat itu mendorong kecaman AS dan dorongan untuk sanksi baru PBB, dan Pyongyang mengancam dengan tindakan yang lebih kuat.

Jenny Town, Direktur Program 38 North Stimson Center yang berbasis di Washington, mengatakan meskipun bahasanya kuat, laporan politbiro memberi ruang bagi Kim untuk “menaikkan atau menurunkan retorika sesuai keinginannya” tergantung pada perkembangan di masa depan.

Pemerintahan Biden perlu memimpin upaya internasional tingkat tinggi yang lebih terpadu untuk memulai kembali negosiasi tentang tindakan langkah demi langkah menuju perdamaian dan denuklirisasi, kata Daryl Kimball, Direktur Eksekutif Asosiasi Kontrol Senjata di Washington.

“Masalah nuklir dan rudal Korea Utara belum hilang dan hanya akan bertambah buruk tanpa adanya diplomasi yang aktif dan serius,” katanya.

Sumber : Reuters | Editor : Saud Rosadi

 

Tag: