DR Yahya Anja: Pendidikan di Kubar Perlu Perhatian Pemprov Kaltim

yahya
Yahya Anja, Yulianus Henock Sumual, dan H Syaharie Jaang bersama tokoh masyarakat di Kutai Barat.

SAMARINDA.NIAGA.ASIA-Pendidikan di Kutai Barat (Kubar) perlu mendapat perhatian lebih dari Pemerintah Provinsi Kaltim. Pembangunan sektor pendidikan di Kubar masih banyak kekurangan. Sekolah negeri (SMAN I Kubar) kekurangan guru, sedangkan sekolah yang diselenggarakan masyarakat kekurangan sarana dan prasarana.

Menurut anggota DPRD Kaltim dari Partai Demokrat, DR Yahya Anja yang berasal dari daerah pemilihan Kukar dan Kubar ini, setiap anggota dewan reses, keluhan tetap sama, itu ke itu terus. “Saya minta Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kaltim memperhatikan soal kekurangan guru di sekolah negeri,” ucap Yahya.

Kekurangan guru yang ditemuinya di SMAN I Kubar sangat fatal karena yang kurang guru agama, yakni guru agama Islam, Kristen, dan Katolik, serta guru Biologi. Guru agama, kata Yahya, diinginkan wali murid untuk dipenuhi karena sangat penting, terkait dengan pendidikan agama, akhlak dan keimanan. “Masyarakat banyak minta guru ketiga agama dipenuhi,” ujarnya. Selain kekurangan guru, SMAN I Kubar juga kekurangan pegawai tata usaha. “Menyedihkan,” tambah Yahya.

Diterangkan pula, SMAN/SMKN di berbagai kabupaten/kota di Kaltim kekurangan guru karena sebelum kedua sekolah dialihkan kewenangan mengelolanya ke provinsi, guru ada yang mutasi sebagai pegawai kabupaten/kota, mengajar atau jadi kepala SMPN atau  kepala SDN. “Laporan yang saya terima saat reses seperti itu,” katanya.

Pondok pesantren

                Yahya ketika reses juga menemukan sekolah swasta berupa pondok pesantren, santrinya banyak tapi prasarana dan sarana untuk pendidikan sangat kurang, misalnya di Pondok Pesantren Assalam Arya Kamuning Barong Tongkok, santrinya banyak tapi tak mempunyai asrama putri yang memadai. “Pondok itu sudah berdiri sejak tahun 1991 tapi luput dari perhatian Pemprov dan Pemkab Kubar untuk membantu,” ungkap Yahya.

Pondok Assalam menyelenggarakan pendidikan mulai dari tingkat MI (Madrasah Ibtidaiyah), MTs (Madrasah Tasanawiyah), dan MA (Madarasah Aliyah). Jumlah santrinya 350 orang lebih dan mempunyai guru lebih dari 40 orang. “Pondok minta saya memperjuangkan dapat bantuan dari Pemprov untuk membangun asrama. Saya akan usahakan Pemprov mau mengalokasikan  bantuan untuk pondok tersebut,” kata Yahya.

Menurut Yahya, selama ini yayasan yang mengelola pondok yang diketuai H Anas Yudiarso membiayai secara swadaya penyelenggaraan pendidikan dan sudah mempunyai tanah seluas 3 hektar untuk dijadikan asrama santri. “Pondok itu sudah punya tanah, tapi tak mempunyai dana membangun fisik asrama,” tambahnya.

Untuk memenuhi kebutuhan santrinya, pengelola pondok melakukan kegiatan pertanian di lahan lebih kurang 154 hektar, termasuk menanami dengan karet. Sebagian lagi dari lahan pertanian ditanami dengan tanaman semusim, hortikultura. (001)