Ekonomi Kreatif, Pintu Masuk Kaum Milenial Penggerak Inovasi

aa
(Foto: ekon.go.id)

JAKARTA.NIAGA.ASIA-Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah, Rudy Salahuddin menjelaskan, generasi milenial perlu membentuk semangat  untuk membawa perubahan bagi Indonesia, khususnya di bidang ekonomi kreatif, misalnya dengan membangun usaha startup yang akan berkontribusi besar dalam perluasan lapangan kerja. Serta, untuk memberikan insight tentang bagaimana mereka bisa mengembangkan kapasitas dan kemampuannya dengan melanjutkan kuliah lagi ke jenjang lebih tinggi.

Hal tersebut dikatakan Rudy Salahuddin dalam talkshow berjudul “Rise of the Millenials: Embrace Your Potentials” yang diadakan atas kerja sama Kedeputian IV – Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan, dan Daya Saing Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah, Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian dengan Ikatan Alumni Fakultas Teknik Universitas Indonesia (Iluni FT UI), Sabtu (3/8/2019).

Menurut Rudy, ada beberapa opsi sebenarnya bagi para mahasiswa setelah lulus kuliah, apakah ia ingin langsung masuk ke dunia kerja, atau menjadi entrepreneur, atau malah melanjutkan kuliah ke tingkat lebih tinggi.

Di Indonesia, tingkat pengangguran masih sebesar 5%, dan di sini lulusan SMK dan universitas masih lumayan mendominasi. “Jadi, bagaimana kita dapat menjadi orang yang produktif setelah lulus, juga bagaimana kita bisa memulai startup ataupun menjadi profesional yang baik,” ungkap Rudy.

Menyesuaikan Kultur Startup dengan Milenial

Pada sesi pertama talkshow ini menghadirkan dua narasumber kompeten yang telah berhasil membangun perusahaan startup yang cukup dikenal di Indonesia, yaitu Alexander Rusli (CEO DigiAsia) dan Hiro Wardhana (CEO Passpod).

Alexander yang pernah menjadi CEO Indosat pada 2012-2017 tersebut mengatakan, saat ini dunia sudah masuk ke ‘The New Digital Culture’, semisal semakin banyak pekerja yang gadget minded, less human contact. Jadi, perusahaan-perusahaan harus membuat pakem baru yang membuat generasi milenial “betah” bekerja di sana.

“Yang harus sadar adalah older generation yang harus berusaha beradaptasi dengan mereka. Target market digital company adalah milenial, sehingga mereka butuh pekerja yang berpikir seperti customer-nya,” ujarnya.

Sementara, Hiro menuturkan, dalam hal rekrutmen pegawai baru di perusahaannya, hal-hal yang dirinya pentingkan adalah attitude, skill dan knowledge. “Karena yang punya knowledge belum tentu tidak keblinger. Head of Developer di tempat saya sekarang merupakan lulusan SMK yang memang mau terus belajar, jadi attitude itu penting banget,” ucapnya.

 Pendidikan Lanjutan untuk Tingkatkan Skill

Untuk mendukung era Industri 4.0, terdapat dua poin penting yang menjadi penopang kemajuannya, yaitu angkatan kerja harus terus belajar dalam mengembangkan diri serta meningkatkan ketrampilannya. Khususnya untuk beradaptasi dengan perkembangan teknologi informasi yang disruptif sekarang ini.

Menyoal pendidikan lanjutan, pemerintah menargetkan rasio jumlah kelulusan S2 atau master degree per 1 juta penduduk meningkat signifikan pada 2025. Tetapi yang sangat disayangkan, sampai saat ini penduduk Indonesia masih kurang minatnya untuk melanjutkan kuliah ke jenjang lebih tinggi.

Salah satu alasannya yakni faktor biaya pendidikan lanjutan yang tinggi, baik untuk di dalam maupun luar negeri. Untuk mengatasinya, diberikan berbagai beasiswa pendidikan dari banyak lembaga, termasuk dari pemerintah melalui Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) Kementerian Keuangan.

Banyak Tuntutan Harus Dicapai

Dengan berkembangnya globalisasi sekarang ini, banyak tuntutan akan kemudahan dan kecepatan yang harus dicapai untuk menjadi negara maju. Salah satu konsep yang lahir akibat tuntutan globalisasi dan Revolusi Industri 4.0 adalah ekonomi kreatif. Tak hanya itu, ekonomi kreatif juga dijadikan sebagai pilar ekonomi bangsa di masa depan.

Kolaborasi antara konsep ekonomi dan kreativitas perlu disadari dampaknya oleh masyarakat, khususnya untuk para pelaku bisnis. Ide kreatif untuk membuat perubahan dan inovasilah yang akan dapat membantu bertahan di era digital, karena proses bisnis masa kini tak hanya sekadar memproduksi barang dan menjualnya saja. Selain itu, kreativitas tentunya diperlukan untuk menyasar target market produsen saat ini yaitu generasi milenial yang selalu dinamis dan mempunyai minat yang beragam.

Untuk meraih pasar generasi milenial, tentu saja diperlukan pengetahuan akan kebiasaan mereka sebagai consumer. Maka itu, tak heran jika perusahaan-perusahaan startup yang marak saat ini dimotori oleh para milenial itu sendiri. Karena mereka menyasar “kalangannya” sendiri, dan generasi milenial itu akan bisa memberikan knowledge baru bagi para seniornya.

Turut hadir dalam acara ini Kepala Satuan Pemeriksaan Internal LPDP Febriana Kusuma, Tim Koordinator Scholarships Nuffic Neso Indy Hardono, Outstanding Awardee Beasiswa LPDP Josefhine Chitra. (001)

 

Tag: