Eksistensi Kedai Kopi Di Tengah Pandemi

Anggi Febriyanto salah satu owner kedai kopi di kawasan Jalan Perjuangan Samarinda. (Foto Niaga.Asia)

SAMARINDA.NIAGA.ASIA-Selama ini kedai kopi selalu menjadi tempat nongkrong favorit bagi kaula muda di Kota Tepian. Terkhusus bagi Mahasiswa yang biasanya mengerjakan tugas sambil nongkrong di kedai kopi.

Selain  mencari suasana baru dibanding suasana rumah maupun kamar kost, mengerjakan tugas dikedai kopi juga bisa mengirit kocek anak kost, karena biasanya memanfaatkan wifi kedai.

Lantas bagaimana keadaan kedai kopi di saat keadaan pandemi saat ini, ditambah lagi dengan absennya mahasiswa karena  banyak pulang ke kampung halaman akibat perkuliahan dialihkan menjadi sistem Dalam Jaringan (Daring).

Ternyata Pandemi juga menghantam sektor usaha kedai kopi ini, dijelaskan Anggi Febriyanto salah satu owner kedai kopi di kawasan Jalan Perjuangan Samarinda.

Selama pandemi omset jauh menurun dibanding sebelumnya, bahkan ia sempat menutup kedainya selama dua bulan, terhitung sejak akhir Maret hingga Mei 2020 lantaran sepi pengunjung.

“Semenjak Pandemi itu kan yang parah banget di bulan Maret, Itu bener-bener tidak ada pelanggan, jadi saya tutup kedai selama 2 bulan,” tutur Anggi.

Namun Anggi tak patah arang. Ia mengumpulkan keberanian untuk kembali membuka kedainya. Saat itu ia bergulat dengan hati  dan pikirannya. Disatu sisi ia harus memutar roda penghasilannya, disisi lain ia takut saat kedai dibuka tak dikunjungi konsumen.

Anggi: pemasaran secara online cukup membantu. (Foto Niaga.Asia)

Akhirnya dengan segenap niat dan keberanian kembali membuka kedai.

“Waktu awal-awal buka semasa pandemi itu, omset jauh beda dibandingkan sebelum pandemi, pengunjung hanya 5 sampai 10 orang semalam.” Paparnya.

Berbagai inovasi ia hadirkan untuk meramaikan kembali kedainya, termasuk dengan cara menjual kopinya melalui media sosial.

Hal itu  ternyata ampuh menarik minat pelanggan, meskipun omset belum kembali seperti semula, namun sudah bisa memutar kembali perekonomiannya.

“Alhamdullilah sejak fase relaksasi di bulan juni kemarin dan juga saya jual (Kopi) melalui online omset kembali meningkat meskipun belum seperti semula,” Anggi menerangkan.

Namun ia menyayangkan, hingga saat ini tak pernah menerima bantuan sosial masyarakat untuk Usaha Menengah Kecil Mikro (UMKM) yang terdampak Covid-19.

Padahal Pemerintah Kota Samarinda telah menganggarkan alokasi khusus Penanganan dan Penanggulangan Dampak Covid-19 senilai Rp350 miliar dan Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur juga melakukan hal yang sama, dengan mengalokasikan anggaran senilai Rp 538 miliar. (*)

Tag: