Enam Bulan Penduduk Miskin Kaltim Berkurang 2.470 Orang

AA
Penduduk miskin di bantaran Sungai Karang Mumus Samarinda. (Foto NIAGA.ASIA)

SAMARINDA.NIAGA.ASIA-Jumlah penduduk miskin di Kalimantan Timur pada Maret 2019 sebanyak 219,92 ribu (5,94 persen). Pada September 2018 sebanyak 222,39 ribu (6,06 persen), berarti jumlah penduduk miskin secara absolut berkurang 2,47 ribu orang (turun 0,12 persen poin).  Jumlah penduduk miskin Kaltim 5,94persen tersebut dibawah angka penduduk miskin secara nasional, dimana pada periode yang sama berjumlah 9,41 persen atau 25,14 juta jiwa.

Demikian disampaikan Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi Kalimantan Timur, Atqo Mardiyanto dalam konferensi pers di kantornya di Samarinda, Senin (15/7/2019).

Kemudian, kata Mardiyanto, selama September 2018 – Maret 2019, garis kemiskinan (GK) naik sebesar 1,83 persen, yaitu dari Rp598.200,- per kapita per bulan pada September 2018 menjadi Rp609.155,- per kapita per bulan pada Maret 2019.

“Periode September 2018 – Maret 2019, Indeks Kedalaman Kemiskinan naik dari 0,764 pada keadaan September 2018 menjadi 0,910 pada keadaan Maret 2019. Indeks Keparahan Kemiskinan juga naik dari 0,148 menjadi 0,210 pada periode yang sama,” jelasnya.

Pada Maret 2019, tingkat ketimpangan pengeluaran penduduk yang diukur oleh Gini Ratio tercatat sebesar 0,330. Angka ini lebih kecil jika dibandingkan dengan Gini Ratio September 2018 (0,342).

“Pada Maret 2019, distribusi pengeluaran kelompok penduduk 40 persen terbawah adalah sebesar 20,24 persen. Artinya pengeluaran penduduk masih berada pada kategori tingkat ketimpangan rendah,” jelas Mardiyanto.

Penduduk Miskin Nasional

Tentang penduduk miskin secara nasional, BPS menginformasikan, jumlah penduduk miskin pada Maret 2019 mencapai sebesar  25,14 juta orang, atau menurun 0,53 juta orang  terhadap September 2018, dan menurun 0,80 juta orang terhadap Maret 2018.

“Persentase penduduk miskin pada Maret 2019 sebesar 9,41 persen, menurun 0,25 persen poin terhadap September 2018, dan menurun 0,41 persen poin terhadap Maret 2018,” kata Kepala BPS Suhariyanto dalam keterangannya kepada wartawan di kantor Pusat BPS, Jakarta, Senin (15/7) siang.

Berdasarkan daerah tempat tinggal, menurut Kepala BPS, pada periode September 2018–Maret 2019, jumlah penduduk miskin di daerah perkotaan turun sebesar 136,5 ribu orang, sedangkan di daerah perdesaan turun sebesar 393,4 ribu orang. “Persentase kemiskinan di perkotaan turun dari 6,89 persen menjadi 6,69 persen. Sementara itu, di perdesaan turun dari 13,10 persen menjadi 12,85 persen,” ungkap Suhariyanto.

Garis Kemiskinan nasional

Kepala BPS Suhariyanto juga mengemukakan, Garis Kemiskinan pada Maret 2019 adalah sebesar Rp425.250,- per kapita per bulan. Dibandingkan September 2018, Garis  Kemiskinan naik sebesar 3,55 persen.    Sementara jika dibandingkan Maret 2018, terjadi kenaikan sebesar 5,99 persen.

Adapun garis kemiskinan per rumah tangga adalah gambaran besarnya nilai rata-rata rupiah minimum yang harus dikeluarkan oleh rumah tangga untuk memenuhi kebutuhannya agar tidak dikategorikan miskin.  Secara rata-rata, menurut Suhariyanto, garis kemiskinan  per rumah tangga pada Maret 2019 adalah sebesar  Rp1.990.170,-/ bulan naik sebesar 4,67   persen dibanding kondisi September 2018 sebesar Rp1.901.402,-/bulan.

Dengan memperhatikan komponen Garis Kemiskinan (GK), yang  terdiri dari Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Bukan Makanan (GKBM), menurut Kepala BPS itu, terlihat peranan komoditi makanan masih jauh lebih besar dibandingkan peranan komoditi bukan makanan. “Besarnya sumbangan Garis Kemiskinan Makanan terhadap Garis Kemiskinan pada Maret 2019 sebesar 73,66 persen,” jelas Suhariyanto.

Ia menyebutkan, komoditi makanan yang memberikan sumbangan terbesar pada Garis Kemiskinan, baik di perkotaan maupun di perdesaan, pada umumnya hampir sama, yaitu beras (menyumbang 20,59 persen di perkotaan dan 25,97 persen di perdesaan), disusul rokok kretek filter, dan telur ayam ras. (001)