Erdogan Tolak Desakan AS untuk Akhiri Serangan Turki ke Suriah

aa
Militer Turki meluncurkan rudal ke wilayah Suriah, pada Selasa (15/10). (Hak atas foto AFP/Getty Images Image caption)

ANKARA.NIAGA.ASIA-Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, menolak desakan Amerika Serikat untuk melakoni gencatan senjata di bagian utara Suriah. Erdogan menegaskan, serangan Turki akan berlanjut.

“Mereka berkata ‘nyatakan gencatan senjata’. Kami tidak akan pernah menyatakan gencatan senjata,” seru Erdogan. “Mereka menekan kami untuk menghentikan operasi. Mereka mengumumkan beragam sanksi. Tujuan kami jelas. Kami tidak khawatir tentang sanksi apapun,” lanjutnya.

Komentar tersebut mengemuka ketika Wakil Presiden AS, Mike Pence, dan Menteri Luar Negeri AS, Mike Pompeo, sedang bersiap ke Turki guna mendorong perdamaian antara pihak-pihak yang bertikai.

Sebelumnya, pemerintah AS menjatuhkan sanksi terhadap dua kementerian Turki dan tiga pejabat senior pemerintah Turki sebagai respons atas serangan militer negara itu ke bagian utara Suriah.

Menteri Keuangan AS, Steven Mnuchin, mengatakan sanksi-sanksi yang diberikan “sangat kuat” dan punya dampak berat terhadap ekonomi Turki.

Menurut Wapres Mike Pence, Presiden Donald Trump telah menelpon Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan, guna mendesak gencatan senjata sesegera mungkin.

aa
Kepulan asap di Kota Ras al-Ain, Suriah, dapat disaksikan dari wilayah Turki dekat perbatasan kedua negara, pada 15 Oktober. (Hak atas foto AFP Image caption)

Pada perkembangan lain, Rusia menyatakan tidak akan membiarkan bentrokan antara pasukan Turki dan Suriah, tatkala Turki melancarkan serangan di Suriah utara.

“Ini tidak bisa diterima… dan karena itu kita tidak akan membiarkannya, tentu saja,” kata utusan khusus Moskow untuk Suriah, Alexander Lavrentyev.

Penarikan pasukan AS dari wilayah, yang diumumkan pada pekan lalu, memberi Turki “lampu hijau,” kritik para pengamat.

Rusia adalah sekutu militer utama pemimpin Suriah Bashar al-Assad. Kementerian pertahanan Rusia mengatakan pasukannya, yang telah dikerahkan di Suriah sejak 2015, berpatroli di sepanjang “garis kontak” antara pasukan Suriah dan Turki.

Kemudian pada Selasa (15/10), Pentagon mengatakan jet-jet tempur F-15 dan helikopter tempur Apache telah dikerahkan dalam unjuk kekuatan terhadap pasukan yang disokong Turki, yang telah mendekati pasukan darat AS di dekat kota Ain Issa di Suriah.

Para pejuang yang didukung Turki telah melanggar perjanjian untuk tidak mengancam pasukan AS, kata seorang pejabat militer.

aa
Laskar Suriah yang disokong Turki berada di kota Ayn al-Arus. (Hak atas foto AFP Image caption)

Selama kunjungan ke Uni Emirat Arab, Lavrentyev menyebut serangan Turki “tidak bisa diterima”. Ia mengatakan bahwa berdasarkan perjanjian sebelumnya, Turki hanya boleh masuk sejauh 5-10 km ke Suriah – jauh lebih kecil dari “zona aman” yang diinginkan Ankara – dan bahwa Turki tidak berhak untuk mengerahkan pasukannya di Suriah secara permanen. Suriah melakukan kontak dengan Turki untuk menghindari konflik, ujarnya.

Lavrentyev juga menegaskan bahwa Rusia telah menjadi penengah untuk membantu membuat kesepakatan antara Kurdi dan Damaskus yang memungkinkan Pasukan Demokratik Suriah (SDF) yang dipimpin Kurdi menyerahkan wilayah kepada pasukan pemerintah Suriah dengan imbalan dukungan militer.

aa
Tentara pemerintah Suriah menyatakan telah tiba di kota-kota yang dikuasai Kurdi, termasuk Tal Tamer. (Hak atas foto AFP Image caption)

Bagaimana situasinya?

Serangan Turki, yang dimulai minggu lalu, bertujuan untuk mendepak Pasukan Demokratik Suriah (SDF) yang dipimpin Kurdi dari wilayah perbatasan. Turki menganggap milisi terbesar di SDF sebagai organisasi teroris.

Pemerintah Turki ingin menciptakan “zona aman” di wilayah itu, tempat mereka dapat memukimkan kembali pengungsi Suriah yang saat ini tinggal di Turki. Banyak dari para pengungsi tersebut bukan orang Kurdi, dan pengamat memperingatkan langkah ini bisa mengarah pada pembersihan etnis penduduk Kurdi setempat.

Puluhan warga sipil telah tewas dalam operasi militer sejauh ini dan sedikitnya 160.000 telah meninggalkan daerah itu, menurut PBB.

Pasukan yang dipimpin Kurdi merupakan sekutu utama AS dalam perang melawan kelompok Negara Islam (ISIS) di Suriah. Mereka menyebut penarikan AS, yang mendahului tindakan Turki, sebagai “menusuk dari belakang”.

Ada kekhawatiran destabilisasi bisa menyebabkan kebangkitan ISIS, karena ribuan mantan pejuang dan kerabat mereka ditahan di Suriah utara. Ratusan anggota keluarga ISIS dilaporkan telah melarikan diri dari salah satu kamp.

Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menegaskan operasi militer akan berlanjut hingga “tujuan telah tercapai” meski dengan adanya keterlibatan pasukan pemerintah Suriah.

AS telah menjatuhkan sanksi pada kementerian-kementerian Turki dan pejabat senior pemerintah dalam menanggapi serangan militer negara itu di Suriah utara.

Presiden Donald Trump juga menelepon mitranya dari Turki untuk menuntut gencatan senjata segera, kata Wakil Presiden Mike Pence. Pence mengatakan dia akan melakukan perjalanan ke wilayah itu “secepat mungkin”.

Apa yang terjadi di Suriah?

Menyusul kesepakatan dengan pasukan pimpinan Kurdi, tentara Suriah mulai bergerak menuju perbatasan pada hari Senin.

Kesepakatan itu dipandang sebagai dorongan bagi Presiden Suriah Bashar al-Assad karena itu berarti pasukannya akan kembali ke wilayah timur laut untuk pertama kalinya sejak 2012. Kala itu, tentara Suriah ditarik mundur untuk melawan pemberontak di tempat lain sehingga kemudian milisi Kurdi mengambil kendali.

Meskipun tidak setuju dengan upaya mereka untuk membuat pemerintahan sendiri, Assad tidak berusaha merebut kembali wilayah itu, terutama setelah Kurdi menjadi mitra dalam koalisi melawan ISIS bersama pasukan AS.

Selain melawan ISIS, suku Kurdi sangat penting bagi AS dalam membatasi pengaruh saingannya, Rusia dan Iran, serta mempertahankan pengaruhnya di lapangan.

Pasukan pemerintah Suriah telah memasuki kota strategis Manbij, yang terletak di dalam wilayah tempat Turki ingin menciptakan “zona aman”. Pasukan Turki dan laskar anti-pemerintah pro-Turki telah berkumpul di dekat kota tersebut.

Untuk saat ini, pasukan Suriah tidak akan dikerahkan antara Tal Abyad dan Ras al-Ain, tempat Turki telah memfokuskan upayanya.

aa
Dozens have been killed since the assault against Kurdish forces in Syria began on Wednesday . (Hak atas foto AFP Image caption)

Mengapa Manbij begitu penting?

Turki telah mengancam kota itu sejak SDF yang dipimpin Kurdi membebaskannya dari ISIS pada 2016. Manbij terletak dekat dengan perbatasan, dan Turki menganggap milisi Kurdi di Suriah sebagai organisasi teroris. Selama dua tahun terakhir, ratusan tentara AS terlihat berpatroli di jalan-jalan kota.

PadaMaret 2017, Pentagon mengerahkan tentara ke daerah tersebut – dan tidak seperti di bagian lain Suriah, mereka mengibarkan bendera AS dari kendaraan untuk secara terang-terangan menghalangi operasi Turki dan meyakinkan kedua belah pihak. Patroli itu begitu terang-terangan sehingga seorang pengebom bunuh diri menewaskan empat tentara AS di Manbij awal tahun ini.

Namun pengerahan pasukan itu akan segera berakhir. Pada hari Selasa kemarin, juru bicara militer AS Kolonel Myles B Caggins menulis di Twitter: “Pasukan koalisi melakukan penarikan yang disengaja dari timur laut Suriah. Kami berada di luar Manbij.”

aa
Seorang perempuan Suriah dari suku Kurdi menangis saat pemakaman lima laskar Pasukan Demokratik Suriah di Ras al-Ain. (Hak atas foto AFP Image caption)

Pasukan pemerintah Suriah dan sekutu mereka dari Rusia segera bergerak masuk. Sebuah video yang diunggah di Twitter menunjukkan seorang wartawan perang Rusia di dalam bekas kamp militer AS, dengan peralatan yang tampaknya ditinggalkan begitu saja ketika mereka meninggalkan daerah itu dengan terburu-buru.

Menurut Kementerian Pertahanan Rusia, pasukan pemerintah Suriah kini telah menguasai lebih dari 1.000 kilometer persegi di sekitar Manbij. Foto-foto dari tempat kejadian menunjukkan kendaraan militer yang mengibarkan bendera Suriah dan Rusia memasuki kota.

Ini menandai perubahan dramatis dalam perang saudara di Suriah, hanya lebih dari seminggu setelah Presiden Trump mengumumkan penarikan pasukan AS dari perbatasan.

Bagaimana situasi kemanusiaan di Suriah?

Badan amal medis internasional Médecins Sans Frontières (MSF) telah mengumumkan penarikan staf dan operasi di Suriah timur laut.

“Perkembangan terakhir hanya meningkatkan kebutuhan akan bantuan kemanusiaan, namun tidak mungkin untuk memberikannya dalam situasi saat ini yang tidak aman,” kata manajer darurat MSF Robert Onus.

“Dengan berat MSF mengambil keputusan sulit untuk menangguhkan sebagian besar kegiatan kami dan mengevakuasi staf internasional kami dari timur laut Suriah.”

Sumber: BBC News Indonesia