Eskpor Hasil Laut Nunukan ke China Via Tawau Turun 12 Ton per Hari

Kapal-kapal ikan dan kepiting asal Tarakan sandar di pelabuhan Sebatik sebelum melanjutkan ke Tawau, Malaysia (foto Budianshori/Niaga.Asia)

NUNUKAN.NIAGA.ASIA-Sejak didera virus corona akhir Desember, pasar di China menjadi lesu. Ekspor komoditi  hasil laut  dari Kaltara berupa ikan dan kepiting di Sebatik, Nunukan ke China via  Tawau, Sabah, Malaysia  yang rata-rata  20 ton per hari,  kini tinggal 8 ton per hari.

“Ikan dan kepiting Nunukan diekspor pengusaha di Tawau  ke China dan Hongkong, sepanjang Januari dan hingga saat ini anjlok,” ungkap kata Kepala Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (PSKPT) Sebatik, Iswandi Rahman, Kamis (6/2/2020).

Iswandi menyebutkan, SKPT Sebatik mencacat ada 4 jenis ekspor komoditi laut yang setiap harinya dilakukan nelayan dan pengusaha Sebatik, hasil ekspor tersebut nantinya akan kembali di ekpsor oleh pengusaha Malaysia ke China, Hongkong dan negara lainnya.

Secara nilai, ekspor seperti ini tidak banyak menguntungkan bagi pengusaha Nunukan, sebab pengiriman barang tidak dilakukan secara lansung, melainkan  melalui perantara pengusaha Malaysia yang selama ini berperan sebagai pembeli hasil laut Indonesia.

“Nelayan dan pengusaha kita menjual ke pengusaha Malaysia, nilai impor perminggu bisa mencapai Rp5 miliar lebih,” sebutnya.

Nilai ekspor tertinggi dihasilkan dari ikan bandeng, rata-rata perbulannya 76,725 kilogram dengan harga jual Rp 20.000 perkilo, total penjualan ikan tambak tersebut mencapai  Rp1,534 miliar per minggu.

“Kekacauan yang melanda negara China berdampak menurunya permintaan ikan dari pengusaha Malaysia, tertutupnya jalur transportasi ke China menyebabkan impor hasil laut dari beberapa negara ditutup sementara waktu,” kata Iswandi. Produksi  hasil laut  Nunukan tetap stabil mampu memenui permintaan di atas 25 ton, masalahnya sekarang, permintaan impor di Malaysia turun.

Disebutkan, selain turunnya permintaan dari pengusaha di Tawau, harga nya juga turun.  Kondisnya tidak baik untuk perekonomian nelayan dan pengusaha Indonesia yang selama ini bergantung dengan eksportir Malaysia.

Tren turunya eskpor bisa dilihat dari perbandingan tanggal 25 Januari hingga 31 Januari dengan nilai ekspor sebesar Rp 5.254.396.000 per minggu, nilai ini jauh berbeda dengan nilai ekspor 18 Januari hingga 24 Januari yang mencapai Rp 15. 295.335.000 pe rminggu.

“Akhir bulan Januari mulai terlihat menurunan nilai ekspor, diperkirakan awal nilai ekspor Februari hingga pertengahan Februari masih berada dikisaran Rp 5 miliar,” ungkap Iswandi.

Secara terpsiah, Kepala Dinas Perdagangan Nunukan Dian Kusumanto menyebutkan, nilai ekspor komoditi hasil alam Kabupaten Nunukan sebagaimana cacatan Bea Cukai  Nunukan pertahunnya mencapai Rp 105 miliar.

“Eskpor terbesar kita ikan, kepiting, udang dikirim dari Pulau Sebtik, meski hasil laut itu bukan semuanya milik nelayan Sebatik,” sebutnya.

Namun, tidak semua eskpor hasil laut dari Pulau Sebatik ke Malaysia tercacat, sebab sebagian besar ekspor dilakukan nelayan dan pengusaha dengan cara tradisonal atau illegal tanpa dokumen resmi Bea dan Cukai dan Karantina.

“Ada resmi dan juga non resmi, kalau non resmi bisa dilegalkan, pasti hasil eskpor Nunukan jauh lebih besar lagi,” tutupnya. (002)

Tag: