Euforia Juara Disalurkan Teater Pilar untuk Tampil di Pentas di Galery Indonesia Kaya

Para pendukung ‘Tuha’ Teater Pilar Samarinda yang berhasil memukau penonton dan meraih juara I FT-TBK 2023 dan akan dipentaskan di Galery Indonesia Kaya, Grand Indonesia, Jakarta.  (Foto Hamdani/Niaga.Asia)

SAMARINDA.NIAGA.ASIA – Euforia keberhasilan Teater Pilar Samarinda meraih juara I Festival Teater Taman Budaya Kaltim (FT-TBK) 2023, disalurkan dengan persiapan pentas di Galery Indonesia Kaya, Grand Indonesia, Jakarta.

“Adik-adik pendukung pentas Teater Pilar sekarang lagi dilanda euforia kemenangan. Dan kini saya menyalurkan energi euforia itu dengan persiapan latihan untuk pentas di Galery Indonesia Kaya Jakarta,” kata Ketua Teater Pilar Iwan Adrian kepada Niaga.Asia, Kamis (22/6).

Menurut Iwan Adrian, Teater Pilar tetap akan menampilkan naskah ‘Tuha’ karya Hamdani.

“Kami menganggap ‘Tuha’ pilihan yang paling realistis, dibanding naskah-naskah lain. Kalau kami membawakan drama musikal ‘I Promise 42’ yang pernah kami tampilkan niscaya tidak akan dianggap oleh penonton Jakarta,” ucap Iwan.

Namun berbeda, kilahnya, kalau membawakan ‘Tuha’ yang banyak muatan lokal Kaltim.

“Pasti ada sentuhan lain bagi penonton Jakarta,” tambahnya.

“Rencana membawa ‘Tuha’ sudah kami konsultasikan dengan para seniman senior seperti  bang Wawan Timoer, bang Pance, ka Arafat dan tentu dengan penulis naskahnya, pak Hamdani. Beliau-beliau setuju dengan beberapa catatan pembenahan garapan ‘Tuha’,” ungkap Iwan.

Dia melanjutkan, awal bulan Juli latihan sudah dimulakan.

“Sambil menunggu kepastian tanggal pentas dari pengelola Galery Indonesia Kaya,” imbuhnya.

Dalam FT-TBK yang digelar Selasa-Rabu (20-21/6) di Gedung Rizani Asnawi, Taman Budaya, Samarinda, Teater Pilar menyajikan naskah ‘Tuha’ dengan para aktor/aktris:  M. Taufik Hidayat, Novia Pratiwi, Ramadhani, Aril Pasli, Suryadi, Remiza, Tengku Deva, Rendy dan Putria Julia.

Intrik Kekuasaan

‘Tuha’ sendiri menceritakan tentang konflik perebutan kekuasaan di sebuah kelompok teater tradisional Mamanda.

Tersebutlah pimpinan dan aktor utama kelompok Baru Besaung, Sukibar yang sudah tua, tetapi tidak mau digantikan oleh angggota yang lebih muda dan punya kemampuan.

Sukibar yang didukung istrinya, Markonah, bertahan mati-matian tidak mau lengser. Para anggotanya yang menentang mencoba menebar intrik untuk menurunkan Sukibar.

Lantaran memang sudah uzur, penyakitan dan terus diteror dengan rongrongan itu, satu ketika saat pentas, Sukibar sekarat.

Sekaratnya Sukibar itu tidak lantas meredakan situasi kelompok itu. Terjadi perebutan kekuasaan di antara mereka sendiri. Cerita  ‘Tuha’ berakhir dengan menyerahkan kepada interpretasi penonton masing-masing.

Penulis: Hamdani | Editor: Intoniswan | ADV Diskominfo Samarinda

Tag: