Faisal Pesimis 2 Tahun Kutim Bisa Turunkan Angka Stunting 13,5 Persen

Anggota DPRD Kutim Faisal Rachman. (Foto Dok Niaga.Asia)

SANGATTA.NIAGA.ASIA – Anggota DPRD Kutim Faisal Rachman pesimis dalam dua tahun bisa menurunkan angka stunting 13,5 persen atau dari 27,5 persen sekarang ini menjadi 14 persen pada tahun 2024.

“Saya sedikit pesimis di tahun 2024 bisa tercapai sesuai target nasional. Namun kita harus tetap mendukung agar program ini (penurunan stunting) tetap dijalankan dan fokus, “ ujar Faisal, Selasa (12/7/2022)

“Saya sedikit pesimis di tahun 2024 bisa tercapai sesuai target nasional. Namun kita harus tetap mendukung agar program ini (penurunan stunting) tetap dijalankan dan fokus, “ ujar Faisal, Selasa (12/7/2022).

Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Pusat merilis angka stunting di Kutim cukup tinggi, mencapai 27,5 persen. Sedangkan untuk nasional 14 persen serta Provinsi Kaltim 22,34 persen.

Pemkab Kutim sendiri berencana menurunkan angka stunting sampai 14 persen pada tahun 2024 mendatang seperti angka nasional.

Dikatakan Faisal, nasionalnya saja untuk mencapai 14 persen memerlukan waktu 10 tahun.  Jika mengacu pada data yang dirilis BKKBN itu, dia pesimis Kutim bisa menurunkan angka stunting sampai 14 persen.

Kendati demikian, Faisal sangat mendukung langkah yang ditempuh Pemkab Kutim dalam upaya menurunkan angka stunting sampai 2024 mendatang. Dia mengapresiasi bahwa Pemkab sudah menyusun program dan pedoman kerja yang akan dilaksanakan sesuai arahan pusat dan dikomandoi  Wakil Bupati Kasmidi Bulang.

“Yang terpenting bagaimana memberikan edukasi kepada generasi muda, karena itu masalah hulu yang dihadapi dalam persoalan stunting. Ini yang harus menjadi fokus,” ujar Faisal.

Menurut informasi, Pemkab Kutim sudah membentuk Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) hingga tingkat Desa di 18 Kecamatan.  Tim itu nantinya bertugas mendampingi serta memberikan edukasi kepada  masyarakat berdasarkan data dari Kegiatan Pendataan Keluarga 2021 tentang proyeksi (lokus) masyarakat yang kemungkinan mengarah pada  stunting.

Terkait lokus stunting, Faisal membeberkan, saat ini DPPK Kutim sedang menunggu data yang diminta ke BKKBN terkait lokus stunting yang ada di Kutim.  Data tersebut  akan digunakan sebagai dasar untuk mengambil langkah-langkah strategis serta proses mengambil kebijakan yang dilakukan Pemkab untuk menekan penurunan angka stunting di Kutim.

“Mudahan dalam  waktu satu sampai dua hari ini DPPK sudah dapatkan  data itu. Kami harapkan datanya bisa disampaikan ke kamis (legislatif), untuk didiskusikan bersama guna mencari solusi terbaik dan mengatasi stunting di daerah ini secara komprehensif,” ucapnya.

Menurut definisi WHO, stunting (pendek/sangat pendek) adalah kondisi kurang gizi kronis pada balita (bayi di bawah lima tahun) yang diukur berdasarkan indeks tinggi badan. Sedangkan wasting merupakan kondisi di mana berat badan anak menurun, sangat kurang, atau bahkan berada di bawah rentang normal.

Stunting pada anak-anak dapat berdampak serius pada perkembangan fisik, mental, dan emosinal anak-anak. Ditambah lagi, balita yang menderita wasting (kurus/sangat kurus)  sangat rawan terhadap penyakit infeksi dan memiliki risiko kematian lebih besar.

Sekretaris Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga (DPPK) Kutim, Indra Arie Iranday menjelaskan, data yang dirilis BKKBN terkait angka stunting Kutim, pihaknya  masih menunggu konfirmasi dari pusat.

“Terutama lokus stunting di mana saja penyebarannya, sehingga secepatnya bisa ditangani dengan baik. Pemkab sendiri sudah membentuk Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) hingga tingkat Desa di 18 Kecamatan,” katanya.

Indra menambahkan, DPPK sudah membentuk  176 tim pendamping keluarga, terdiri  dari Tenaga Kader KB , kader TP PKK dan Bidan. Mereka nanti bertugas mendampingi serta memberikan edukasi kepada  masyarakat berdasarkan data dari Kegiatan Pendataan Keluarga 2021 tentang proyeksi (lokus) masyarakat yang kemungkinan mengarah pada  stunting,” ujar Indra Arie.

Sedangkan untuk target penurunan angka stunting di Kutim, Indra sapaan akrab Indra Arie Iranday menjelaskan, berdasarkan data prevalensi stunting Kaltim 2022-2024  yang dirilis  BKKBN pusat tahun 2022 sebesar 22,34 persen, selanjutnya tahun 2023 sebesar 18,14 persen, sedangkan untuk tahun 2024 sebesar 14,14 persen.

“Rabu (13/7) besok tim TPPS dijadwalkan melakukan rapat bersama pak Wabup guna membahas masalah ini, “ ucap Indra.  (adv)

Tag: