Gangguan Mental, Lelaki Tua di Nunukan ini Justru Sering Terlihat Perbaiki Jalan Rusak

Beddu pria tua di Nunukan yang kerap terlihat memperbaiki jalan rusak di Nunukan. Meski ditengarai dia mengalami gangguan mental (Foto : istimewa)

NUNUKAN.NIAGA.ASIA – Warga kecamatan Nunukan, Nunukan, Kalimantan Utara, sempat dibuat heran dengan aktivitas lelaki tua yang kerap terlihat memperbaiki jalan-jalan rusak di sekitat Jalan Ruko Tanah Medah, Liem Hie Djung. Dia adalah Beddu, yang kini berusia 60 tahun.

Beddu sendiri adalah eks pekerja migran Indonesia (PMI) asal Enrekang, Sulawesi Selatan, di mana sejak usia 45 tahun meninggalkan kampung halaman mengadu nasib untuk bekerja di wilayah Malaysia.

Karena tidak memiliki pekerjaan dan ditengarai sedikit mengalami gangguan mental, Beddu tidak memiliki tempat tinggal yang layak. Kesehariannya dia menempati kios kosong bekas pedagang di sekitar kawasan ruko Tanah Merah.

Warga setempat sering kali heran dengan tingkah laku Beddu yang gemar memperbaiki kerusakan jalan dengan cara. Seperti menimbun jalan berlubang menggunakan tanah dan bebatuan kecil tanpa peralatan kerja memadai.

“Entah apa dipikirkan beliau. Setiap ada aspal rusak berlubang, pasti beliau tutup dengan pasir atau tanah,” kata salah seorang pemilik kios di jalan Tanah Merah Nunukan, Narotama, saat berbincang bersama Niaga Asia, Kamis (23/9).

Jalan rusak yang diperbaiki ditutup dengan tanah (Foto : istimewa)

Semua lubang-lubang di sepanjang Jalan Tanah Merah mulai dari sekitar dermaga PLBL Nunukan hingga persimpangan pasar Pujasera Nunukan, pernah diperbaikinya tanpa dibantu warga lain maupun diperintah orang lain.

Uniknya lagi, perbaikan jalan yang sudah dikerjakannya akan kembali diperbaiki apabila kembali rusak karena dilintasi kendaraan. Padahal, secara fisik eks PMI ini sudah cukup renta.

“Beliau itu kalau diajak bicara tidak nyambung. Orang-orang di sekitar sini bilang Pak Beddu kurang waras,” ujar Narotama.

Meski begitu, Beddu tidak pernah mengganggu orang lainnya ataupun meminta-minta uang. Bahkan terkadang menolak pemberian makan ataupun uang dari masyarakat sekitar ruko yang merasa prihatin.

Tidak hanya rajin memperbaiki jalan rusak, Beddu suka menolong orang yang sedang bekerja. Tidak sedikit pedagang-pedagang di sekitar kios tanah merah pernah menerima jasa bantuan darinya tanpa embel-embel upah.

“Biasa dia suka bantu orang angkat buah kelapa atau orang lagi angkat-angkat barang di warung sini. Kalau dikasih uang kadang menolak,” sebutnya.

Narotama mengaku pernah beberapa kali berbicara dengan Beddu. Namun terkadang ucapan dari Beddu kurang bisa dimengerti. Satu hal yang dapat dipahami adalah Beddu berasal dari Desa Tapong, Kecamatan Maroangin, Kabupaten Enrekang, Sulsel.

Sekitar bulan Februari 2021, Narotama pernah membuat postingan di media sosial membuat informasi terkait keberadaan Beddu di Nunukan lengkap dengan foto dia sedang memperbaiki jalan dan fotonya saat duduk di depan kios.

“Postingan saya ditanggapi beberapa orang, termasuk keluarga Beddu yang berada di Kutai Timur, Kalimantan Timur dan Enrekang,” terangnya.

Sejak itulah, informasi tentang identitas eks PMI ini mulai terbuka bahwa menurut keterangan keluarga, Beddu hilang sejak 15 tahun lalu dari kampung. Nama sebenarnya Beddu adalah Dillo.

Masih menurut keterangan keluarga, Dillo saat masih di kampung bekerja di sebuah bengkel kendaraan, terkadang ikut kerja tukang perbaikan rumah dan kerja serabutan lainnya.

“Saya percaya dia pintar bengkel, soalnya pernah ada kendaraan orang mogok diperbaikinya. Pernah membuatkan kios-kios punya saya,” ungkap Narotama.

Cara berpikir Beddu yang menurut kebanyakan orang kurang waras terkadang melebihi cara berpikir orang yang waras. Sebab orang waras tidak pernah peduli masa bodoh dengan kerusakan jalan, sedangkan Beddu sangat peduli akan hal itu.

Beddu juga memiliki keterampilan membuat jala-jala dari tali. Keahlian itu bisa dilihat dari hasil karyanya yang tersimpan di bagian depan tempat tinggalnya. Di sana ada ratusan botol plastik bekas minuman dikumpul dalam rajutan jala.

“Banyak botol bekas dikumpulkannya. Saya pernah tanya mau buat apa itu, katanya mau di jual ke Singapura,” terang Narotama.

“Tolong pemerintah setempat kalau bisa pulangkan Beddu ini ke kampungnya. Kasihan di sini seorang diri tanpa sanak keluarga,” pungkas Narotama mengakhiri perbincangan.

Penulis : Budi Anshori | Editor : Rachmat Rolau

Tag: