Geliat Ekonomi Kaltim 2018: Tumbuh Terbatas pada Kisaran 1,8-2,2%

aa
Muhamad Nur.

SAMARINDA.NIAGA.ASIA-geliat ekonomi Kalimantan Timur (Kaltim) tahun 2018 cenderung terbatas dan diperkirakan tumbuh pada kisaran 1,8-2,2% (yoy) dengan tingkat inflasi yang terjaga dalam sasaran inflasi nasional 3,5+1,0%.

Kinerja positif ekonomi Kaltim didukung oleh kondisi kesejahteraan masyarakat yang mulai mengalami perbaikan. Tingkat pengangguran terbuka (TPT) tercatat 6,60%, sementara tingkat kemiskinan berada pada level 6,03%. Capaian tersebut lebih baik dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.

Demikian diungkapkan Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Kalimantan Timur, Muhamad Nur dalam Pertemuan Tahunan BI Provinsi Kaltim bertajuk; “Sinergi untuk Ketahanan dan Pertumbuhan” di Kantor BI Kaltim, Selasa (18/12) malam.

Pertemuan dihadiri Gubernur Kaltim, H Isran Noor, anggota Forum Koordinasi Pimpinan Daerah Kaltim, Walikota dan Bupati se-Kaltim, pimpinan instansi vertikal dan organisasi perangkat daerah, kepala OJK Kaltim dan kepala Perwakilan BI Balikpapan, pimpinan perbankan, pelaku usaha, akademisi, dan media cetak dan elekteronik.

Menurut Nur, kinerja fiskal pemerintah daerah Kaltim sepanjang tahun 2018 juga mengalami peningkatan dibandingkan periode sebelumnya sehingga mendukung pengembangan ekonomi Kaltim. Di sisi lain, lajut Nur, stabilitas sistem keuangan, kinerja positif tercermin dari tren penyaluran kredit yang terus mengalami peningkatan disertai dengan tingkat resiko kredit yang menurun di tahun 2018. “Transaksi sistem pembayaran Kaltim baik tunai maupun non tunai juga mengalami peningkatan dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya,” terang Nur.

aa

BI Kaltim mencatat, selama tahun 2018, kinerja positif ekonomi Kaltim terutama ditopang oleh peningkatan pertumbuhan ekonomi pendukung atau tersier. Percepatan penyelesaian proyek infrastruktur di Kaltim tidak hanya mendorong kinerja sektor konstruksi, namun juga mampu menjadi pendorong utama pertumbuhan ekonomi Kaltim tahun 2018. Kondisi ekonomi Kaltim yang semakin kondusif juga tercermin dari kinerja sektor perdagangan dan sektor tersier lainnya, seperti transportasi, akomodasi dan makan minum.

Meski demikian, kata Nur, pertumbuhan ekonomi Kaltim tahun 2018, diperkirakan tidak setinggi tahun 2017 (3,54%). Deselerasi atau perlambatan pertumbuhan ekonomi Kaltim dipengaruhi oleh kinerja sektor utama yang tumbuh dibawah perkiraan sebelumnya.

“Tingginya curah hujan yang terjadi di awal tahun 2018 menjadi faktor utama yang menghambat kinerja produksi pelaku usaha pertambangan Kaltim. Kebijakan pengetatan impor batubara yang diberlakukan Tiongkok turut menghambat kinerja sektor pertambangan,” kata Nur. Kemudian, di sisi industri pengolahan, natural declining salah satu blok migas terbesar di Kaltim berdampak pada penurunan pasokan bagi industri pengolan migas. Di sisi nonmigas, hambatan bersumber dari kampanye negatif Crude Palm Oil di kawasan Eropa. (001)