Geliat Holtikultura di Amborawang Darat, Pasok Kebutuhan Hingga ke Balikpapan

Gerbang Amborawang Darat di kecamatan Samboja, Kutai Kartanegara. (Foto : istimewa)

SAMBOJA.NIAGA.ASIA – Kabupaten Kutai Kartanegara menyimpan banyak potensi sentra pertanian. Diantaranya, di Amborawang Darat, Kecamatan Samboja. Hasil pertanian holtikultura, ikut memasok kebutuhan sayur mayur di sejumlah pasar tradisional di kota Balikpapan.

Secara geografis, kontur wilayah Amborawang Darat, berada di dataran tinggi. Sehingga, menjadikan kawasan itu cocok untuk bertanam tanaman holtikultura.

“Amborawang Darat ini, lebih kepada holtikultura. Diantaranya, sayur mayur yang dikembangkan masyarakat. Seperti cabe, dan tomat. Petani berkebun untuk tanaman yang panennya tidak terlalu lama,” kata Lurah Amborawang Darat Surianto, kepada Niaga Asia, Selasa (3/11).

Surianto menerangkan, belum lama ini dalam rapat bersama Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) dan Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) dari 10 kelompok tani, mengungkapkan sasaran pemasaran hasil holtikultura di Amborawang Darat.

“Kelompok tani ini rata-rata menjual, malah pembeli yang datang membeli. Seperti masyarakat menjual ke pasar tradisional Gunung Tembak di Balikpapan. Iya, kebanyakan pembeli dari Balikpapan,” ujar Surianto.

Keunggulan dari tanaman holtikultura yang dikembangkan petani, adalah masa panen yang bisa diatur. “Masa panen tanaman holtikultura selang seling. Misal lombok. Jangan sampai hasil tani melimpah, sehingga bisa menurunkan harga jual,” sebut Surianto.

Kendati demikian, kegiatan pertanian di Amborawang Darat, bukan tanpa kendala yang diharapkan segera mendapatkan solusi terbaik. “Dari 10 kelompok tani, mengeluhkan keterbatasan PPL (Penyuluh Pertanian Lapangan) di Samboja. Karena 1 PPL, bisa sampai 3-4 kelurahan,” terang Surianto.

“Jadi, di kelurahan saya 10 kelompok tani. Untuk berbagi kunjungan, PPL kewalahan. Saya sudah sampaikan ke BPP (Balai Penyuluh Pertanian), kalau bisa PPL-nya ditambah. Kan di Samboja, ada 23 desa dan kelurahan,” tambah Surianto.

Kondisi keterbatasan PPL ini, lanjut Surianto, sudah berlangsung lebih 2 tahun ini. “Petani menginginkan kunjungan PPL. Tapi memang, jadwal PPL terlalu padat,” ungkap Surianto.

“Meski keterbatasan PPL, kegiatan pertanian tetap berjalan. Ya itu tadi, diharapkan ada solusinya, untuk menambah PPL di Samboja. Karena, dalam 1 bulan misalnya, kelompok tani cuma bisa dapat 1 kali kunjungan saja,” demikian Surianto. (adv/006)

Tag: