Produksi Gula Merah di Tuana Tuha Kukar Tetap Eksis di Masa Pandemi

Ilustrasi pohon aren (foto : istimewa/google image)

KUTAI KARTANEGARA.NIAGA.ASIA – Tidak sedikit desa di Kutai Kartanegara, memiliki produk unggulan. Seperti di Desa Tuana Tuha, di kecamatan Kenohan. Warga desa setempat, utamanya pemuda, kini menggiatkan produksi gula merah, yang memang nyatanya tetap eksis menjadi sumber tambahan penghasilan warga setempat.

Desa Tuana Tuha, berjarak sekitar 127 kilometer dari pusat Pemkab Kutai Kartanegara di Tenggarong. Diperlukan waktu hingga 3 jam perjalanan, menuju ke desa berpenduduk sekitar 3.025 jiwa itu.

“Masih eksis tetap gula merah aren,” kata Kades Tuana Tuha Tommy, kepada Niaga Asia, Selasa (10/11).

Produksi gula merah, dari air aren dan gula semut, yang dilakukan warga desa setempat masih tradisional. Pembakarannya pun menggunakan api dari kayu bakar. “Kalau pakai kompor, selain biaya besar, juga memasaknya lama,” ujar Tommy.

Pandemi Covid-19, memang berimbas kepada kegiatan ekonomi. Namun bagi pemuda setempat, tidak menyerah begitu saja. Produksi gula merah yang menjadi usaha turun menurun, justru semakin digiatkan.

“Rata-rata pemuda lulusan SMA, usia di bawah 30 tahun. Karena punya kemampuan membuat gula merah, ramai memproduksinya,” ujar Tommy.

Kini, lanjut Tommy, izin P-IRT (Produksi Industri Rumah Tangga) dan izin kesehatan dari Dinkes, sedang berproses. Untuk menjadikan produk gula merah jadi lebih menarik, aparatur desa juga sempat melakukan studi banding ke Kutai Timur.

“Kita tiru misal untuk gula semut, dengan memodifikasi dengan kemasan. Juga misal ada campuran ekstrak rempah-rempah,” tambah Tommy.

Bicara tentang pola pemasaran, meski masih sebatas di media sosial, kini produk gula merah sudah jadi obrolan dari mulut ke mulut bagi masyarakat luar yang berkunjung ke Desa Tuana Tuha.

“Langganan tetap belum ada. Tapi di masa pandemi ini, setiap hari ada yang beli. Profit tidak besar, tapi dari kawan-kawan pekerja lapangan di perusahaan, pembelinya cukup banyak,” ungkap Tommy.

“Gula merah batangan sebelumnya 25 ribu per kilogram. Sekarang, Rp 60 ribu dengan kemasan dan segalam macam. Kalau tanpa kemasan, Rp 40 ribu. Profit per kemasan bungkus Rp 2 ribuan,” terangnya lagi.

Kedepannya, Pemdes Tuana Tuha, berkeinginan desanya tidak dikenal dari produk gula merah saja, melainkan produk lainnya. “Seperti pasak bumi, olahan jahe, juga sirup gula merah, dan ekstrak jamu-jamuan,” sebut Tommy.

“Kami akan buatkan gerai khusus UMKM, bukan cuma gula merah saja. Kami masih usaha mandiri sementara ini. Dengan harapan akan terus menggiatkan ekonomi masyarakat desa,” pungkas Tommy. (adv/006)

Tag: