Gelombang Ketiga Corona, Antara Optimistis dan Trauma Lewati Masa Sulit

Tim Gugus Tugas Covid-19 kota Samarinda saat memindahkan pasien dicurigai terpapar Corona ke RS lainnya, Jumat (10/7/2020) malam. (Foto : tangkapan layar/istimewa)

SAMARINDA.NIAGA.ASIA – Kasus harian COVID-19 secara nasional memang tengah melandai. Kendati demikian pemerintah mewanti-wanti semua pihak mewaspadai potensi gelombang ketiga COVID-19 yang diperkirakan terjadi Desember 2021 atau awal tahun 2022 mendatang. Masyarakat pun merespons beragam.

Pandemi memang berjalan sudah hampir 2 tahun ini dan berdampak di banyak sektor. Utamanya perekonomian dan ketenagakerjaan. Sebab tidak sedikit pelaku ekonomi mengalami penurunan omzet. Seperti yang terjadi di bulan Juni-Agustus 2021 lalu.

“Kalau harapan saya sih tidak ada gelombang ketiga Corona. Maunya kan begitu,” kata Hariman (40), karyawan perbankan di Samarinda mengawali perbincangan bersama Niaga Asia, Selasa (16/11).

Dalam aktivitas keseharian, Hari sapaan akrabnya, kerap bertemu dengan banyak orang. Dia heran sekaligus kaget dengan penurunan disiplin protokol kesehatan orang-orang sekitar yang dia lihat.

“Cuma sekarang lihat warga mulai cuek dengan disiplin Prokes, disiplin menurun jauh. Mungkin karena sudah divaksin dan kasus harian COVID-19 turun. Jadi, sudah meremehkan,” ujar dia.

“Jadi kalau perkiraan ada gelombang ketiga, bisa benar kejadian kalau kondisi seperti ini terus. Seperti abai, ngumpul lepas masker. Lalu ramai acara nikahan, acara pemerintahan. Kalau ngumpul tidak Prokes, bisa kejadian (gelombang ketiga). Harapan kita ya jangan kejadian,” ungkap Hari.

“Jadi, intinya di masyarakat juga. Harus dari diri masing-masing disiplin Prokes. Samarinda kan PPKM Level 2. Tapi kemana-mana tetap harus pakai masker. Acara di dalam ruangan, jangan lepas masker,” tambah Hari.

Sektor UMKM menurut Hari memang mengalami penurunan omzet saat Juni-Agustus 2021 lalu, seiring ledakan kasus harian COVID-19. Namun perlahan merangkak naik mulai September. “Tapi juga tidak sedikit yang gulung tikar, bahkan pelaku UMK meninggal karena COVID-19,” terang Hari.

“Secara umum, optimistis perbankan baik. Karena pandemi seperti ini justru masyarakat menyimpan dananya, mengurangi aktivitas belanja. Sektor perbankan, dari sisi penghimpunan dana meningkat. Nasabah saving dananya karena kan tidak tahu pandemi ini sampai kapan?” jelas Hari.

Vaksinasi COVID-19 di Samarinda, Sabtu (5/11/2021). Tidak sedikit warga abai Prokes lantaran sudah divaknasi dan kasus harian menurun. (Foto : Niaga Asia)

Masih melanjutkan obrolan, meski sudah menjaga Prokes demikian ketat, Hari sendiri adalah penyintas akhir 2020 lalu. Saat ini dia pun sudah divaksinasi dosis lengkap.

“Vaksin lengkap pun belum jaminan bebas terpapar Corona. Jangan dikira Indonesia ini lebih sakti. Di Eropa misalnya kasus sedang meledak, jangan mengira COVID-19 tidak cocok di sini sehingga kasus melandai. Buktinya kan meledak Juli-Agustus kemarin. Banyak juga yang meninggal. Intinya, kembali ke diri masing-masing disiplin Prokes. Percaya atau tidak gelombang ketiga, harapan saya sih tidak terjadi,” jelas Hari.

Lain lagi cerita Eliana (31). Masa pandemi 2020 lalu, dia harus kehilangan pekerjaannya di bulan Juni lalu lantaran efisiensi perusahaan. Menganggur lebih satu tahun bukanlah hal mudah untuk dia lalui.

“Saya tetap berusaha mencari pekerjaan, mencari dan menyebar lamaran sana sini. Karena memang tidak mudah perusahaan menerima karyawan baru. Apalagi di masa seperti ini, pandemi Corona,” kata Eliana dalam perbincangan terpisah.

Bahkan di tengah naiknya kasus infeksi harian, Juli-Agustus 2021 lalu, Eliana mendapati lowongan pekerjaan yang mensyaratkan antara lain calon pelamar harus sudah vaksin minimal dosis I.

“Iya saya kaget juga. Tapi mau bagaimana lagi? Perusahaan mungkin inginkan calon karyawannya jangan sampai terpapar Corona. Tapi waktu itu saya sendiri sulit mau vaksin karena stok terbatas, vaksinasi seperti berebut. Benar-benar antri vaksin,” ungkap Eliana.

Pantang menyerah 1 tahun 3 bulan dan kesabaran Eliana berbuah hasil. Dia pun akhirnya diterima bekerja di perusahaan. “Alhamdulillah, saya dapatkan vaksin sebelum saya keterima bekerja lagi. Masa-masa sulit seperti trauma kemarin benar-benar saya tidak bisa lupa, jadi pelajaran berharga saya,” kenang Eliana.

“Jadi, kalau bicara potensi gelombang ketiga ini, kembali ke diri masing-masing. Satu kuncinya terus disiplin Prokes utamanya di luar rumah. Sabar dan optimistis menjalani ini semua,” demikian Eliana.

Sebagai gambaran, Provinsi Kalimantan Timur per Senin (16/11), mencatatkan total 158.131 kasus konfirmasi sejak awal Pandemi setelah bertambah 11 kasus baru. Untuk angka pasien sembuh dari Corona menjadi 152.597 kasus setelah 21 orang sembuh. Sedangkan angka kematian tetap 5.451 kasus. Dengan demikian kasus positif aktif menjadi 83 kasus. Di mana, 10 kabupaten dan kota di Kalimantan Timur berada di zona kuning.

Penulis : Saud Rosadi | Editor : Saud Rosadi

Tag: