Gempa-Tsunami Palu: 844 Meninggal Dunia, Pengungsi Kesulitan Sembako dan Air Bersih

aa
Tim Basarnas berusaha mengevakuasi korban selamat dari gempa dan tsunami di Palu.

JAKARTA.NIAGA.ASIA-Memasuki hari ketiga gempa dan tsunami di Palu dan daerah sekitarnya, jumlah korban meninggal dunia mencapai 844 orang hingga Senin (01/10) pukul 13.00 WIB. Di antara korban meninggal dunia, 821 berada di Palu. Sebanyak 11 lainnya berada di Donggala dan 12 di Kabupaten Parigi Moutong.

“Karena sudah tiga hari, kondisi jenazah mengeluarkan bau. Sehingga dilakukan pemakaman massal di TPU Paboya, Kota Palu,” kata juru bicara Badan Nasional Penanggulanmgan Bencana (BNPB), Sutopo Purwo Nugroho kepada wartawan di Jakarta, seperti dilaporkan BBC News Indonesia.

Prioritas lainnya, sambung Sutopo, adalah melanjutkan evakuasi, pencarian, dan penyelamatan korban. “Alat berat sudah berddatangan. Namun diperlukan alat berat dalam jumlah banyak. Alat berat didorong untuk dikirim dari Mamuju, Poso, Balikpapan,” sebutnya.

Pertamina Tadi Pagi ‘Terbangkan’ 4.000 Liter Solar dari Tarakan ke Palu

Bantuan dari Kaltim Mulai Mengalir ke Palu dan Donggala

Tim SAR dari Kaltimtara Sudah Memasuki Perairan Palu

Soal masalah pasokan listrik dan terbatasnya bahan bakar minyak (BBM), Sutopo mengatakan pihak PLN masih memperbaiki gardu induk. Kemudian, delapan genset diterbangkan TNI Angkatan Udara menggunakan pesawat Hercules ke Palu dan Donggala “Pertamina menerbangkan 4.000 liter solar melalui pesawat khusus,” katanya.

Dalam pemantauan BBC News Indonesia, warga kota Palu menderita kesulitan mendapatkan kebutuhan makanan pokok, air minum bersih, serta bahan bakar minyak. Warga juga mengeluhkan listrik yang masih padam sejak guncangan gempa pada Jumat lalu, yang disusul terjangan tsunami.

Hampir semua toko atau pasar yang menjual sembako, masih tutup, sementara tidak semua SPBU mampu melayani kebutuhan bahan bakar minyak warga kota Palu, seperti dilaporkan wartawan BBC News Indonesia, Heyder Affan dari kota Palu, Sulteng, Senin (1/10) siang.

aa
Presiden Joko Widodo didampingi Gubernur Sulawesi Tengah Longki Djanggola (kiri) mengunjungi korban gempa dan tsunami di Palu, Sulawesi Tengah, Minggu (30/9). (Hak atas foto Biropers Kepresidenan)

Sehari sebelumnya, dilaporkan terjadi ‘penjarahan’ oleh sejumlah warga yang mengambil berbagai kebutuhan dari toko-toko yang tutup, kendati pemerintah menyebut bahwa situasi darurat membuat tindakan itu tidak bisa dikategorikan penjarahan. Pada Senin ini pun masih dilaporkan terjadi ‘penjarahan’ itu.

Bantuan sembako yang mulai berdatangan dilaporkan belum mampu memenuhi kebutuhan warga, kata sejumlah warga. Antrean panjang untuk mendapatkan sembako terlihat di Kantor Korem 132/Tadulako yang juga dijadikan posko penanganan bencana gempa dan tsunami Palu. Sampai pukul 12.00 WITA, lebih dari seribu orang warga mengantre berjam-jam demi mendapatkan sembako. “Nggak ada yang jual (sembako),” ungkap Jumiati, warga di Jalan Mangga Dua, Palu.

Saat ditemui BBC News Indonesia sekitar pukul 11.00 WITA, dia mengaku sudah antre sejak dua jam sebelumnya. “Beras dan air minum sama sekali nggak ada,” ungkapnya. “Kita terpaksa minum air dari sumur, meski warnanya keruh,” tambah Siti Sumarni. Siti dan Jumiati hidup bertetangga di Jalan Mangga Dua, Palu.

Menurut pantauan BBC News Indonesia di sejumlah ruas jalan protokol kota Palu, tidak ada toko kelontong atau mini market yang buka. “Nggak apa-apa mengantre begini, yang penting anak-anak bisa makan,” timpal Jumiati. Sampai pukul 12.00 WITA, antrean warga untuk mendapatkan sembako mendapat penjagaan dari aparat polisi. Sejauh ini antrean berjalan tertib.

aa
Hotel Roa Roa di Palu runtuh dihantam gempa dan tsunami.

‘Yang laki-laki cari BBM’

Selain kekurangan sembako, utamanya beras, warga kota Palu juga mengeluhkan sulitnya mendapatkan bahan bakar minyak. Walaupun beberapa SPBU di Palu mulai membuka pelayanannya, warga mengaku kesulitan mendapatkan BBM. “Suami saya sampai mengais-ais pakai pipa di SPBU,” ungkap Jumiati. “Para suami nggak ada yang tidur.” “Untuk dapat BBM, suami kita yang antre sejak tadi malam,” kata Siti.

Soal kelangkaan BBM juga dikeluhkan seorang pria yang berada di dalam antrian. Seorang pria yang berada diantrian meminta pemerintah segera memperbaiki fasilitas listrik yang rusak akibat gempa. Suara seperti ini juga lazim disuarakan warga kota itu. “Listrik mati, ada genset, tapi tidak ada minyak,” ketusnya setengah berteriak. Dia meminta agar pemerintah dan lembaga-lembaga bantuan segera menyelesaikan persoalan di Palu pasca gempa, mulai listrik hingga BBM, segera bisa diatasi. “Pemerintah harus bertanggung jawab,” tandasnya.

Sementara, Kepala Basarnas Willem R mengakui bahwa pihaknya masih menghadapi masalah dengan logistik.”Terutama dalam distribusi logistik, ini masalah utamanya,” kata Willem menjawab pertanyaan BBC News Indonesia, Senin (01/10).”Masalah kedua, listrik belum pulih sepenuhnya, ” tambahnya.

Listrik baru bisa beroperasi di titik tertentu, utamanya rumah sakit, SPBU, dan jaringan seluler,” ungkap Willem. “Mudah-mudahan dalam tiga hari ke depan, listrik sudah bisa di-cover,” ujarnya.”Jadi listrik dan BBM ini saling terkait. Listrik untuk menjalankan BBM, dan BBM untuk menjalankan listrik,” paparnya. Dia juga membenarkan evakuasi terhadap korban meninggal atau sakit masih dihadapkan kendala. “Ini prioritas kita, upaya pencarian dan penyelamatan bagi korban yang masih tertimbun,” katanya.@