GKSB Parlemen Indonesia-Korsel Usul Kerja Sama ‘Smart Farming’

Korea Selatan dengan sistem smart farming, tetap  dapat mengoptimalkan produksi hasil pertanian meski lahan yang tersedia semakin terbatas. (Foto HO/NET)

JAKARTA.NIAGA.ASIA – Grup Kerja Sama Bilateral (GKSB) Parlemen Indonesia-Korea Selatan menerima kunjungan Anggota Parlemen Korea Selatan Yun Ho Jung, Seo Sam Seog dan Duta Besar Korea Selatan untuk Indonesia Park Tae Sung di Gedung Nusantara III, Senayan, Jakarta, Senin (4/7/2022).

Rombongan diterima Ketua Grup Kerja Sama Bilateral (GKSB) DPR-Korsel Edward Tannur, Anggota GKSB Desy Ratnasari dan Effendy Sianipar.

Dalam pertemuan tersebut, Edward Tannur mengapresiasi hubungan bilateral yang telah terjalin selama hampir 50 tahun. Bagi Indonesia, Korea Selatan merupakan mitra strategis untuk menjalin berbagai kerjasama mulai dari sektor politik, ekonomi, pendidikan, kebudayaan dan pertanian.

Di sektor pertanian, Edward mengapresiasi langkah pemerintah Korea yang memberikan insentif kepada pemuda-pemuda untuk mau kembali ke desa dan menekuni sektor pertanian. Ia menilai, Indonesia harus mampu belajar dari sistem smart farming dengan teknologi tinggi sehingga ramah lingkungan.

Menurutnya, ke depan Indonesia tidak hanya mengandalkan pertanian konvensional, tetapi juga digitalisasi pertanian. Terlebih lagi, pemerintah sedang mengembangkan program food estate. Karenanya, ia mengusulkan adanya pertukaran informasi dan sharing experience antara ahli pertanian kedua negara.

“Jadi dari Korea belajar keadaan alam Indonesia dan prospek yang bisa dikembangkan dan petani kita kesana untuk belajar pemanfaatan teknologi untuk pertanian. Mereka di sana lahannya dikit tapi efektif dan efisien, sementara kita disini lahannya luas tetapi produktivitasnya tidak maksimal,” jelas politisi dapil Nusa Tenggara Timur ini.

Diketahui, Korea Selatan sudah menerapkan revolusi hijau atau green revolution yang bertujuan untuk meningkatkan hasil produksi pertanian. Dengan sistem smart farming, Korea Selatan dapat tetap mengoptimalkan produksi hasil pertanian meski lahan yang tersedia semakin terbatas.

“Smart Farm di Korea telah terbukti berhasil dan produksinya meningkat setiap tahun. Mereka produksi padinya itu sudah 90 persen ke atas dan mendekati 100 persen, jadi mereka tidak impor malah bisa ekspor. Tetapi mereka kekurangan gandum dan jagung, saya kira ini peluang yang bagus juga bagi kita karena pemerintah menggalakkan produksi jagung,” sambung politisi dari F-PKB ini.

Selain itu, Edward menambahkan, kedua pihak juga mendorong segera diratifikasinya Perjanjian Kerjasama Ekonomi Komprehensif Indonesia-Korea Selatan (IK-CEPA) sehingga dapat meningkatkan nilai perdagangan kedua negara.

“salah satu persetujuan  (IK-CEPA) berupa penghapusan 11.000 lebih pos tarif produk Indonesia untuk ekspor ke Korea Selatan (Korsel),” katanya. Dengan penghapusan pos tarif maka terjadi efisiensi dari segi cost dan kemudahan berusaha, sehingga memberikan manfaat untuk para eksportir di tanah air.

Menutup pertemuan, Delegasi Korea Selatan menyampaikan bahwa lingkup kerjasama antara Indonesia-Korea Selatan juga dapat diperluas ke dalam bidang energi terbarukan, termasuk kerjasama mobil listrik. Selain itu, kerjasama sektor pertahanan melalui bidang alutsista juga menjadi sektor potensial bagi peningkatan kerjasama Indonesia-Korea Selatan.

Sumber: Humas DPR RI | Editor: Intoniswan

Tag: