Gubernur Kaltara: Penanggulangan Bencana Tanggung Jawab Bersama

Gubernur Kalimantan Utara, Ir H Irianto Lambrie membuka Rapat Koordinasi Penanggulangan Bencana Provinsi Kalimantan Utara di Emerald Ballroom Hotel Laura, Nunukan, Senin (9/3/2020). (Foto Infopubdok Kaltara)

TANJUNG SELOR.NIAGA.ASIA- Bencana ada dua penyebabnya, karena faktor alam dan faktor manusia (non alam). Bencana yang disebabkan alam, sifatnya destruktif yang melibatkan pengaruh perubahan alam.  Sementara faktor non alam, tak hanya mempengaruhi alam tapi juga bencana yang muncul akibat ulah perbuatan manusia.Salah satu bentuk bencana yang paling berpengaruh terhadap kehidupan manusia di Kaltara khususnya, adalah kebakaran hutan dan lahan (Karhutla). Juga bencana banjir.

Demikian dikatakan Gubernur Kalimantan Utara (Kaltara), Ir H Irianto Lambrie saat membuka

Rapat Koordinasi Penanggulangan Bencana Provinsi Kalimantan Utara di Emerald Ballroom Hotel Laura, Nunukan, Senin (9/3/2020). Rakor yang dihadiri pimpinan BPBD Kabupaten/Kota se-Kaltara ini, mengangkat tema “Penanggulangan Bencana Urusan Bersama”.

Menurut gubernur, penanggulangan bencana adalah tanggung jawab bersama. Artinya, saat terjadi bencana, siapapun wajib berperan aktif dalam penanganan bencana. Bencana bila terjadi, korbannya tak hanya harta benda, kerusakan berat terhadap lingkungan, tetapi juga manusia.

Bencana alam, seperti gempa bumi, tanah longsor, kekeringan dan lainnya memerlukan biaya dan tenaga yang besar untuk memulihkannya. Lalu, bencana non alam, seperti gagal teknologi, epidemi dan lainnya.

Contohnya, ujar gubernur,  adalah penyebaran virus Corona yang terjadi saat ini. Lalu bencana sosial yang diakibatkan manusia. Seperti konflik sosial yang dapat menimbulkan korban harta dan manusia. Contoh konflik sosial ini dapat diakibatkan oleh penyebaran informasi yang tidak benar atau hoax.

“Bencana sosial, patut menjadi perhatian para pemimpin dan masyarakat. Ini lantaran dampaknya sangat destruktif, walaupun korban terdampak tidak cukup banyak,” gubernur mengingatkan.

Dari itu, perencanaan untuk mengantisipasi bencana harus bersifat dinamis. Penting adanya pencacatan atas kejadian bencana yang terjadi. Dari pencatatan itu maka kita dapat mempelajari sejumlah hal dari bencana yang sudah terjadi. Ini terlepas daripada keberadaan Kalimantan yang cukup aman dari area kerentanan bencana di Indonesia.

“Saya berharap timbul kesadar baru akan kewaspadaan atas bencana. Dan, patut diketahui bahwa bencana alam yang sulit ditangani adalah tsunami. Indonesia sendiri berada di peringkat pertama negara yang rentan terhadap bencana tsunami,” ujarnya.

Mempelajari negara lain, pengelolaan konstruksi bangunan harus beradaptasi dengan kerentanan bencana yang ada. Juga acapkali menanamkan kewaspadaan dan kemampuan bertahan dari bencana sejak dini dengan digelarnya simulasi pada anak usia dini.

Sebelumnya, setibanya dari Pulau Sebatik tadi malam, gubernur menyempatkan untuk silaturahmi dengan warga di Masjid Daarul Falaah, Jl. Fatahillah RT 010 No. 62 Kelurahan Nunukan Tengah.

Kunjungan ke masjid ini baru pertama kalinya, dan memang tadi secara spontan, dan alhamdulillah disambut hangat masyarakat. “Saya ucapkan terima kasih, semoga ini bernilai ibadah dan mendatangkan berkah dari Allah SWT,” kata gubernur. (adv)

Tag: