Gubernur Kaltim: Harga Ayam Mahal karena Permainan Pengusaha

aa
H Isran Noor (tengah) bersama Kepala BI Kaltim, Muhamad Nur (kiri) dan Kepala OJK Kaltim, Dwi Ariyanto (kanan). Foto Intoniswan)

SAMARINDA.NIAGA.ASIA-Harga ayam potong dan telur ayam tidak pernah stabil, bahkan cenderung mahal karena permainan segelintir pengusaha yang menguasai usaha peternakan ayam di Samarinda dan sekitarnya. Pengusaha itu menguasai mulai dari bibit, pakan, kandang, dan distribusinya sampai ke pasar.

“Kalau melihat stok yang ada di kandang, seharusnya harga ayam potong dan telur tak bergejolak sampai menjadi penyumbang inflasi di Kaltim. Ini harus dibereskan,” kata Gubernur Kaltim, Dr. Ir. H Isran Noor, M.Si saat berbicara dalam Rapat Koordinasi Bank Indonesia, Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur, dan Perbankan se-Kaltim di Kantor Bank Indonesia Perwakilan Kaltim, Selasa (26/2).

Menurutnya, dari tahun ke tahun, komoditi pangan berupa ayam dan telur selalu menjadi pembuat inflasi. Pengusaha yang menguasai pasar ayam dan telur yang segelintir orang itu tak ada yang menyaingi, sehingga suka-sukanya menaikkan harga ayam dan telur. “Harga ayam dan telur, suka-suka mereka saja.Mereka menguasai bisnis ayam mulai dari bibit, pakan, dan kandang ayam,” kata Isran. “Meski stok ayam di kandangnya banyak tetap saja harga naik tiba-tiba,” sambungnya.

Menjawab pertanyaan Niaga.Asia tentang kemungkinan Perusda membuka usaha sejenis untuk mengintervensi pasar, Isran mengatakan bisa saja, tapi Perusda harus memiliki orang yang ahli di bidang usaha peternakan ayam. “Perusda punya ngak “dukun”(ahli) di bidang usaha peternakan ayam,” katanya. “Kalau tidak punya tenaga ahli, ya susah,” sambungnya.

aa
Rapat Koordinasi yang diselenggarakan Bank Indonesia Kaltim diikuti pimpinan bank swsata dan pemerintah se-Kaltim. (Foto Intoniswan)

Berdasarkan laporan inflasi tahunan yang diterbitkan Bank Indonesia Perwakilan Kaltim, Inflasi di awal tahun 2019, Januari di Kaltim masih tinggi, yakni sebesar 0,56%(mtm),  atau lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya, Desember 2018  sebesar 0,54%.  Penyumbang inflasi di bulan Januari dari kelompok bahan makanan sebesar 2,87%(mtm) dalam hal ini ayam, telur, bawang merah, dan sandang sebesar 0,18% (mtm).

“Kalau merujuk pada inflasi bulanan, Kaltim tercatat lebih tinggi dibandingkan nasional sebesar 0,32%(mtm). Adapun capaian inflasi nasional Januari 2019 lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya,” kata Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kaltim, Muhamad Nur.

Nur membenarkan apa yang dikatakan Isran bahwa, harga ayam dan telur sulit stabil karena tidak terjadi persaingan dalam perdagangan tersebut, sehingga sekelompok pengusaha yang menguasai pasar ayam menentukan sendiri harga jual ayam dan telur berdasarkan kesepakatan diantara mereka.

Harga terendah ayam per ekor yang beratnya 1 kilogram di pasar di Samarinda sekitar Rp32.000, tapi dalam hitungan minggu tanpa lasan yang jelas bisa naik jadi Rp36.000. Kemudian menjelang hari-hari besar keagamaan, seperti Idul Fitri, Natala dan Tahun Baru bisa menjadi Rp42.000 per kilogram. (001)