Guru Fillalial Kaget Dikunjungi Anggota DPRD Nunukan

haji hadra, dkk
Guru honor, Susi Susanti (ketiga dari kiri) mendapat kunjungan tiga Anggota DPRD Nunukan, Hj Handra, Andi Krislina, dan H Danni Iskandar. (budi anshori)

NUNUKAN.NIAGA.ASIA-Guru honorer Susi Susanti yang mengajar di SD Semaja Fillalial SDN 004 Sei Menggaris,  Kecamatan Sei Menggaris  kaget dikunjungi tiga anggota DPRD Nunukan, Jumat (09/02). Apa lagi ketiganya,  Ketua DPRD Nunukan, dan anggota lainnya, H Danni Iskandar, Hj Hadra Andi Hamid, dan Andi Krislina masuk ke ruang kelas dan mengajak Susi dan muridnya berbincang-bincang.

Susi yang mengajar tanpa mendapat honor dari Pemkab Nunukan ini tinggal sendirian mengajar untuk semua kelas, padahal kondisinya sedang hamil 7 bulan. Dia harus mengajar muridnya mulai dari Kelas I sampai Kelas VI, tapi dikelompokkan dalam 2 ruang kelas. Murid Kelas I, II, dan III digabung jadi satu, sedangkan murid Kelas IV, V, dan VI juga disatukan.

Dihadapan Susi, ketiga anggota DPRD Nunukan langsung melihat kelas jarak jauh dari SDN 04 Desa Kandungan karena jumlah muridnya tergolong banyak 65 orang dan jarak sekolah fillalial itu dari sekolah induknya lebih kurang 8 kilometer. “Kami datang ke sekolah ini setelah mendengarkan langsung keluhan kepala desa yang disampaikan dalam Musrenbang Kecamatan Sei Menggaris, Rabu lalu. Sekolah ini hanya mempunyai 1 guru, 3 lainnya sudah berhenti karena tak menerima honor dari Pemkab Nunukan sejak tahun 2017,” kata Danni.

Menurut Susi, dia kaget setelah melihat ada tiga orang berdiri depan pintu sekolah dan tahu ada Pak Ketua DPRD dan dua anggota Dewan lainnya. “Saya tidak menyangka sama sekali sekolah fillalial ini akan dikunjungi sebab, selama ini memang tidak ada yang melihat, apa lagi jaraknya dari ibu kota kecamatan cukup jauh,” katanya.

Susi menuturkan, murid-murid di SD Filial Samaenre Semaja mulai berkurang sejak  tiga orang guru honor lainnya berhenti mengajar. “Saat ini saya hanya sendirian mengajar murid kelas satu hingga kelas enam,” kata Susi lagi.

Berhentinya tiga guru honor, Rustam, Mega Kartni, dan Hamidah tidak lepas dari persoalan ekonomi, misalkan seperti guru laki-laki bernama Rustam mengajukan berhenti sementara waktu, karena selama 2 tahun mengajar tidak pernah menerima gaji. “Benar-benar tidak dapat gaji dia, nah dia punya anak dan istri harus dibiayai,” sambungnya. Tapi terkadang Rusutam masih datang membantu mengajar. “Murid kami anak buruh perkebunan sawit,” ungkapnya.

Meski dalam kondisi hamil besar, Susi memaksakan diri tetap mengajar setiap hari dan membagi waktu dengan cerdas.  Dia mengajar murid kelas I, II dan III belajar dari pukul 07:00 – 09:00 Wita, sedangkan murid Kelas IV, V dan VI dari pukul 09:00 -11:00 Wita. “Dibagi-bagi waktu belajarnya, kan saya sendirian mengajar, itupun harus loncat-loncat dari kelas ini kelas itu lagi,” tuturnya.

Susi sendiri mengaku memiliki SK penugasan mengajar yang diterbitkan Dinas Pendidikan dan menerima honorarium sebesar Rp 200.000 per bulan.“Kalau saya dapat gaji, beda dengan Rustam  dan dua lainnya tidak pernah terima gaji, padahal sudah 2 tahun mengajar,” tuturnya.

Ketua DPRD Nunukan, H Danni Iskandar seusai melihat proses belajar mengajar di sekolah fillalial Samaendre Semaja mengaku pada Niaga.asia sangat prihatin dan tidak menyangka masih bisa menemukan orang sebaik guru Susi. “Luar biasa pengabdiannya terhadap anak-anak buruh perkebunan sawit,” ucapnya.

Ia mengaku bersama rekannya, Hadra dan Krislina akan membicarkan secara khusus masalah guru-guru honorer yang ada di Kabupaten Nunukan dengan instansi teknis, yakni Dinas Pendidikan Kabupaten Nunukan. “Fakta menunjukkan, sekolah di pedalaman dan perbatasan masih memerlukan guru honorer. Guru honorer itu perlu mendapat imbalan dari Pemkab Nunukan,” tambah Handra.

Krislina juga menyampaikan rasa tak puasnya terhadap pelayanan Dinas Pendidikan terhadap guru honorer, sehingga ada guru yang mengajar berpuluh-puluh bulan tak diberi imbalan. “Guru honorer itu sudah meluangkan waktu dan tenaga mendidik anak-anak, masak ngak dapat perhatian, apa lagi diurus hak-haknya,” tegas Krislina.

 

 

Sekolah fillalial Samaendre Semaja menginduk ke SDN 04 Desa Kandungan. Awalnya SDN 04 juga sekolah fillalial yang kini berstatus negeri dibawah lindungan Dinas Pendidikan Nunukan.

SDN 04 Desa Kandungan berjarak sekitar 8 kilometer dengan sekolah fillalial Samaendre Semaja. Warga mendirikan sekolah fillalial karena faktor jauhnya sekolah induk. (002)