H Nusyirwan Ismail Birokrat yang Selalu Serius

H Nusyirwan Ismail

SAMARINDA.NIAGA.ASIA-Kota Samarinda khususnya dan Kalimantan Timur pada umumnya berduka. H Nusyirwan Ismail Bin Ismail Ali Anang, wakil wali kota Samarinda dan calon wakil gubernur Kaltim, wafat  hari Selasa (27/02) sekira pukul 12.32 Wita dalam usia 58 tahun.

Almarhum menghembuskan nafas terakhir di RSUD A Wahab Sjahranie  didampingi istrinya, Ir. Hj. Sri Lestari dan anak-anak, yakni Muhammad Dedy Pratama dan Ayu Milasari, serta keluarga besarnya.

Almarhum  menjalani perawatan dan operasi pembersihan darah akibat pecahnya pembuluh darah  di kepalanya. Almarhum dilarikan dan tiba di RSUD A Wahab Sjahranie Samarinda sektar pukul 13.00 Wita, Jumat (23/02) dari Muara Muntai, Kutai Kartanegara, tempat dimana almarhum bersama  H Andi Sofyan Hasdam , calon gubernur Kaltim yang menjadi pasangannya mengadakan pertemuan dengan masyarakat.

Terakhir saya bertemu almarhum di acara pencabutan nomor paslon gubernur Kaltim yang dilaksanakan KPU (Komisi Pemilihan Umum) Kaltim di Ball Room Hotel Mesra, Selasa (13/02). Saya mendatangi dan bersalaman dengan almarhum yang duduk berdampingan dengan Sofyan Hasdam. “Ini Pak Into, “kata almarhum mengenalkan saya kepada Sofyan Hasdam.

Tidak banyak yang saya bicarakan saat itu karena susana sangat ramai, dan kemudian saya menyalami paslon H Isran Noor-H hadi Mulyani yang duduk di sebelah kanan Nusyirwan-Sofyan. Hingga usai pencabutan nomor urut, dimana almarhum dan Sofyan yang dicalonkan Golkar-NasDem memperoleh nomor urut 1.

Saya baru mengenal almarhum saat menjabat Assisten Sekretaris Daerah Provinsi Kaltim Bidang Ekonomi dan Pembangunan tahun 2004. Cukup sering saya bertemu almarhum untuk keperluan melengkapi pemberitaan di tabloid saya waktu itu Niaga yang fokus pemberitaannya pada bidang ekonomi dan bisnis.

Pertemanan saya dengan almarhum berlanjut hingga akhir hayatnya. Setelah menjadi wakil wali kota, sesekali kalau tamu almarhum tidak banyak, saya masih mampir ke ruang kerjanya dan bertukar pikiran.

Kesan mendalam saya terhadap almarhum adalah, almarhum adalah birokrat yang sangat serius menjalankan kewajibannya sebagai pejabat negara (PNS) maupun setelah menduduki jabatan politis, wakil wali kota. Almarhum menjadi wakil dari Wali Kota Samarinda, H Syaharie Jaang sejak periode 2010-2015 dan 2016 hingga meninggal.

pelayat
Ribuan pelayat datang ke rumah duka alamarhum H Nusyirwan Ismail di Jalan Basuki Rahmat Samarinda.

Sebagai putra daerah dan lahir di Samarinda, ditambah  latar belakang pendidikan eksakta, Nusyirwan hapal luar dalam setiap inci permasalahan Samarinda. Di periode kedua sebagai wakil wali kota, Nusyirwan diserahi tugas oleh Syaharie Jaang untuk mengurus segala macam permasalahan sepanjang bantaran Sungai Karang Mumus (SKM).

Tugas tersebut dijalankan almahum dengan baik, sehingga proyek penurapan SKM segmen Jambatan Ruhui Rahayu hingga ke Unmul terlaksana dan sebanyak 80 KK (kepala keluarga) bisa dipindahkan dari bantaran sungai. Almarhum bolak balik berkomunikasi dengan warga yang tinggal di sisi kiri SKM arah ke Unmul.

“Alhamdulillah, dibantu warga dan paguyuban masyarakat Madura, warga pindah dan dalam suasana kekeluargaan,” ujar Nusyirwan pada Niaga.asia saat itu. Tugas lanjutan yang masih disebut almarhum adalah membenahi Waduk Benanga, yakni setelah selesai penguatan tanggul di pintu air adalah pengerukan waduk.

Sebelum pendaftaran bakal calon gubernur dan wakil gubernur Kaltim 2018-2023, saya juga sempat mampir ke ruangan almarhum. Almarhum tidak begitu banyak bicara kemungkinan akan maju sebagai cagub atau cawagub sebab, katanya, itu urusan partai. Nusyirwan bergabung di Partai NasDem sejak tahun 2015 dan duduk sebagai Ketua Dewan Pembina di DPD Partai NasDem Kota Samarinda.

Dalam pertemuan itu Nusyirwan lebih fokus membicarakan lanjutan tugasnya terkait dengan SKM dan waduk Benanga. “Alhamdulillah segmen SKM dari Jembatan Ruhui Rahayu-Unmul dan penguatan tanggul waduk selesai,” katanya. “Lanjutan dari apa yang ditugaskan Pak Wali (Syahari Jaang) adalah bagaimana mengatasi pendangkalan di waduk Benanga. Kita perlu cari uang ke pusat (APBN) untuk mengeruk lumpur di waduk,” ujarnya.

Meski hapal setiap inci permasahan kota Samarinda dan menurut logika orang berlatar belakang pendidikan eksakta, Nusyirwan mengatakan pemkot tak bisa menyelesaikan masalah dengan cepat karena keterbatasan keuangan kota dan sumber daya manusia  yang mampu berkomukasi dengan masyarakat dalam rangka membangun partisipasi masyarakat.  “Masalah kota ini tak hanya soal uang, tapi bagaimana kita di pemerintahan memberikan pengertian ke masyarakat untuk aktif mendukung program pemerintah,” katanya.

Almarhum Nusyirwan adalah birokrat sejati, mulai sebagai PNS di Kanwil Perindustrian Kaltim, menapaki karier dari staf proyek, kepala seksi, kepala bidang, sampai menjadi kepala Kantor Wilayah (Kakanwil) Perindustrian Kaltim. Setelah era reformasi dan perubahan strutur pemerintahan dan kementerian, Nusyirwan menjadi pegawai daerah Kaltim.

Almarhum juga aktif di luar tugas-tugas pemerintahan, menjadi dekan dan dosen pengajar di Fakultas Teknik Untag 1945 Samarinda, mengajar di STIESAM. Pembina di Pondok Pesantren Tunas Bangsa Samarinda.

Mencari putra daerah seperti almarhum di pemerintahan atau dijabatan politis tidaklah mudah, tapi belum tentu tidak ada. Mudah-mudahan selepas kepergiannya, akan ditemukan pribadi-pribadi seperti Nusyirwan, dimana selalu serius menjalankan apa yang sudah diamanahkan ke pundaknya.

Salah satu yang saya sesali dari kepergian Nusyirwan, lebih dari 13 tahun mengenalnya, kami berdua kalau ketemu tak pernah bercanda. Saya juga tak berani membuka pembicaraan untuk bercanda karena sedari awal kenal, sudah mengenal almarhum orang yang serius. Almarhum rupanya begitu, selalu serius kalau bertemu saya.

Saya pernah menyela pembicaraan almarhum ketika menyebut Syaharie Jaang adalah atasannya. “Pak Jaang bukan atasan Bapak, tapi mitra Bapak dalam menjalankan amanah rakyat. Bapak dipilih satu paket di pilkada 2010 dan 2015,” sahut saya.  “Tidak, Pak Jaang tetap atasan saya,” timpal almarhum.

Selamat jalan Pak Nusyirwan, semoga amal baiknya diterima Allah SWT dan warga Samarinda dengan segala kerendahan hati tentu akan memberi maaf atas salah dan khilaf Pak Nusyirwan. Saya turut berduka, dan berdoa semoga Allah SWT memberikan ketabahan kepada Ibu  Ir. Hj. Sri Lestari dan anak-anak, yakni Muhammad Dedy Pratama dan Ayu Milasari.

Nusyirwan Ismail menempuh pendidikan di Samarinda yakni di SD Negeri 35 Samarinda (1971), SMPN 1 Samarinda (1974, dilanjutkan ke SMAN 1 Samarinda (1977). Kemudian melanjutkan pendidikan tinggi di Institut Teknologi Surabaya (ITS) 1983. Mengambil  gerlar sarjana strata-2 Jurusan  Perencanaan Pembangunan di Unhas tahun 2001.

Pengabdian Nusyirwan dai pemerintahan dan luar pemerintahan dimulai: 1984-1985 (staf Engineer pada Proyek UPDP/UNIDO Departemen Perindustrian. 1986-1994 PD III Fakultas Teknik Untag 1945 Samarinda. 1987-1989 (Kepala Seksi Bimbingan Produksi Bidang Industri Dasar di Kanwil Perindustrian Kaltim). 1989-1993 (Kasie Bimbingan Sara Bidang Industri Dasar). 1993-1996 (Kepala Bidang Industri Dasar). 1994-1996 Desen di Fakultas Teknik Untag 1945 Samarinda.1998-1998 (Kepala Bidang Industri Logam, Mesin, Kimia dan Elektronika). 1998-2000 (kepala Bidang Prencanaan). 2001-2004 (Kepala Kanwil Departemen Perindustrian dan Perdagangan Kaltim).

Selanjutnya 2004-2008 menjadi Assisten Sekda Kaltim  Bidang Ekonomi dan Pembangunan. Pada waktu yang sama Nusyirwan juga menjalankan tugas sebagai Kepala Badan Prizinan dan Penanaman Modal Daerah Kaltim, Ketua Badan Pengawas Perusda Ketenagalistrikan Kaltim, Dosen pada Sekolah Tinggi Ilmu Ekon omi Samarinda (STIESAM). Sejak tahun 2009, Nusyirwan juga menjadi Pembina Pondok Pesantren Tunas Bangsa. (intoniswan)