
SAMARINDA.NIAGA.ASIA — Wahyu Musyifa, seorang penulis lokal asal Samarinda ini sukses muluncurkan buku dongeng pertamanya berjudul ‘Untuk Kebahagiaan Tari Hudoq’. Buku cerita fiksi ini mengangkat tema budaya lokal Kaltim khususnya tarian ritual Hudoq, dengan cara yang menarik dan mudah dipahami anak-anak.
Wahyu mengatakan, alasan ia memilih tarian Hudoq sebagai tema utamanya, karena tarian Hudoq merupakan ritual lokal Kaltim yang telah dikenal secara nasional oleh masyarakat luar.
“Saya ingin memperkenalkan budaya Kaltim lebih luas lagi. Mungkin pertama melalui budaya tari Hudoq dapat menjadi pembuka agar masyarakat luar, agar penasaran dengan kebudayaan Kaltim lainnya seperti tarian Dayak maupun cerita Lembuswana,” kata Wahyu, di Aula Utama Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Samarinda, Jalan Kesuma Bangsa Samarinda, Senin 12 Agustus 2024.
Menurut Wahyu, dengan gaya bahasa yang ringan dan ilustrasi yang menarik, buku ini diharapkan mampu menumbuhkan minat baca anak-anak, serta memberikan pemahaman yang lebih mendalam tentang tarian Hudoq.
“Kita ingin memperkenalkan budaya Kaltim yakni ritual tari Hudoq melalui cerita dan visual gambar yang menarik untuk anak-anak, agar mau membaca buku ini,” ujar Wahyu.
Wahyu menerangan, proses penyelesaian buku karya perdananya itu memakan waktu hingga setahun.
“Untuk proses, saya mencari referensinya. Saya coba riset selama tiga bulan mencari referensi gambar anak-anak di beberapa PAUD dan TK, melihat cara mereka menggambar, bagaimana goresan mereka yang memiliki makna terselubung,” terang Wahyu.
Selain itu, Wahyu juga mengajak kepada generasi muda untuk tidak ragu berkarya dan memperkuat karakter masing-masing tokoh dalam pembuatan karya seni.
“Gambar itu tidak perlu bagus, yang penting memiliki karakter yang mampu manambah value di dalamnya,” ujar Wahyu.
Selain itu, dengan hadirnya Ibu Kota Nusantara (IKN) di Kaltim, Wahyu berharap buku cerita fiksi ‘Untuk Kebahagiaan Tari Hudoq’ ini dapat dikolaborasikan dengan para penerbit lainnya, sehingga mampu menambah jumlah cetakan agar dapat didistribusikan secara luas ke daerah-daerah lainnya.
“Jika nanti ada penerbit yang mau menerbitkan, kita akan menerbitkan dan menjual ini secara nasional. Untuk sementara baru 12 buku yang dicetak. Rencananya saya akan mencetak sampai 100 buku,” sebutnya.

Terakhir, melalui buku cerita fiksi ini harapannya dapat mengenalkan budaya Kaltim dan meningkatkan literasi anak-anak muda sejak dini.
“Buku ini juga saya sumbangkan dua di Perpustakaan Samarinda. Memang budaya Kaltim ini sebenarnya agak berat untuk dicerna anak-anak. Oleh karena itu melalui cerita dongeng ini, agar dapat dipahami oleh anak-anak secara sederhana,” kata Wahyu.
Sementara, Pustakawan Madya Dinas Perpustakaan dan Kearsipan (DPK) Samarinda Inui Nurhikmah mengatakan, hadirnya buku cerita fiksi untuk kebahagiaan tari Hudoq ini merupakan bukti dari kemajuan seni, budaya dan pendidikan di Kaltim.
“Peluncuran buku ini tentunya sebuah kebahagiaan bagi kita dan pembuatnya. Sehingga masyarakat khususnya anak-anak bisa mengenal tarian Hudoq, mencintai karya seni kita dan meningkatkan literasi anak-anak,” kata Inui.
Menurut Inui, buku ini dapat menjadi jembatan bagi anak-anak untuk mengenal lebih dekat budaya tarian Hudoq, dan menumbuhkan kecintaan terhadap karya seni lokal.
“Saya rasa ini sebuah trobosan terbaik untuk mengenalkan budaya kepada generasi muda,” tambah Inui.
Inui bilang, buku berjudul ‘Untuk Kebahagiaan Tari Hudoq’ ini berbeda dengan buku lainnya. Di mana buku-buku tari Hudoq sebelumnya yang menjadi koleksi perpustakaan Samarinda, dikemas dalam buku sejarah.
“Perpustakaan Samarinda juga menyediakan buku tentang Hudoq lainnya. Tapi buku sejarah yang ditulis oleh penulis luar bukan penduduk lokal. Kalau yang modelan buku cerita fiksi baru pertama ini,” terang Inui.
Dengan bertambahnya koleksi buku di Perpustakaan Samarinda ini, harapannya pengunjung perpustakaan Samarinda dapat terus bertambah, khususnya anak-anak agar mampu menggali minat membaca dan pengetahuan kepada generasi muda
“Semoga ke depannya tidak hanya budaya tari Hudoq saja. Semoga ada buku-buku lainnya yang menceritakan budaya lokal Kaltim,” demikian Inui Nurhikmah.
Penulis: Nur Asih Damayanti | Editor: Saud Rosadi
Tag: HudoqIKNPendidikanSamarindaSeni Budaya