Haji Ambang : Kita Juga Sanggup Bikin Kapal Tanker

Haji Ambang beserta putranya, H Agus Sakhlan, Dirut PT Buran Nusa Respati  menunjukkan pembuatan  kapal angkutan BBM dan CPO yang dibuat PT Kersa Gunung Wasada kapasitas 250-300 ton  kepada  Dirut MMPKT, Edy Kurniawan, Direktur Operasiona, Akbar Sostantyo, Direktur Keuangan dan SDM, Benny Rony, dan Plt Dirut PT MMP Marin, Tata Priha, dan  Dr. Aji Sofyan Efendi, advisor di PT MMPKT di Home Base-nya di Kampung Kajang, Kecamatan Anggana, Kabupaten Kutai Kartanegara, Selasa (4/1/2022). (Foto Intoniswan/Niaga.Asia)

SAMARINDA.NIAGA.ASIA-Industri kapal Samarinda jauh lebih maju dari yang diperkiarakan banyak orang. Sebagian besar kapal yang wira-wiri di sungai Mahakam, seperti tug boat atau kapal tunda produk galangan kapal milik pengusaha Samarinda.

Salahsatunya adalah Haji Hifnie Syarkawi yang sehari-sehari disapa Haji Ambang, owner PT Kersa Gunung Wasada yang beregerak di usaha pembuatan kapal, muali dari mendesain hingga membuat sampai jadi.

“Kita sanggup bikin kapal tanker,” kata Haji Ambang yang sudah bergelut di usaha pembuatan kapal dan pelayaran selama puluhan tahun pada Niaga.Asia, saat berkunjung ke home Base usahanya di Kampung Kajang, Kecamatan Anggana.

Menurut Haji Ambang, industri pembuatan kapal dimulainya sejak 20 tahun lalu, awalnya membuat kapal ukuran kecil, kapal untuk angkutan penumpang maksimum 12 orang atau mengangkut barang sekitar 1000 kiligram atau 1 ton.

“Waktu itu banyak pekerjaan transportasi pekerja ke anjungan lepas pantai saat PT Total Fina ELF masih memegang Blok Mahakam,” katanya.

Kapal angkutan untuk 12 orang yang diproduksi PT Kersa Gunung Wasada. (Foto Intoniswan/Niaga.Asia)

Kapal atau speed boat yang dibuat, bodynya dari fiber glass. Kapal didesain sendiri dengan hak cipta sendiri. Kapal dibuat untuk dioperasikan sendiri. Kapal dari fiber sebetulnya aman. Tapi kemudian, entah bagaimana, namanya dalam dunia bisnis, timbul persaingan tidak sehat, menghembuskan isue yang aman sebetulnya yang aman dari plat baja atau besi.

“Tapi waktu itu saya bertahan di kapal terbuat dari fiber. InsyaAllah bertahan sampai sekarang,” terangnya.

“Kapal saya yang dari fiber masih tetap dipakai oleh kontraktor di sektor migas lepas pantai,” sambung Haji Ambang.

Sedangkan pengusaha yang dulu menyaingi dengan kapal besi, rontok dengan sendirinya, karena harga plat baja selalu naik tak terkendali.

“Dua tahun lalu harga plat baja untuk body kapal masih Rp8.500 per kilogram, sekarang sudah naik dua kali lipat, lebih dari Rp17.00,” ungkapnya.

Speed boat untuk angkutan orang, kata Haji Ambang, bisa dikerjakan hingga selesai dalam waktu 60 hari, karena bahannya mudah didapat di pasaran, lain dengan plat baja, yang kadang-kadang kosong.

“Kami bikin kapal untuk dipakai sendiri, setelah dipakai lebih dari 5 tahun, baru kita jual. Kita tidak mau dijiplak orang lain,” kata Haji Ambang didampingi putranya, H Agus Sakhlan, Dirut PT Buran Nusa Respati yang bergerak di usaha pelayaran.

Selain membuat kapal penumpang, PT Kersa Gunung Wasada kini juga membuat kapal tanker yang bisa digunakan untuk angkutan BBM atau CPO (Crude Oil Palm).

“Kapal ini fisiknya sudah 75 persen, tinggal finishing. Kapal tanker ini mampu mengangkut antara 250-300 ton BBM atau CPO,” ujar Haji Ambang.

Rencananya kapal tanker tersebut, setelah selesai juga akan dioperasikan sendiri, alias bukan untuk dijual.

Haji Ambang beserta putranya Agus Sakhlan, Dirut PT Buran Nusa Respati  menunjukkan pembuatan  kapal angkutan karyawan di perusahaan migas lepas pantai oleh PT Kersa Gunung Wasada  kepada  Dirut MMPKT, Edy Kurniawan, Direktur Operasiona, Akbar Sostantyo, Direktur Keuangan dan SDM, Benny Rony, Plt Dirut PT MMP Marin, Tatak Priha, dan Dr. Aji Sofyan Efendi, advisor di PT MMPKT di Home Base-nya di Kampung Kajang, Kecamatan Anggana, Kabupaten Kutai Kartanegara, Selasa (4/1/2022). (Foto Intoniswan/Niaga.Asia)

“Untuk membuat kapal tanker ini, jika dikebut, bisa selesai 12 bulan atau setahun,” ungkapnya.

Tentang investasi yang diperlukan membuat satu unit kapal tanker tersebut, Haji Ambang enggan menyebutkan, tapi ya sekian, sekian em.

Menurut Haji Ambang, selama pandemi, volume usaha memang menurun, tapi sudah berangsur membaik.

“Kita kan harus terus bekerja, ada kurang lebih 200 karyawan yang sudah lama bekerja sama saya. Dari seratusan lebih kapal angkutan penumpang, LCT dan kapal besar yang dioperasikan, lebih separuh sudah beroperasi kembali,” ujarnya.

Sebagai pengusaha yang mengawali usaha serba manual, Haji Ambang mengaku dengan era serba digital dan adanya internet, pekerjaan menjadi lebih ringan dan biaya operasional lebih murah.

“Dulu kita harus berangkat-berangkat ke luar daerah, dari Papua sampai ke Batam, mikul-mikul dokumen kontrak untuk ditandatangani, sekarang sudah serba online. Jadi lebih hemat, dan tidak harus meninggal rumah berhar-hari,” kata Haji Ambang lagi, yang sekarang juga  ulama menjadi Bendahara Majelis Ulama Indonesia (MUI) Provinsi Kaltim.

Penulis : Intoniswan | Editor : Intoniswan

Tag: