Hampir 12 Ribu Jiwa jadi Korban Banjir : Samarinda Chaos

Pemotor saat melintas di depan Hotel Midtown, Kamis (21/10) (Foto : tangkapan layar video/istimewa)

SAMARINDA.NIAGA.ASIA – Samarinda Chaos hari ini! Begitu ungkapan warga Samarinda yang mesti memutar kendaraannya, utamanya roda dua, agar tidak terjebak banjir yang ujung-ujungnya bikin mati mesin. Namun ungkapan Chaos itu bukanlah bermakna Samarinda sedang rusuh.

Saputra (41), seorang karyawan perbankan di Samarinda pagi ini tadi terpaksa memutar jalur agar dia sampai ke kantornya. Maklum saja, jalan sehari-hari yang dia lalui menuju kantor seperti Jalan Letjend S Parman terendam banjir.

“Samarinda Chaos,” kata dia, dalam obrolan percakapan Whats App Messenger pagi ini.

Memang sejak 18 Oktober 2021 lalu, banjir di Samarinda meluas hingga kembali merendam ruas jalan dalam kota. Meski tidak separah banjir 2019 lalu yang berlangsung dua pekan.

Banjir Samarinda Sudah Ganggu Aktivitas Perekonomian Warga

Kawasan terendam di antaranya mulai dari Jalan Ahmad Yani I, Jalan Ahmad Yani II, Jalan KH Hasan Basri, Jalan Letjend S Parman serta Jalan Dr Soetomo. Mobil bisa melintas. Namun kalau motor risiko yang dihadapi adalah mati mesin.

Dalam perbincangan, menurut Saputra, Chaos yang dia maksud bukanlah kerusuhan. Melainkan, kendaraan berjejal melewati jalan alternatif agar bisa sampai di tempat tujuan. Suara klakson saling balas pun bikin suasana jadi ramai.

Ruas jalan alternatif itu mulai dari kawasan Jalan Anggur, Jalan Trisari, Jalan Pahlawan. Bahkan pun demikian Jalan Sentosa, bagi warga arah Jalan DI Panjaitan yang ingin ke arah tengah kota.

“Jam pagi masuk kantor terasa sekali padatnya jalan alternatif itu. Macet,” ujar Saputra.

Niaga Asia juga sempat melintas di Jalan Pahlawan I (eks Jalan Swadaya) menuju ke Voorvo. Jalan itu jadi penyelamat biker agar terhindar dari risiko melintas banjir di Jalan Dr Soetomo. Pilihannya bisa mengarah ke Jalan Anggur, atau masuk ke Jalan Trisari.

Kawasan Jalan Ahmad Yani I, Kamis (21/10) pagi. (Foto : tangkapan layar video/istimewa)

Aroma kanvas rem mobil dan truk boks begitu menyengat. Sebab, tanjakan Jalan Swadaya memang ngeri-ngeri sedap. Harus sering-sering injak rem lantaran padatnya kendaraan di kedua arah.

“Saya tadi juga macet begitu. Mau tidak mau lewat situ karena jalan alternatif terdekat. Kalau lewat Teluk Lerong (Jalan Gadjah Mada) terlalu jauh memutar,” ungkap Saputra.

Bagi warga Samarinda di kala banjir merendam ruas jalan dalam kota, jalan alternatif lainnya bisa melintas Jalan Pasundan ke arah Jalan KS Tubun maupun langsung ke Jalan Anggur, sehinga jalan itu tidak kalah padat dibanding tanjakan Jalan Swadaya.

“Biasa kalau banjir begini kan sampai seminggu. Kalau seminggu banjir, ya tiap hari juga lewat jalan-jalan alternatif. Mau gimana lagi,” celetuk Anita (39), karyawati perusahaan swasta di Samarinda.

Amsyong memang (lalu lintas macet di jalan alternatif),” celetuk Suryadi (50), seorang pekerja profesi di Samarinda menambahkan.

Penulis : Saud Rosadi | Editor : Saud Rosadi

Tag: