Harga Beras di Samarinda Diprediksi Terus Naik Hingga Idulfitri

Penjual Beras Toko Asmekar Cahaya Pasar Segiri, Agus (niaga.asia/Yanti)

SAMARINDA.NiAGA.ASIA — Harga beras di Samarinda diperkirakan akan terus naik hingga Hari Raya Idulfitri. Kenaikan ini dipicu karena berkurangnya pasokan beras dari berbagai daerah.

Berdasarkan pantauan niaga.asia di beberapa pasar yang ada di Samarinda, hingga Kamis 29 Februari 2024, harga beras medium hingga premium di pasaran terus merangkak naik.

Pedagang beras Toko Asmekar Cahaya di Pasar Segiri, Agus (34) mengungkapkan, kenaikan beras ini telah terjadi selama 4 bulan lalu.

“Sebelumnya dari empat bulan lalu Rp310 ribu sampai Rp320 ribu, sekarang sudah Rp410 ribu (per 25 Kg),” kata Agus.

Sementara, untuk harga perkilonya sendiri dibanderol mulai dari harga Rp16 ribu hingga Rp18 ribu.

“Untuk premium itu Rp18 ribu, medium biasa Rp16 ribu sama Rp17 ribu. Kalau Bulog kita gak main (tidak menjual),” ujar Agus.

Agus mengatakan beras yang didatangkan dari Sulawesi ini diprediksi akan terus mengalami kenaikan menjelang Ramadan hingga Hari Raya Idulfitri.

“Kenaikan harga beras katanya karena kemarau dan gagal panen. Biasa akan naik terus. Perkiraan gitu,” ucapnya.

Selain itu, menurutnya, untuk jumlah pembeli sendiri tidak ada berpengaruh dengan kenaikan harga beras ini.

“Untuk pembeli lancar aja, ikuti aja alurnya. Kalau tidal dibeli, tidak makan. Ada yang mengeluhkan katanya masalah beras kok mahal, kadang ada yang nawar,” sebut Agus.

Sementara itu, kenaikan harga beras ini juga dirasakan oleh pedagang di Pasar Sungai Dama, Suriyati (49). Dia mengungkapkan bahwa harga beras yang dia jual menembus Rp400 ribu per karungnya, di mana harga sebelumnya Rp350 ribu per karung.

“Perkilonya ada yang Rp16 ribu jempol sama Rp17 ribu beras pandan wangi,” kata Suriyati.

Suriyati mengatakan, kenaikan harga beras berlanjut hingga Ramadan belum bisa diprediksi. Menurutnya penentuan naik tidaknya harga beras ini, tergantung dari pemerintah, dalam hal ini Dinas Perdagangan, yang mengatur tinggi rendahnya harga beras saat ini.

“Kenaikan tergantung pemerintah. Mau naikan atau nggak. Kalau kita bilang naik ternyata turun kan salah. Lebih baik kita menunggu aja, biasa sih naik. Penyebabnya kurang tahu. Jangan salahkan Pak Presiden lagi. Salahkan Dinas Perdagangan,” sebutnya.

Ia mengatakan masyarakat hanya bisa diam dan pasrah dengan tingginya harga beras ini.

“Pembeli diam aja. Kalau naik ya semampunya mereka beli. Gak repot mereka,” terangnya.

Selain itu, beras yang diambilnya dari Sulawesi ini, telah mengalami kenaikan dari tingkat agen.

“Agen nelpon terus beras naik, telur naik, sepiringnya ada Rp59 ribu dan Rp60 ribu. Sebelumnya Rp53 ribu dan Rp55 ribu per piringnya. Kenaikan ini sudah biasa bulan puasa zaman-zaman awal. Biasanya selesai lebaran turun,” demikian Suriyati.

Penulis : Nur Asih Damayanti | Editor : Saud Rosadi

Tag: