Harga Daging Ayam Lokal Turun, Pengusaha dan Peternak Mengadu ke DPRD Nunukan

Pengusaha dan peternak ayam di Nunukan mengeluhkan ke DPRD Nunukan  turunnya harga daging ayam setelah pangsa pasar mereka diisi ayam dari Berau dan Malaysia. (foto Budi Anshori/Niaga.Asia)

NUNUKAN.NIAGA.ASIA-Sejumlah peternak ayam bersama pengusaha DOC dan pakan ayam broiler mengeluhkan anjloknya harga jual ayam potong sejak awal tahun 2021 di Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara.

Keluhan turunnya harga daging ayam lokal disampaikan dalam pertemuan Rapat Dengar Pendapat (RDP) dipimpin Ketua Komisi II DPRD Nunukan, Welson bersama sejumlah anggota Komisi II lainnya, Senin (15/02).

Ketua Komisi II DPRD Nunukan Wilson menyebutkan, pangsa pasar ayam lokal semakin sempit, hal ini dikarenakan masuknya daging ayam asal Berau di Kecamatan Sebuku dan Sembakung, sedangkan di pulau Sebatik daging ayam asal Malaysia.

“Penernak mengeluh ayam mereka kelewatan umur dan itu tidak laku dipasar, kalaupun dijual paling Rp 20.000/kilo, kondisi ini jelas merugikan,” katanya.

Direktur CV. Tunontaka Mitra Sejahtera (TMS) Nunuan, Darma Kohar mengatakan, masuknya suplai daging ayam dari Malaysia di pulau Sebatik ataupun dari daerah luar berpengaruh terhadap perdagangan ayam potong milik peternak lokal.

“Karena stok daging ayam melimpah, harga beli ditingkat pengusaha ke mitra peternak lokal turun,” kata Wilson.

Sebagian peternak lokal mendapatkan bibit dan pakan dari CV TMS, kerjasama ini cukup menguntungkan, karena peternak cukup menyiapkan kandang, sedangkan DOC atau bibit ayam dan pakan disiapkan pengusaha.

Tidak sebatas menyiapkan DOC dan pakan, pengusaha secara rutin membeli hasil ternak dengan harga ideal sekitar Rp25.000, namun dalam satu bulan terakhir, harga beli turun antara Rp 20.000/kilo sampai Rp 23.000/kilo.

“Mau tidak mau peternak menjual ayam mereka, semakin lama dipelihara semakin banyak pakan dan harga tidak juga naik-naik,” ucapnya.

Untuk memaksimalkan kembali harga, Darma meminta Pemerintah Nunukan dan DPRD Nunukan, membantu penghentian masukkan ayam luar negeri dan ayam daerah luar di wilayah Kebupaten Nunukan.

Selain imbas masuknya ayam luar, Darma melihat tingkat beli masyarakat dimasa pendemi Covid-19 turun cukup tinggi, meski harga ayam di pasar-pasar tradisional tetap stabil diharga Rp 40.000/kilo.

“Harga turun cuma ditingkat pengusaha dan peternak, kalau pasar – pasar tetap stabil tidak terpengaruh,” jelasnya.

Sementara itu, Kepada Dinas Perdagangan Nunukan, H. Dian Kusumanto membenarkan adanya keluhan peternak ayam broiler yang berhubungan dengan penurunan harga beli ditingkat pengusaha dan masuknya ayam luar daerah.

“Diakui atau tidak, daging ayam dari Malaysia dan daerah laur cukup murah dibandingkan ayam peternak lokal,” tuturnya.

Terlepas dari persoalan masuknya ayam luar daerah, penurunan harga terjadi hampir disetiap awal tahun, persoalan ini dikarenakan para peternak mempersiapkan bibit ayam cukup tinggi sebagai persiapan tahun baru dan natal.

Peluang menjanjikan memperbanyak bibit ayam ini ternayata tidak berjalan sesuai rencana, pembelian daging ayam berkurang bersamaan situasi kondisi ekonomi masyarakat sehubungan dampak Covid-19.

“Coba lihat dipasar-pasar, kebutuhan ayam berkurang tidak seperti tahun sebelumnya dan kita sudah memprediksi kondisi ini,” kata Dian Kusumanto.

Karena itu, ia meminta pengusaha dan peternak lokal bisa mengontrol kebutuhan DOC, sebab tidak hanya di Nunukan, hampir semua daerah mengalami akumulasi penurunan pembelian daging ayam.

“Peternak ini serba salah, tidak dijual beban pakan, dijual harga murah, makanya perlu inivasi produk turunan untuk mengatasi turunya harga jual,” pungkasnya. (002)

Tag: