Harga Tiket Pesawat Melambung, Kaltim Alami Inflasi

aa
Bank Indonesia

SAMARINDA.NIAGA.ASIA – Setelah mengalami deflasi dalam dua bulan terakhir, Kaltim tercatat mengalami inflasi April 2019 sebesar 0,15% (mtm), lebih tinggi dibandingkan -0,18%(mtm) bulan sebelumnya. Namun demikian, capaian inflasi Kaltim April 2019 masih lebih rendah dibandingkan nasional sebesar 0,44% (mtm).

Berdasarkan kelompok pengeluarannya, inflasi terjadi pada seluruh kelompok pengeluaran kecuali perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar yang mengalami deflasi sebesar -0,09% (mtm). Inflasi tertinggi dialami oleh kelompok transportasi dan komunikasi sebesar 0,46% (mtm) diikuti dengan kesehatan sebesar 0,26% (mtm).

“Inflasi kelompok transportasi masih didorong oleh kenaikan harga tiket pesawat oleh sejumlah maskapai. Adapun kelompok bahan makan mengalami inflasi sebesar 0,07% (mtm) yang disebabkan oleh kenaikan sejumlah harga komoditas antara lain bawang merah dan bawang putih karena pasokan yang menurun,” kata Kepala Perwakilan BI Kalimantan Timur Muhammad Nur, dalam keterangan tertulisnya.

Dia menerangkan, berdasarkan kota pembentuknya, inflasi di kota Samarinda tercatat sebesar 0,07% (mtm) dan Balikpapan sebesar 0,25% (mtm). Kenaikan harga bawang merah dan bawang putih menjadi sumber inflasi utama di Samarinda.

Berdasarkan hargapangan.id, harga bawang putih pada April-2019 tercatat sebesar Rp 44.250/kg, meningkat dari Rp 29.400 pada bulan sebelumnya. Adanya keterlambatan dalam pemberian ijin impor bawang putih oleh Kementerian Perdagangan berimbas pada menipisnya stok bawang putih secara nasional termasuk di wilayah Kaltim.

Sementara itu, inflasi Balikpapan masih disebabkan oleh kenaikan harga tiket pesawat. Pada bulan Mei 2019, inflasi Kaltim diprakirakan lebih tinggi dibandingkan bulan April. Tekanan inflasi diperkirakan bersumber dari bahan makanan. Masuknya bulan Ramadhan pada awal Mei pada historisnya mendorong peningkatan kebutuhan masyarakat akan bahan pangan. Perkembangan harga tiket pesawat yang juga belum menunjukan tren penurunan juga diperkirakan akan menjadi penyebab inflasi Kaltim pada Mei 2019.

“Kantor Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Timur dan segenap stakeholder terkait yang tergabung dalam TPID senantiasa memantau perkembangan pergerakan inflasi secara khusus dan perekonomian secara umum baik domestik maupun eksternal,” ujar Nur.

Diterangkan juga, sejumlah kegiatan telah dilakukan guna mengantispasi kenaikan harga yang berkelanjutan, seperti operasi pasar maupun inspeksi mendadak ke pasar tradisional maupun modern serta memantau ketersediaan stok di pasar induk dan distributor utama.

Hal tersebut dimaksudkan untuk memantau pergerakan harga secara langsung dan memastikan ketersediaan stok di masyarakat. “Bank Indonesia secara konsisten akan terus melakukan asesmen terkait perkembangan perekonomian dan inflasi Kaltim terkini guna menuju sasaran inflasi akhir tahun sebesar 3,5+1% (yoy),” demikian Nur. (*/006)