Hikayat Asal Usul Raja Pertama di Berau

Ilustrasi

RATUSAN  tahun lalu, di Kampung Patung, hulu Sungai Ulak, kawasan Gunung Tabur, hiduplah sepasang suami istri, Amma Baritu dan Inda Baritu.

Di kalangan warga kampung,  suami istri ini dikenal sebagai pasangan yang ramah dan baik bertetangga. Meski tidak kaya, namun hasil pertanian dan mencari ikan cukup menghidupi mereka.

Untuk mengisi waktu menunggu panen tiba, Amma Baritu kerap pergi ke hutan mencari damar, rotan dan patung (baju besar) untuk dijadikan buku (alat penangkap ikan). Sementara istrinya di rumah mengurindam (membuat benang jahit yang bahannya dari serat nenas).

Satu hal yang membuat hidup mereka sepi, gelisah dan kurang bahagia adalah tidak mempunyai keturunan. Padahal mereka sudah puluhan tahun berkeluarga. Di malam-malam yang sunyi, sering mereka memanjatkan doa khusus kepada Yang Maha Kuasa agar dianugerahi anak.

Pada suatu hari, Amma Baritu hendak pergi mencari patung untuk membuat buwu yang sudah rusak. Kepada istrinya, Amma Baritu menyampaikan, “ui, sarini aku andak bakalan manabang pattung. Aku andak mancari pattung bassar-bassar injananya aku mau bajalan asal aku mandapati bulu bassar. Amun bulu anu alus indada lawas, cappat rusak. Mugawaikan aku bekal, jadi aku indada kelaparan  di uttan.”

Mendengar ucapan itu, bergegas Inda Baritu membuat bekal untuk sang suami. Sementara Amma Baritu juga mempersiapkan barang-barang untuk masuk hutan. Tak lupa, dia juga mengajak anjing kesayangannya yang diberi nama Beruang.

Panjang kisah pendek cerita, sampailah Amma Baritu di hutan yang dipenuhi rumpun bambu yang benar-benar. Tiba di batang bambu yang besar, anjingnya menyalak dan mencakari bambu itu, sambil menengok berkali-kali ke arah tuannya. Seolah menyuruh Amma Baritu menebang bambu itu.

Amma Baritu mengerti. Dia menebang bambu itu. Betapa terkejutnya dia, ternyata di dalam bambu besar itu ada seorang bayi laki-laki yang seolah tersenyum padanya. Dengan jantung berdebar dan hati bungah, meski penuh tanda tanya, Amma Baritu bergegas membawa bayi itu pulang.

Sesampainya di rumah, Amma Baritu menyuruh istrinya membersihkan bayi itu. Ketika Inda Baritu mengambil kain untuk menyelimuti bayi yang tersimpan di gantang besar, tempat menyimpan kain, dia kaget luar biasa. Ada bayi perempuan terbaring di dalamnya.

Betapa gembiranya suami istri itu, dalam waktu yang singkat mereka memperoleh anugerah dua bayi yang sehat dan wajah yang bercahaya. Mereka yakin, bayi-bayi itu adalah anugerah Yang Maha Kuasa.

Kedua anak itu tumbuh dan berkembang, sehat rohani dan jasmani. Mereka menjadi dua orang remaja yang tampan dan cantik. Wajah mereka memancarkan aura yang luar biasa.

Para tetua adat dan tokoh kampung itu sepakat mereka berdua dikawinkan  dengan upacara sakral dan meriah, 40 hari 40 malam. Bersamaan dengan itu, sang mempelai laki-laki yang bernama Kuran, dinobatkan menjadi raja mereka. Kampung mereka menjelma menjadi kerajaan yang dipimpin Raja Kuran sebagai raja pertama di Berau.

Penulis: Hamdani | Editor: Intoniswan

Tag: