Hubungan Umat Hindu-Islam di India Semakin Buruk, 2 Demonstran Ditembak Mati

Nupur Sharma, diberhentikan sebagai  jurubicara Partai Bharatiya Janata (BJP) yang berkuasa di India, setelah pernyataanya menimbulkan ketegangan dan dikecam negara Islam. (GETTY IMAGES)

SAMARINDA.NIAGA.ASIA – Hubungan antar umat Hindu dengan Muslim di India, sedang tidak baik-baik saja. Tahun 2022 ini adalah tahun ketiga ketegangan terjadi antar kedua umat. Penyebabnya bermula dari komentar-komentar di media sosial, baik yang disampaikan netizen maupun kebijakan pemerintah India dan penguasa lokal di negara-negara bagian.

Komentar negatif terhadap umat Muslim ataupun agama Islam, bermula tahun 2020, dimana netizen menyebut jamaah Tabligh sebagai sumber penyebar COVID-19 di India. Setelah itu berlanjut ke persoalan jilbab, tempat ibadah umat Islam berlanjut hinaan, dan tudingan bahwa umat Islam menikahi umat Hindu untuk kepentingan memperbanyak umat Islam.

Posisi tahun 2022, Islam menjadi agama terbesar kedua di India setelah Hindu. menempatkan India di posisi ketiga, menyumbang 10,90 persen. Dilaporkan jumlah Muslim India mencapai 195 juta orang dari 1,3 miliar populasi.

Teranyar yang memicu gelombang protes di kota Ranchi hari Jumat  (10/6/2022) yang menyebabkan dua demonstran dari umat Islam ditembak mati polisi dan seratusan lebih demonstran ditahan adalah komentar  juru bicara Partai Bharatiya Janata (BJP) yang berkuasa di India, Nupur Sharma pertengahan bulan Mei lalu dalam perdebatan di televisi yang dinilai menghina Nabi Muhammad SAW.

Komentar Sharma soal Nabi Muhammad, sebagaimana dilaporkan media online BBC News Indonesia, dilontarkan dalam perdebatan kasus Masjid Gyanvapi.

Kasus itu mengemuka ketika sejumlah umat Hindu mengklaim bahwa masjid di kota suci Varanasi dibangun di atas reruntuhan kuil Hindu dari abad ke-16 yang dihancurkan Kaisar Mughal Aurangzeb pada 1669. Atas dasar itu, ada umat Hindu yang meminta izin kepada pengadilan untuk beribadah di kompleks masjid tersebut.

Pengadilan kemudian mengeluarkan perintah kontroversial yang memperbolehkan survei menggunakan rekaman video di masjid. Rekaman video disebut-sebut menampilkan pilar batu yang diklaim para pengaju petisi sebagai Sivalinga atau simbol Dewa Shiva. Namun, pihak masjid berkeras itu adalah air mancur.

Silang pendapat ini digelar di pengadilan, namun perdebatan serupa juga berlangsung tanpa henti di televisi. Sharma berada di kubu nasionalis Hindu yang melontarkan pendapatnya secara blak-blakan.

“Pada 27 Mei, komentarnya (Nupur Sharma)  soal Nabi Muhammad dianggap banyak pihak sudah keterlaluan,” lapor media online berbasis di London itu.

Dalam unjuk rasa memprotes pernyataan Nupur Sharma, AFP mengutip seorang petugas polisi di kota Ranchi, polisi terpaksa melepaskan tembakan untuk membubarkan pengunjuk rasa dan peluru mengenai beberapa dari mereka, mengakibatkan kematian dua orang.

Polisi itu meminta tidak disebutkan namanya karena dia tidak berwenang untuk berbicara kepada media.

Unjuk rasa itu terjadi pada Jumat (10/6) pagi waktu setempat. Penembakan dilakukan kedua belah pihak (demonstran dan polisi) saat aksi demo menjadi rusuh, demikian dilaporkan Kantor berita India, ANI.

Dalam aksi itu, kendaraan-kendaraan dirusak dan dibakar. Ditambah lagi pelemparan batu selama aksi berlangsung hingga dilaporkan beberapa orang terluka.

Enam korban luka dibawa ke Rumah Sakit Sadar hingga Jumat malam waktu setempat. Salah satunya mengalami luka tembak dan dirujuk ke RS RIMS. Sisanya yang terluka dirawat di Rumah Sakit Sadar, kata Dr. Vinod Kumar, ahli bedah sipil di Ranchi.

Usai aksi protes tersebut, semua layanan internet dihentikan sementara di Ranchi hingga pukul 6 pagi pada hari Sabtu (11/6) waktu setempat.

Setelah berbagai negara teluk menyatakan kemarahannya terhadap pernyataan kontroversial Nupur Sharma tentang Nabi Muhammad, negara tersebut telah menyaksikan aksi protes di berbagai negara bagian termasuk Punjab, New Delhi, dan Uttar Pradesh.

Sebelumnya, juru bicara Partai Bharatiya Janata (BJP) yang berkuasa di India, Nupur Sharma, mencabut komentarnya dalam perdebatan di televisi yang dinilai menghina Nabi Muhammad SAW. Hal itu dilakukan Sharma usai ucapannya menuai kritik berbagai pihak.

Seperti dilansir Hindustan Times, Kamis (9/6/2022), Sharma yang berusia 37 tahun ini telah dinonaktifkan dalam jabatannya sebagai jubir BJP yang merupakan partai yang menaungi Perdana Menteri (PM) Narendra Modi ini. Pihak BJP juga menegaskan bahwa komentar Sharma bertentangan dengan posisi partai.

Menyadari komentarnya menuai reaksi negatif, Sharma menegaskan dirinya mencabut pernyataannya itu. Sharma menyatakan dirinya tidak pernah berniat melukai sentimen agama siapapun.

“Jika kata-kata saya telah menyebabkan ketidaknyamanan atau menyakit perasaan keagamaan siapapun, dengan ini saya mencabut pernyataan saya tanpa syarat,” tulis Sharma dalam pernyataannya dengan bahasa Inggris via Twitter pada 5 Juni lalu.

Penulis: Intoniswan | Editor: Intoniswan

Tag: