Impor Komponen Otomotif Masih Tinggi

Pameran otomotif. (Foto Liputan6.com)

JAKARTA.NIAGA.ASIA – Indonesia masih menghadapi tantangan tingginya impor komponen otomotif. Pada periode Januari–September 2025, impor otomotif tercatat sebesar USD 8,26 miliar, dengan lonjakan impor komponen mencapai lebih dari 20 persen dibandingkan tahun sebelumnya.

“Kalau saja bisa kita manfaatkan, kita berikan peluang bagi industri-industri di dalam negeri, khususnya IKM (Industri Kecil dan Menengah), impor komponen akan berhasil ditekan. Pendalaman struktur manufaktur kita juga akan tercapai dan pasti akan menciptakan nilai tambah bukan hanya untuk manufaktur, tapi juga untuk perekonomian nasional,” Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita saat membuka kegiatan Kemitraan IKM Alat Angkut dengan Industri Besar (Link and Match) 2025 di Jakarta, Selasa (2/12).

Lebih lanjut, Menperin menyampaikan, agenda kemitraan antara industri besar dan IKM merupakan wujud pelaksanaan Asta Cita Presiden Prabowo. Program ini mendukung penguatan kemandirian ekonomi nasional, penciptaan lapangan kerja berkualitas, serta percepatan hilirisasi dan industrialisasi untuk meningkatkan nilai tambah di dalam negeri.

Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah dan Aneka (IKMA) Reni Yanita menyampaikan, Ditjen IKMA berupaya menjembatani IKM komponen otomotif untuk dapat bertemu dengan suplier Agen Pemegang Merek (APM) melalui program Link and Match. Kegiatan ini telah dijalankan secara rutin oleh Ditjen IKMA bersama Astra Group dan Yayasan Dharma Bhakti Astra (YDBA) sejak 2017.

“Hasil kolaborasi Ditjen IKMA bersama Astra Group dan Yayasan Dharma Bhakti Astra (YDBA) sepanjang tahun 2022-2024 menghasilkan 131 Nota Kesepahaman (Memorandum of Understanding) antara 47 APM tier 1 dengan 107 IKM,” katanya.

Reni berharap, IKM peserta Link and Match 2025 dapat aktif menjalin komunikasi dengan supplier APM dan industri besar sehingga jalan kolaborasi akan semakin terbuka. Menurut Reni, dengan terjalinnya kemitraan antara industri besar dan APM dengan IKM ini, tentunya akan memberikan kepastian akses pasar bagi produk IKM di industri otomotif dalam negeri yang berkelanjutan.

“Program Link and Match ini merupakan salah satu upaya untuk mengurangi ketergantungan terhadap produk impor serta meningkatkan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) dan menjadi sarana pertukaran informasi mengenai teknologi permesinan, peningkatan kemampuan SDM, serta manajemen mutu maupun peluang pasar,” kata Reni.

Sebelumnya, dalam rangkaian kegiatan Link and Match 2025 pada 19 November 2025, sebanyak  24 APM Tier 1 dengan 33 IKM juga telah menandatangani Nota Kesepahaman (MoU). Selain itu, Kemenperin juga memberikan penghargaan kepada pemerintah daerah yang berperan aktif dalam pengembangan IKM, serta penghargaan kepada industri besar yang konsisten dalam melakukan kemitraan rantai pasok IKM komponen otomotif selama tiga tahun berturut-turut, serta penghargaan atas inovasi dalam pengembangan produk substitusi impor.

Sumber: Siaran Pers Kemenperin | Editor: Intoniswan

Tag: