Inflasi di Kaltim Dikendalikan dengan Menjamin Pasokan Bahan Pangan

Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kaltim, Ricky P Gozali. (Foto Intoniswa/Niaga.Asia)

SAMARINDA.NIAGA.ASIA – Inflasi di Kalimantan Timur (Kaltim) dari tahun ke tahun disebabkan naiknya harga bahan pangan, khususnya hortikulturan. Harga bahan pangan ini sangat tergantung pada pasokan dari Sulawesi Selatan (Sulsel) dan Jawa Timur (Jatim). Sedangkan  pengendalian inflasi dengan cara  memenuhi sendiri kebutuhan bahan pangan, masih dalam proses.

Untuk jangka panjang misalnya, supaya cabai tidak lagi jadi faktor penyumbang inflasi, Bank Indonesia Perwakilan Kaltim sudah membangun  sentra-sentra percontohan (cluster) pertanian tanaman cabai di Samarinda dan Kutai Kartanegera.

“Luas kawasan pertanian dengan tanaman cabei yang sudah dimulai Bank Indonesia baru sekitar  lima hektaran. Dari kebun percontohan itu, diharapkan masyarakat termotivasi bercocok tanam cabei, termasuk tanaman hortikultura lainnya untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk dijual ke pasar,” kata Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kaltim , Ricky P Gozali terkait pengendalian inflasi di Kaltim, dimana di bulan Juli 2022 yang naik dibandingkan  bulan Juni dalam acara temu media, hari ini, Jumat (12/8/2022) pagi.

Bank Indonesia Kaltim menghitung pada  bulan Juli 2022  Kaltim mengalami inflasi yang lebih tinggi  dibandingkan  bulan Juni. Indeks Harga Konsumen (IHK) Kaltim pada Juli 2022 tercatat inflasi sebesar 0,61% (mtm), lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya yang mengalamiinflasisebesar 0,47% (mtm).

“Capaian ini membuat inflasi tahunan Kaltim pada periode yang sama tercatat sebesar 5,05% (yoy), lebih tinggi dibandingkan capaian nasional yang berada pada 4,38% (yoy),” ujar Ricky.

Inflasi padabulanJuli 2022 bersumber dari meningkatnya harga pada kelompok pangan serta kelompok transportasi. Secara umum, ketersediaan pangan di Kaltim masihs elalu terjaga walaupun stabilitasnya punya ketergantungan yang cukup besar pada daerah produsen karena sebagian besar kebutuhan Kaltim dipasok dari Jatim, Sulsel, Sulbar, Sulteng dan Jakarta.

Bank Indonesia Perwakilan Kaltim juga mencata, dari 10 bahan pangan yang dibutuhkan masyarakat Kaltim, baru satu, yakni ayam potong yang dipasok dari Kaltim. Sedangkan sembilan lainnya, pasokannya masih  dari luar Kaltim, rinciannya adalah beras,daging,  minyak goreng, gula pasir, bawang merah, cabai keriting, bawang putih, telur ayam, tepung terigu, cabai rawit.

Untuk menjamin pasokan (ketersediaan) bahan pangan di Kaltim, Pemprov Kaltim dan pengusaha di Kaltim sudah menjalin kerja sama dengan sejumlah daerah pemasok bahan pangan, misalnya dengan Pemprov Jawa Timur, Kalimantan Selatan, serta provinsi lainnya.

“Itu baru untuk menjamin pasokan bahan pangan,” kata Ricky.

Kemudian, perkembangan baru dan sangat bagus adalah, Pemkot Samarinda melalui Perumda Varia Niaga, berencana masuk juga berusaha di sektor bahan pangan. Perumda Varian Niaga akan memperbesar kapasitas tampung coldstroge-nya sehingga bisa menyimpan bahan pangan dalam jumlah besar dan tetap awet.

“Dalam hal ini Varia Niaga nantinya bisa menjadi perusahaan yang bisa mengendalikan inflasi. Saat produk  bahan pangan naik, bahan pangan yang ada di Varia Niaga dilepas ke pasar untuk menurunkan harga,” papar Ricky.

Ide Wali Kota Samarinda, H Andi Harun menggunakan Perumda sebagai bagian dari usaha menekan inflasi, sudah tepat. Diharapkan hal serupa juga bisa dilakukan pemerintah kabupaten/kota lainnya. Adanya Perumda yang usahanya seperti Varian Niaga, akan lebih menjamin pasokan sekaligus mempercepat distribusi bahan ke pasar.

Menurut Ricky yang duduk sebagai Wakil Ketua TPID Kaltim, idealnya untuk mengendalikan inflasi yang sumbernya dari naikknya harga bahan pangan, memang  Kaltim perlu mememenuhinya dari dalam daerah Kaltim sendiri, dengan memanfaatkan lahan yang sangat luas, misalnya memanfaatkan lahan bekas tambang.

“Tapi pemerintah daerah saat sedang menuju ke arah situ. Dalam rapat-rapat sudah ada keinginan memanfaatkan lahan bekas tambang, misalnya untuk peternakan sapi maupun bercocok tanaman hortikultura,” katanya.

Penulis: Intoniswan | Editor: Intoniswan

Tag: