Inflasi Tetap Rendah Mendukung Stabilitas Perekonomian

Ilustrasi SindoNews

JAKARTA.NIAGA.ASIA-Inflasi tetap rendah dan mendukung stabilitas perekonomian. Inflasi IHK pada Februari 2020 tercatat 0,28% (mtm), lebih rendah dari inflasi bulan sebelumnya sebesar 0,39% (mtm). Perkembangan ini dipengaruhi oleh kelompok inflasi inti yang rendah, kelompok administered prices yang kembali mencatat deflasi, serta inflasi volatile food yang melambat.

Demikian diungkap  Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo usai memimpin  Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 18-19 Maret 2020 yang dirilis disitus bi.go.id, Kamis (19/3/2020).

“Inflasi inti yang tetap rendah tidak terlepas dari konsistensi Bank Indonesia dalam mengarahkan ekspektasi inflasi, termasuk dalam menjaga pergerakan nilai tukar sesuai fundamentalnya,” kata Perry.

Sedangkan deflasi kelompok administered prices berlanjut dipengaruhi oleh penurunan harga tarif angkutan udara dan Bahan Bakar Khusus. Inflasi volatile food yang melambat terutama disebabkan oleh deflasi bawang merah serta inflasi aneka cabai dan beras yang melambat, di tengah peningkatan inflasi bawang putih dan daging ayam ras.

“Dengan perkembangan tersebut, secara tahunan inflasi IHK tercatat tetap rendah 2,98% (yoy), meskipun sedikit meningkat dibandingkan dengan inflasi Januari 2020 sebesar 2,68% (yoy),” ujarnya.

Ke depan, Bank Indonesia tetap konsisten menjaga stabilitas harga dan memperkuat koordinasi kebijakan dengan Pemerintah, baik di tingkat pusat maupun daerah, untuk mengendalikan inflasi tetap rendah dan stabil dalam kisaran sasaran 3,0% ±1% pada 2020 dan 2021.

Likuiditas di pasar uang dan perbankan memadai

Pada bagian lain rilisnya, Perry menegaskan, transmisi pelonggaran kebijakan moneter tetap berjalan baik dengan kecukupan likuiditas perbankan yang terjaga. Likuiditas di pasar uang dan perbankan memadai, tercermin pada rerata harian volume PUAB Februari 2020 tetap tinggi sebesar Rp14,05 triliun serta rasio Alat Likuid terhadap Dana Pihak Ketiga (AL/DPK) tetap besar yakni 21,47% pada Januari 2020.

“Transmisi suku bunga ke pasar uang berjalan cukup baik, tercermin pada penurunan suku bunga PUAB O/N sebesar 126 bps menjadi 4,58% dan suku bunga JIBOR tenor 1 minggu sebesar 141 bps menjadi 4,83% sejak akhir Juni 2019, sebelum penurunan BI7DRR pada Juli 2019,” terangnya.

Sementara itu, transmisi ke suku bunga perbankan juga berlanjut. Sejak akhir Juni 2019, rerata tertimbang suku bunga deposito turun 67 bps menjadi 6,16% pada Februari 2020, sementara suku bunga Kredit Modal Kerja turun 35 bps menjadi 10,07% pada posisi yang sama.

“Pertumbuhan uang beredar dalam arti sempit (M1) dan uang beredar dalam arti luas (M2) pada Januari 2020 bergerak sejalan dengan pola pertumbuhan ekonomi, yakni masing-masing 7,76% (yoy) dan 7,09% (yoy),” kata gubernur BI.Ke depan, Bank Indonesia akan terus memastikan kecukupan likuiditas dan meningkatkan efisiensi di pasar uang, serta memperkuat transmisi bauran kebijakan yang akomodatif.

Disebutkan pula, stabilitas sistem keuangan tetap terjaga, meskipun fungsi intermediasi perbankan terus menjadi perhatian. Stabilitas sistem keuangan terjaga tercermin dari rasio kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio/CAR) perbankan Januari 2020 yang tinggi yakni 22,74%, dan rasio kredit bermasalah (Non Performing Loan/NPL) yang tetap rendah yakni 2,77% (gross) atau 1,08% (net).

Sementara itu, pertumbuhan kredit masih perlu mendapat perhatian, tercermin dari angka pertumbuhan kredit pada Januari 2020 sebesar 6,10% (yoy), sedikit meningkat dari 6,08% (yoy) pada Desember 2019.

Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) mulai meningkat dari sebesar 6,54% (yoy) pada Desember 2019 menjadi 6,80% (yoy) pada Januari 2020. Ke depan, fungsi intermediasi akan terus didorong sehingga dapat menopang pertumbuhan ekonomi.

“Kredit pada 2020 diprakirakan tumbuh dalam kisaran 6-8%, menurun dibandingkan dengan proyeksi sebelumnya pada kisaran 9-11% sejalan dengan revisi proyeksi pertumbuhan ekonomi 2020. Pertumbuhan kredit 2021 diprakirakan kembali meningkat pada kisaran 9-11% didorong oleh kenaikan pertumbuhan ekonomi,” ujar Perry.

Sejalan dengan itu, DPK pada 2020 dan 2021 diprakirakan tumbuh masing-masing dalam kisaran 6-8% dan 8-10%. Bank Indonesia tetap menempuh kebijakan makroprudensial yang akomodatif dan memperkuat koordinasi dengan otoritas terkait sehingga dapat tetap menjaga stabilitas sistem keuangan dan mendorong fungsi intermediasi perbankan. (001)

Tag: