Infrastruktur Digital Penting Dalam Transformasi Ekonomi Indonesia

Sarasehan 100 Ekonom

JAKARTA.NIAGA.ASIA-Pemerintah menyadari pentingnya penyediaan dan pengembangan infrastruktur digital. Sejumlah langkah pun tengah ditempuh, antara lain melalui Perluasan Jaringan 4G, Pengoperasian Satelit Multifungsi SATRIA, Pembangunan Data Center Pemerintah, dan Pengembangan 5G.

“Pandemi Covid-19 menjadi momentum bagi percepatan transformasi digital. Hal ini penting sebagai penguat fondasi perekonomian untuk mendukung pembangunan berkelanjutan,” ujar Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto dalam acara Sarasehan 100 Ekonom yang diselenggarakan pada hari Selasa (15/9) secara daring, seperti dilansir situs ekon.go.id.

Dalam acara bertajuk “Transformasi Ekonomi Indonesia Menjadi Negara Maju dari Sisi Keuangan, Investasi, Ekspor, dan UMKM” ini, Menko Perekonomian menjelaskan bahwa sebanyak 12.548 desa/kelurahan belum terjangkau 4G dari total 83.218 desa/kelurahan.

“Ini akan terus didorong terutama yang ada di wilayah 3T, yaitu tertinggal, terluar, terdepan. Jumlahnya sebanyak 9.113 desa/kelurahan,” papar Menko Perekonomian.

Mengenai pembangunan Data Center Pemerintah, Airlangga menerangkan akan membangun Pusat Data Nasional di wilayah Jabodetabek, Ibu Kota Negara, dan Batam.

“Kemudan mengenai 5G tentu akan disiapkan bertahap dengan uji coba diprioritaskan di kawasan-kawasan yang ingin melaksanakan revolusi industri keempat ataupun kawasan industri terintegrasi. Uji coba ini akan dilakukan secara terbatas,” sambungnya.

Data menunjukkan, Indonesia memerlukan pertumbuhan ekonomi sebesar 5,7% s.d. 6% untuk bisa keluar dari middle income trap. Untuk itu, beberapa hal yang harus didorong adalah penciptaan lapangan kerja, peningkatan investasi, dan peningkatan produktivitas melalui transformasi digital.

Menko Airlangga menyebut Indonesia memiliki modal yang baik untuk melaksanakan Transformasi Digital.

Pasalnya, di tahun 2019, populasi dengan internet sudah mencapai 180 juta orang (67%), pengguna internet aktif sebanyak 150 juta orang (56%), pengguna layanan online sebanyak 105 juta orang (39%), serta sebesar 32% dari populasi adalah Gen Y (20-39 tahun) yaitu yang paling cepat mengadopsi teknologi.

“Usia tersebut juga konsisten dengan mayoritas peserta program Kartu Prakerja, dengan latar belakang pendidikan terbesar adalah SMA,” terang Airlangga.

Adapun potensi ekonomi digital di tahun 2025 untuk Indonesia adalah sebesar USD 133 miliar dan sebesar USD 300 miliar untuk ASEAN.

“Untuk itu, revolusi industri keempat atau Making Indonesia 4.0 akan terus didorong dan ini tentu diharapkan menjadi enabler dari pertumbuhan ekonomi nasional,” jelas Menko Perekonomian. (001)

Tag: