Ini Langkah BI Menstabilkan Nilai Tukar Rupiah

nur
Muhammad Nur. (Foto: Intoniswan)

SAMARINDA.NIAGA.ASIA-Tekanan terhadap stabilitias nilai tukar rupiah lebih karena perubahan kebijakan di Amerika Serikat (AS), tapi berdampak ke seluruh negara di dunia, termasuk Indonesia. Semakin membaiknya perekenomian dan meningkatnya inflasi di AS akan mendorong peningkatan suku bunga the Fed, yang oleh sebagian pelaku pasar keuangan diperkirakan dapat lebih agresif menjadi 4 kali kenaikan dalam tahun ini.

Kenaikan suku bungan yang lebih tinggi juga disebabkan oleh defisit fiskal pemerintah AS yang diperkirakan mencapai 4% dari PDB tahun ini dan 5% tahun 2019. Kedua perubahan kebijakan AS tersebut telah memicu kenaikan yield US Treasury Bond dan penguatan mata uang dolar AS terhadap hampir seluruh mata uang dunia.

Menghadapi dampak melemahnya nilai tukar Rupiah terhadap Dolar AS, dimana sudah melampaui Rp14.000 per satu USD, menurut Kepala Bank Indonesia (BI) Perwakilan Kalimantan Timur, Muhammad Nur,BI sudah mengambil 4 langkah prioritas  dalam rangka stabilitas nilai tukar rupiah. “BI tidak diam, sudah dilakukan sejumlah langkah agar Rupiah setabil,” kata Nur pada wartawan, hari Kamis (28/6/2018) di Samarinda.

Cadangan Devisa Indonesia di Atas Kecukupan Internasional

Bank Indonesia: Triwulan I Ekonomi Kaltim Tumbuh 1,77%

Tata Niaga Ayam Potong Perlu Diintervensi Pemerintah Daerah

Empat kebijakan moneter menstabilkan nilai tukar rupaih diambil BI melalui;

  1. Respon kebijakan suku bunga akn tetap ditempuh secara pre-emptive, front loading, dan ahead of the curve untuk stabilisasi nilai tukar rupiah, di samping tetap konsisten dengan upaya menjaga inflasi 2018-2019 agar terkendali sesuai sasaran 3,5+1%.
  2. Intervensi ganda (dual intervention) di pasar palas dan pasar surat berharga negara (SBN) terus dioptimalkan untuk stabilisasi nilai tukar rupiah, penyesuaian harga di pasar keuangan secara wajar, dan menjaga kecukupan likuiditas di pasar uang.
  3. Strategi moneter diarahkan untuk menjaga kecukupan likuiditas khususnya di pasar uang rupiah dan pasar swap antar bank.
  4. Komunikasi yang intensif khususnya kepada pelaku pasar, perbankan, dunia usaha, dan para ekonom untuk membentuk ekspektasi yang rasional sehingga dapat memitigasi kecenderungan nilai tukar rupiah yang terlalu melemah dibandingkan dengan level fundamentalnya.

Menurut Muhammad Nur, ketidakpastian global masih akan terus meningkat sehubungan dengan ketegangan hubungan dagang antara AS dan Tiongkok, serta ketegangan geopolitik regional. “Berbagai faktor global itu telah memicu pembalikan modal asing (capital outflow) dan memberikan tekanan pada pasar keuangan di negara maju dan EMEs, termasuk Indonesia,” katanya.

Dampak yang terasa selain nilai tukar  rupiah terhadap dolar  melemah, juga terjadi penurunan harga saham, meningkatnya yield obligasi. Tapi meski demikian, lanjut Nur, ekonomi Indonesia menunjukkan ketahanan yang cukup kuat terhadap tekanan eksternal pada saat ini sebagaimana ditunjukkan pula pada periode-periode tekanan global sebelumnya. (001)